"Saudi, bertujuan untuk menyembunyikan kekejaman mereka di Yaman, menyatakan halusinasi kosong yang tidak pernah dapat dipercaya oleh orang-orang waras,"SANA'A -- Serangan militer Arab Saudi dan koalisinya terhadap rakyat Yaman terus menjadi sorotan dunia. Setelah sebelumnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa Arab Saudi telah melakukan pembunuhan massal terhadap rakyat Yaman dalam sebuah upacara pemakaman yang menewaskan hingga lebih dari 550 jiwa tak berdosa, kini Saudi juga kembali melakukan serangan brutal yang sama.
Serangan udara Liga Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi menghantam sebuah penjara pejuang Houthi di Yaman. Akibat insiden ini, 58 tahanan tewas. Liga Arab melancarkan serangan udara akhir pekan ini dan membuat seluruh bangunan penjara hancur lebur.
"Jumlah korban tewas saat ini sebanyak 58 jiwa, namun tim bantuan masih terus melakukan pencarian korban yang diduga tertimbun puing-puing," ujar Kepala Keamanan Yaman, Abdel-Rahman al-Mansab, seperti diberitakan koran Daily Mail, Senin (31/10).
Menurut keterangan al-Mansa, mereka yang tewas kebanyakan adalah tawanan pejuang Houthi. Bahkan, 20 orang di antaranya malahan tahanan politik anti-Houthi. Di dalam penjara tersebut ada sekitar 115 tahanan.
Selain tahanan politik, para narapidana juga ada yang menjalani hukuman penjara untuk pelanggaran kejahatan, ada juga yang masih menjalani penahanan praperadilan.
Para korban dari kalangan rakyat sipil Yaman yang tewas akibat serangan militer Arab Saudi dan pasukan koalisinya. |
Yaman Lakukan Serangan Balasan, Saudi Sebarkan Propaganda
Serangan militer yang terus dilakukan Saudi dan koalisinya terhadap Rakyat Yaman, mendapat respon balasan dari para pejuang Houthi. Untuk pertama kalinya dalam Konflik di Yaman, pasukan revolusioner al-Houthi meluncurkan rudal balistik menuju kota utama di Saudi Arabia.
Menurut media resmi Garda Republik Yaman pada 29/10/16, pasukan al-Houthi menembakkan rudal balistik Burkan-1 yang menargetkan Bandara King Abdel-Aziz di Jeddah. Serangan berhasil menghantam sisi bandara King Abdul Aziz di Jeddah tanpa menimbulkan korban.
TV Yaman al-Massirah melaporkan bahwa pasukan roket meluncurkan rudal "Burkan-1" (Volcano-1) terhadap Bandara Internasional King Abdulaziz, terletak 19 kilometer utara kota pelabuhan barat Saudi, Jeddah.
Tujuan serangan rudal al-Houthi ini adalah untuk menunjukkan kepada Arab Saudi bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menyerang kota-kota besar di Saudi jika Angkatan Udara Saudi terus menerus membom daerah Yaman yang berpenduduk padat.
Sebagian sisi dari Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah, yang hancur akibat dihantam serangan rudal Burkan-1 milik para pejuang Houthi. (Foto: istimewa) |
Namun, media massa Saudi mengklaim bahwa sistem rudal pencegat kerajaan telah menghancurkan rudal Scud itu sebelum mengenai sasaran.
Arab Saudi mengklaim bahwa rudal itu berhasil dicegat oleh sistem Pertahanan Udara Saudi 65km dari kota suci Mekkah, dan bahkan balik menyebarkan propaganda bahwa para pejuang Houthi telah menembakkan rudal untuk menghantam kota Makkah yang mana terdapat Kakbah di dalamnya, untuk menarik simpati umat muslim dunia dan menutupi serangan brutalnya yang telah membantai ribuan rakyat sipil Yaman hingga kini.
Bahkan, Presiden Urusan Dua Masjid Suci, Syeikh Abdurrahman Al Sudais yang merupakan pendukung kerajaan Bani Saud, seperti dilansir dari Saudi Gazette, Ahad (30/10, ikut mendramatisir kejadian dengan menyatakan bahwa wilayah Makkah menjadi target rudal balistik pejuang Houthi.
Menurutnya, tindakan tersebut juga dinilai telah menyinggung perasaan 1,5 miliar umat Islam di seluruh dunia. Sebagai salah satu pimpinan Muslim, menurut dia, kata-katanya akan didengar ke seluruh penjuru dunia.
Houthi: Arab Saudi Berhalusinasi
Menanggapi propaganda yang disebarkan kerajaan Saudi, Juru bicara gerakan Ansarullah Yaman Mohammad Abdol Salam menilai klaim Saudi telah mencegat rudal balistik Yaman yang katanya menuju kota suci Mekkah mencerminkan kegagalan KSA dalam perang berdarah terhadap Yaman.
Juru bicara Houthi Ansarullah movement Mohammed Abdulsalam (Foto: AFP) |
Abdol Salam menambahkan bahwa komitmen Yaman terhadap 'Islam dan Arabisme mereka tidak kontroversial, mencatat bahwa meskipun semua pembantaian yang telah dilakukan Saudi, pasukan Yaman belum pernah mentargetkan instalasi sipil serta tempat-tempat suci.
Rudal Burkan adalah rudal Scud yang dikembangkan oleh pasukan roket Yaman. Kisaran rudal melampaui 800 km, dengan hulu ledak seberat setengah ton. Sejak pejuang Yaman memiliki misil ini, Arab Saudi mulai dilanda ketakutan akan serangan balik Yaman. Pasalnya, rudal tersebut mampu menjangkau kota-kota strategis di seluruh kerajaan Saudi dengan mudah.
Bahkan, Amerika Serikat (AS) akhirnya terpaksa turun tangan membela sekutunya tersebut dengan mengirimkan sejumlah armada kapal perang ke Laut Yaman, tapi hal ini tidak menggentarkan semangat tempur para pejuang Yaman, dan justru menyerang balik sejumlah kapal perang AS dengan hantaman rudal scud.
Peluru kendali Burkan milik para pejuang Houthi yang merupakan hasil modifikasi misil scud buatan Rusia. (Foto: almanar) |
Sejumlah rencana genjatan senjata pun sudah disusun, untuk membuka pintu perdamaian yang lebih kuat. Namun, para pejuang Yaman merasa keberatan dengan rencana yang diungkapkan utusan PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed di sana.
Mereka mengatakan, perundingan perdamaian yang ditawarkan tidak termasuk dengan gencatan senjata permanen atau penghapusan blokade terhadap wilayah yang mereka kendalikan. (*)