JAKARTA -- TNI
AD mendapatkan kekuatan tambahan dengan datangnya sejumlah Alat Utama
Sistem Senjata (Alutsista) terbaru.
Tambahan alutsista itu antara lain 40 unit M113 A1, 2 unit Armoured Recovery Vehicle (ARV) 3 RI, 3 unit Armoured Vehicle Launched Bridge (AVLB) Beaver, dan 16 unit MBT (Main Battle Tank) Leopard RI. Seluruh alutsista tersebut diperkirakan telah tiba di Indonesia pada hari Senin (29/8) ini.
Namun, perlu diketahui alutsista tersebut bukanlah pemesanan baru, melainkan kelanjutan pembelian sejumlah peralatan tempur para era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang baru datang saat ini.
Jadi, jika ada yang berpikiran bawah pembelian alutsista TNI AD tersebut
merupakan hasil kerja dari Presiden Joko Widodo, maka harus segera
diralat, karena itu salah besar.
Seperti diketahui mendekati akhir periode pemerintahannya, mantan Presiden SBY membeli sejumlah besar alutsista untuk ketiga matra, yaitu TNI AD, TNI AU dan TNI AL. Pembelian tersebut termasuk dalam skema program MEF I, dan akan dilanjutkan hingga MEF III.
Diantara sejumlah alutsista yang dibeli periode pemerintahan SBY antara lain seperti 106 MBT Leopard, 65 Tank Marder, puluhan tank amphibi, 24 pesawat tempur F-16, kapal perang Freegat, 3 kapal selam Changbogo Class, dan sejumlah alutsista lainnya.
Mungkin yang kurang
mendapat perhatian atau kurang diekspos ke media saat itu adalah
pembelian 40 APC M113 A1. Berikut profil kehebatan APC M113 A1 tersebut:
Jenis: kendaraan angkut personil
Negara Asal: Amerika Serikat
Produsen: FMC Corporation / United Defense LP tanah Systems - USA
Tahun awal Layanan: 1960
Produksi Total: 80500
Fokus Model: M113A1 APC
Kru: 2
Panjang Keseluruhan: 8.27 ft (2,52 m)
Lebar: 8.83 ft (2,69 m)
Tinggi: 6.07 ft (1,85 m)
Berat: 12,5 Ton US pendek (11.343 kg; 25.007 lb)
Powerplant: 1 x General Motors 6V53 mesin diesel 6 silinder mengembangkan 212 tenaga kuda.
Maksimum Kecepatan: 38 mph (61 km / h)
Rentang maksimum: 298 mil (480 km)
Perlindungan NBC: Ya - Opsional
Nightvision: Ya - Pasif atau Infra-merah
Persenjataan:
STANDAR:
1 x 12,7 mm M2 Browning senapan mesin berat
8 x Asap Granat
Model:
7.62mm General Purpose Machine Gun (GPMG), 20mm atau 25mm meriam, TOW / TOW-2 Anti-Tank Guided Rudal (ATGMs) dan berbagai kaliber mortar.
Amunisi:
2.000 x 12,7 mm amunisi
8 x Asap Grenade pembuang
Sejumlah pengamat militer baik di dalam maupun luar negeri menyatakan, kedatangan sejumlah alutsista ini, setidaknya akan kembali membuat TNI AD memiliki daya gentar terhadap lawan, setelah sangat lama mengalami 'paceklik' persenjataan.
Namun, jika dibanding dengan sejumlah negara di kawasan, pembelian tank-tank tempur tersebut sebenarnya hanyalah untuk menjawab perkembangan kekuatan negara-negara yang bisa berpotensi menjadi rival Indonesia.
Seperti diketahui, sejumlah negara ASEAN, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan tak lupa juga Australia, telah memiliki tank tempur mematikan dalam jumlah yang signifikan. Bahkan, Singapura, negara yang jaraknya hanya selemparan batu dari wilayah Indonesia, memiliki ratusan tank tempur Leopard generasi terbaru yang sudah dimodifikasi sesuai keinginan negara kecil tersebut.
