Modernisasi Pesawat Tempur Pembom TU-160M2 Mimpi Buruk bagi AS dan NATO - Jalur Militer

Modernisasi Pesawat Tempur Pembom TU-160M2 Mimpi Buruk bagi AS dan NATO

Rusia kembali memperkuat sistem persenjataan pesawat tempur pembom paling terbesar di dunia TU-160M2. Diperkuatnya kembali pembom tanpa tanding ini mulai menimbulkan keresahan sejumlah negara kuat di dunia. (Foto: Istimewa)
“Versi baru NK-32 tak hanya bisa digunakan sebagai mesin pesawat reaktif, tapi juga sebagai mesin roket. Dengan mesin ini, TU-160M2 bisa terbang di ketinggian yang tak bisa dijangkau oleh sistem antipesawat musuh,”
MOSKOW -- Hingga detik ini tidak ada satupun negara di atas buka bumi ini yang mampu menandingi kecanggihan kekuatan tempur negara Federasi Rusia. Bahkan Amerika Serikat yang selama ini mengaku sebagai negara adidaya, harus mengakui kehebatan tersebut dengan melakukan berbagai macam aksi spionase untuk mencuri dan mengetahui perkembangan kekuatan tempur militer Rusia.

Alasan yang membuat militer Rusia menjadi paling ditakuti di dunia adalah kecepatannya dalam melakukan inovasi pengembangan sistem persenjataan canggih. Meski sebelumnya setelah runtuhnya Uni Soviet sempat terjadi stagnasi dalam sejumlah riset, kini Rusia mulai kembali bangkit melakukan perombakan sistem persenjataan secara besar-besaran.

Salah satu langkah untuk membangkitkan kembali kekuatan tempur Rusia adalah melakukan sejumlah modernisasi persenjataan diantaranya adalah modernisasi pesawat tempur pembom paling terkuat di dunia TU-160M2. 


Pesawat Tu-160M2 yang telah dimodernisasi akan mampu terbang di ketinggian 18 ribu meter. Dengan berada di ketinggian tersebut, pesawat ini tak akan bisa dijangkau oleh sistem antipesawat atau pun sistem pertahanan misil yang ada saat ini.
Pesawat tempur pembom TU-160M2 dalam tahap modernisasi. (Foto: Istimewa)
Pesawat Tu-160 merupakan pesawat supersonik terbesar, terberat, dan paling kuat dalam aviasi militer. Tupolev Tu-160 (julukan NATO : Blackjack) merupakan pesawat pengangkut misil dan bom strategis yang didesain oleh Biro Desain Tupolev milik Uni Soviet pada akhir 1970-an hingga awal 1980-an. Pesawat tersebut mulai digunakan pada 1987.

Saat ini, Tu-160 menyandang 44 rekor dunia terkait ketinggian terbang dan jarak operasi. Rekor terbaru dipecahkan saat pesawat itu menempuh 18 ribu kilometer selama 24 jam 24 menit. Pesawat Tu-160 yang juga dijuluki sebagai "Angsa Putih" setelah hampir 30 tahun beroperasi, pesawat ini dimodernisasi dengan menambahkan sistem navigasi dan komunikasi canggih, sistem target baru, serta kompleks peralatan elektronik.

Wakil Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan di perusahaan pesawat Tupolev Valery Solozobov menyatakan bahwa meski pesawat ini akan memiliki tampilan yang sama dengan versi sebelumnya, versi modern Tu-160, yakni Tu-160M2, akan memiliki konsep konstruktif yang sepenuhnya baru.


“Versi baru NK-32 tak hanya bisa digunakan sebagai mesin pesawat reaktif, tapi juga sebagai mesin roket. Dengan mesin ini, TU-160M2 bisa terbang di ketinggian yang tak bisa dijangkau oleh sistem antipesawat musuh,” terang seorang narasumber dari industri pertahanan Rusia.
Pesawat tempur pembom TU-160M2 dalam tahap modernisasi. (Foto: Istimewa)
Menurut pengembang, mesin baru ini akan membantu pesawat terbang hingga ke stratosfer pada level 18 ribu meter. Stratosfer adalah lapisan kedua dari atmosfer bumi, terletak di atas troposfer dan dibawah mesosfer. Ketebalannya sekitar 15 – 55 km. Di lapisan ini terdapat lapisan ozon yang terbentuk pada ketinggian 20 km.

