Rusia telah melakukan uji coba peluncuran tahap akhir dalam proses produksi rudal nuklir SS-18 Satan 2, yang merupakan misil nuklir tercanggih di dunia pada abad ini. (image: rt.com) |
”Pada bulan Juni 2011, Kementerian Pertahanan Rusia menandatangani kontrak negara untuk pembangunan (rudal) Sarmat ini. Para calon sistem rudal strategis sedang dikembangkan untuk menciptakan penangkal nuklir terjamin dan efektif untuk pasukan strategis Rusia,"MOSKOW -- Rusia kembali menunjukkan diri sebagai negara paling terdepan dalam teknologi peluru kendali dan senjata nuklir. Menyandang gelar sebagai negara pemilik senjata nuklir terbanyak di dunia, sepertinya belum membuat Rusia merasa puas, dan kini negeri Beruang Merah tersebut dalam proses tahap akhir pembuatan rudal nuklir tercanggih di dunia, dan beberapa saat yang lalu telah dilakukan uji coba.
Pasukan Misil Strategis Rusia meluncurkan misil balistik RS-18 pada Selasa (25/10), demikian dilaporkan RT. Peluncuran tersebut merupakan uji coba hulu ledak peluncur hipersonik termutakhir, yang mampu mengalahkan sistem antimisil AS.
Uji coba dilakukan pada siang hari dari area dekat kota Yasny, Orenburg Oblast, di Ural selatan. Hulu ledak tersebut berhasil meluncur hingga lapangan uji coba Kura di Kamchatka, Timur Jauh Rusia. Dua lokasi ini berjarak sekitar 5.800 kilometer. Sebagai perbandingan, jarak dari Sabang sampai Merauke jika ditarik garis lurus sekitar 5.100 kilometer.
"Uji coba berlangsung dengan sukses. Hulu ledak tiba di lapangan Kura sesuai rencana," terang Kementerian Pertahanan Rusia.
Misil balistik nuklir RS-28 Sarmat, atau di NATO lebih dikenal dengan rudal nuklir SS-18 Satan 2. (FOTO: istimewa) |
Meski belum diluncurkan secara resmi, Rusia sudah membocorkan informasi perihal rudal Satan 2 ini beberapa hari lalu. Rudal supernuklir ini secara resmi baru akan melayani militer Rusia pada 2018 mendatang.
Rudal Satan 2 diklaim Rusia memiliki efek ledakan 2.000 kali lebih kuat dari bom atom Amerika Serikat (AS) yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II puluhan tahun silam. Kantor berita Sputnik melaporkan, rudal Satan 2 mampu menghancurkan area seukuran Prancis maupun Texas, dan memiliki daya rusak radiasi nuklir mampu mencakup sebuah benua.
Rudal RS-28 Sarmat akan menggantikan rudal RS-36M atau SS-18, senjata Soviet era 1970-an yang oleh NATO dinamai sebagai rudal Satan. Menurut laporan media Rusia, rudal Satan 2 memiliki berat hingga 10 ton dengan kapasitas mampu membawa hingga 10 ton kargo nuklir.
Perbandingan rudal nuklir SS-18 Satan 2 dengan ukuran tubuh manusia. (image: pravdareport) |
”Pada bulan Juni 2011, Kementerian Pertahanan Rusia menandatangani kontrak negara untuk pembangunan (rudal) Sarmat ini. Para calon sistem rudal strategis sedang dikembangkan untuk menciptakan penangkal nuklir terjamin dan efektif untuk pasukan strategis Rusia," lanjut pesan tersebut.
Seperti tak ingin ketinggalan, sejumlah negara saat ini tengah mengembangkan teknologi serupa. AS memiliki HTV-2, sebuah perangkat yang dikembangkan oleh DARPA dan telah melewati dua uji coba yang berlangsung sukses. Tiongkok memiliki teknologi hulu ledak yang sama bernama DF-ZF, yang menurut Beijing pertama kali diuji pada 2014 lalu. India juga mempelajari teknologi penerbangan hipersonik, tapi berbeda dengan negara-negara lain, mereka belum mengembangkan hulu ledak misil strategis.
Perangkat peluncur hipersonik (hypersonic glider vehicle/HGV) berbeda dari hulu ledak misil balistik konvensional karena mereka lintasan peluncuran mereka sebagian besar berada di lapisan stratosfer, bukan luar angkasa. Hal ini membuat perangkat memiliki jangkauan lebih jauh dan memungkinkan sistem antimisil lebih cepat bereaksi terhadap serangan.
Selain itu, HGV dapat melakukan manuver saat mendekati target dalam kecepatan tinggi, membuatnya sulit dicegat dan mustahil bisa ditangkis dengan teknologi roket yang ada saat ini.
Objek 4202 rencananya akan digunakan bersama misil strategis kelas berat Rusia generasi terbaru RS-28 Sarmat. Pakar militer memperkirakan bahwa perangkat canggih terbaru ini dapat mengangkut tiga buah HGV.
Uji coba peluncuran ini sempat dikaitkan dengan fenomena kemunculan cahaya hijau dan benda asing yang terbang di langit Siberia. Ada yang menduga hal tersebut ialah pesawat alien, namun sebagian menduga kilatan cahaya muncul dari peluncuran roket, meski belum ada bukti nyata terkait hal ini. (*)
Sumber: rbth.com/MilitaryRussia.ru/RT