Sehingga, jika Indonesia tidak segera menjawab perkembangan geo-strategis di kawasan Asia-Pasifik dengan semakin memperkuat persenjataan, maka akan sangat jauh tertinggal dari negara-negara lain dan bahkan bisa mengancam kedaulatan NKRI dari akibat melemahnya kekuatan tempur Indonesia. (*)
Sumber: defence.pk
Tambahan alutsista itu antara lain 40 unit M113 A1, 2 unit Armoured Recovery Vehicle (ARV) 3 RI, 3 unit Armoured Vehicle Launched Bridge (AVLB) Beaver, dan 16 unit MBT (Main Battle Tank) Leopard RI. Seluruh alutsista tersebut diperkirakan telah tiba di Indonesia pada hari Senin (29/8) ini.
Namun, perlu diketahui alutsista tersebut bukanlah pemesanan baru, melainkan kelanjutan pembelian sejumlah peralatan tempur para era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang baru datang saat ini.
Sebuah APC M113 A1, ketika diturunkan dari kapal. |
Seperti diketahui mendekati akhir periode pemerintahannya, mantan Presiden SBY membeli sejumlah besar alutsista untuk ketiga matra, yaitu TNI AD, TNI AU dan TNI AL. Pembelian tersebut termasuk dalam skema program MEF I, dan akan dilanjutkan hingga MEF III.
Diantara sejumlah alutsista yang dibeli periode pemerintahan SBY antara lain seperti 106 MBT Leopard, 65 Tank Marder, puluhan tank amphibi, 24 pesawat tempur F-16, kapal perang Freegat, 3 kapal selam Changbogo Class, dan sejumlah alutsista lainnya.
Deretan puluhan MBT Leopard, setelah diturunkan dari kapal. |
Jenis: kendaraan angkut personil
Negara Asal: Amerika Serikat
Produsen: FMC Corporation / United Defense LP tanah Systems - USA
Tahun awal Layanan: 1960
Produksi Total: 80500
Fokus Model: M113A1 APC
Kru: 2
Panjang Keseluruhan: 8.27 ft (2,52 m)
Lebar: 8.83 ft (2,69 m)
Tinggi: 6.07 ft (1,85 m)
Berat: 12,5 Ton US pendek (11.343 kg; 25.007 lb)
Powerplant: 1 x General Motors 6V53 mesin diesel 6 silinder mengembangkan 212 tenaga kuda.
Maksimum Kecepatan: 38 mph (61 km / h)
Rentang maksimum: 298 mil (480 km)
Perlindungan NBC: Ya - Opsional
Nightvision: Ya - Pasif atau Infra-merah
Persenjataan:
STANDAR:
1 x 12,7 mm M2 Browning senapan mesin berat
8 x Asap Granat
Model:
7.62mm General Purpose Machine Gun (GPMG), 20mm atau 25mm meriam, TOW / TOW-2 Anti-Tank Guided Rudal (ATGMs) dan berbagai kaliber mortar.
Amunisi:
2.000 x 12,7 mm amunisi
8 x Asap Grenade pembuang
Sejumlah pengamat militer baik di dalam maupun luar negeri menyatakan, kedatangan sejumlah alutsista ini, setidaknya akan kembali membuat TNI AD memiliki daya gentar terhadap lawan, setelah sangat lama mengalami 'paceklik' persenjataan.
Deretan puluhan APC M113 A1, setelah diturunkan dari kapal. |
Seperti diketahui, sejumlah negara ASEAN, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan tak lupa juga Australia, telah memiliki tank tempur mematikan dalam jumlah yang signifikan. Bahkan, Singapura, negara yang jaraknya hanya selemparan batu dari wilayah Indonesia, memiliki ratusan tank tempur Leopard generasi terbaru yang sudah dimodifikasi sesuai keinginan negara kecil tersebut.
Sehingga, jika Indonesia tidak segera menjawab perkembangan geo-strategis di kawasan Asia-Pasifik dengan semakin memperkuat persenjataan, maka akan sangat jauh tertinggal dari negara-negara lain dan bahkan bisa mengancam kedaulatan NKRI dari akibat melemahnya kekuatan tempur Indonesia. (*)
Sumber: defence.pk