Dibangkitkannya kembali pesawat pembom TU-160 dari tidur panjang dilatar belakangi sejumlah permasalahan. Saat ini, Rusia tengah mengembangkan pesawat pengebom strategis generasi terbaru PAK DA. Namun, pengembangan pesawat baru ini tertunda, pesawat pertama baru muncul sekitar 2020 dan 2025. 


Sumber di industri pertahanan menyebutkan proyek ini akan menjadi program paling mahal Kemenhan Rusia pada periode 2020-an, yakni sekitar 5 – 7 miliar dolar AS.

“Komando Angkatan Udara Rusia kini menciptakan pengganti sementara PAK DA. Sejumlah pesawat itu sebentar lagi akan berakhir masa penggunaannya. Karena itu, harus segera diganti dengan pesawat baru,” terang Dmitri Litovkin, pengamat militer di surat kabar Izvestia.

Pada 17 November 2015, pesawat Tu-160 bersama Tu-95MC dan Tu-22M3 melancarkan serangan massal dengan peluru kendali jelajah berbasis udara dan bom udara ke objek infrastruktur teroris di wilayah ISIS di Suriah. Menurut pakar militer, Tu-160M2 akan digunakan tak hanya sebagai senjata pencegah, tapi juga menjadi solusi bagi tantangan yang dihadapi Kemenhan saat ini.

Pesawat tempur pembom TU-160M2 dalam tahap modernisasi. (Foto: Istimewa)
“Istilah ‘pengangkut misil’ menekankan kapabilitas pengebom untuk menggunakan rudal nuklir dan non-nuklir bersayap. Di antaranya, terdapat misil bersayap jarak jauh generasi terbaru H-101 dan H-555,” terang mantan Komandan Tertinggi AU Rusia dan pahlawan nasional Rusia Petr Dainekin. Ia menambahkan bahwa pesawat ini juga mempu mengangkut misil bersayap H-55SM dengan koordinat yang terprogram untuk menyerang target darat.

“Tu-160 dapat dilengkapi dengan segala jenis bom nuklir dan bom lainnya: penembus lapis baja, penembus beton, klaster, ranjau laut, dan lain-lain. Total bobot hulu ledaknya dapat mencapai 40 ton,” terang Dainekin.


Sang mantan komandan menyebutkan bahwa pesawat baru dapat menyerang target potensial saat berada di luar area yang dapat dijangkau sistem pertahanan misil atau antipesawat yang ada. Pada akhir tahun ini, Kementerian Pertahanan Rusia akan menerima kiriman gelombang pertama mesin NK-32 untuk pesawat pengebom pembawa misil strategis Tu-160M2.

Menurut Komandan Tertinggi Angkatan Udara Rusia Victor Bondarev, Kementerian Pertahanan Rusia berencana membeli sekitar 50 pesawat Tu-160M2. Penerbangan pertama pesawat canggih ini akan dilakukan pada 2018 mendatang. Sementara, pembanguan berseri pesawat akan dimulai pada 2021.

Presiden Rusia Vladimir Putin saat mencoba kokpit pesawat pembom TU-160M2. (Foto: Istimewa)
Dibangkitkannya kembali pesawat pembom penjelajah TU-160M2 dengan sistem persenjataan dan teknologi yang lebih canggih, kini mulai menimbulkan keresahan dan kecemasan Amerika Serikat dan negara-negara aliansi NATO.

Bukan tanpa sebab, AS dan seluruh dunia langsung terperangah bagaimana Rusia mampu melakukan menyerangan dengan sejumlah pesawat pembom tua pada saat menyerang posisi teroris ISIS di Suriah dalam waktu yang sangat singkat.

Jika dengan pesawat pembom tua saja Rusia sudah mampu mengguncang nyali negara-negara di dunia, lalu bagaimana jika negara Beruang Merah ini memperkuat sistem persenjataan mereka ke taraf yang lebih tinggi dan canggih. 


AS dan NATO pun mengakui belum memiliki kemampuan membendung sejumlah persenjataan Rusia jika seandainya terjadi perang terbuka saat ini dengan negara pimpinan Presiden Vladimir Putin tersebut. (*)

Sumber: Jalurmiliter.com/indonesia.rbth.com
ads 720x90

#Tags

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Comment
Disqus