“Kami masih melakukan negosiasi. Kami masih menawar berapa banyak mereka ingin menjual Jet Sukhoi tersebut?”JAKARTA -- Rencana pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35 telah lama diketahui rakyat Indonesia. Para pemerhati militer bahkan sempat memperdebatkan rencana tersebut. Kini, setelah lewat tiga tahun masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, pembelian itu belum juga terealisasi, dan seperti timbul-tenggelam dari pemberitaan.
Saat berlangsungnya pameran pertahanan Indo Defence 2016, pemerintah menyatakan akan tetap melanjutkan rencana pembelian itu, tapi dengan jumlah yang dikurangi dari rencana pembelian awal pada masa era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pemerintah Indonesia tengah dalam pembicaraan untuk membeli sembilan atau sepuluh Jet Sukhoi Su-34 dari Rusia. Informasi ini berasal dari petugas Kementerian Pertahanan Indonesia. Kendati demikian, belum ada keterangan yang jelas kapan rencana itu akan direalisasikan.
“Kami masih melakukan negosiasi. Kami masih menawar berapa banyak mereka ingin menjual Jet Sukhoi tersebut?” kata kepala fasilitas pertahanan Kementerian Pertahanan Indonesia Leonardi, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (1/10/2016).
Seperti diketahui, pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35 sejatinya telah direncanakan sejak era pemerintahan Presiden SBY. Saat itu Indonesia akan membeli satu skuadron pesawat tempur canggih tersebut, untuk menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger buatan AS milik Angkatan Udara RI yang sudah usang.
Proses kedatangan puluhan MBT Leopard buatan Jerman, pembelian era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (Foto: istimewa) |
Opsi pembelian pesawat tersebut telah dibicarakan dalam pertemuan Menhan RI dengan Kepala Staf dan Komando Angkatan Udara Rusia. Purnomo saat itu berharap, agar keputusan untuk memilih pesawat tempur pengganti itu segera diputuskan, agar pada Rencana Strategis (Renstra) II 2015-2020 dapat dilakukan pembelian sehingga datang tepat pada waktunya.
Pergantian pemerintahan kepada Presiden Jokowi, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu tetap melanjutkan program ini, namun dengan jumlah yang lebih sedikit. Pada Juni lalu, Duta Besar Indonesia untuk Federasi Rusia Wahid Supriyadi sempat menyampaikan Indonesia hanya membeli delapan unit pesawat tempur multiperan SU-35 dari Rusia. Saat itu, Dubes Wahid menerangkan bahwa diskusi terkait kemungkinan transfer teknologi dari pihak Rusia tengah berjalan.
Pesawat tempur F-16 C/D-52ID pembelian era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (Foto: istimewa) |
Namun, kedatangan semua alutsista tersebut hanyalah penyelesaian dari proses pembelian para era pemerintahan sebelumnya. Sedangkan pada era pemerintahan Presiden Jokowi, Indonesia justru mengurangi anggaran pertahanan dampak dari semakin defisitnya pendapatan negara.
Komisi I DPR RI sempat mengecam rencana pemerintah untuk mengurangi anggaran pertahanan, karena akan berdampak pada terhambatnya program peremajaan alutsista di seluruh matra TNI seperti yang sudah di atur dalam program MEF I, MEF II, dan MEF III.
Informasi terakhir mengabarkan bahwa, pembelian jet tempur canggih tersebut akan dilakukan melalui proses pembayaran imbal dagang antara RI dan Rusia. Dengan mekanisme sistem barter sejumlah komoditi hasil bumi Indonesia, seperti karet, minyak sawit, kopra dan lain-lain.
Belum diketahui sampai dimana transaksi 'unik' tersebut berjalan. Namun, dengung Indonesia untuk membeli jet tempur Sukhoi SU-35 yang sudah berhembus sejak 4 tahun lalu, sepertinya mulai dilupakan oleh kekuatan regional, yang sebelumnya sempat mencemaskan terganggunya keseimbangan kekuatan di kawasan ASEAN. (*)
Sumber: Reuters