Rusia Produksi Massal Rudal Nuklir Hipersonik 'Penghancur Benua,' Satan-2 - Jalur Militer

Rusia Produksi Massal Rudal Nuklir Hipersonik 'Penghancur Benua,' Satan-2

Rusia dalam waktu dengan akan segera memproduksi massal Misil balistik nuklir antarbenua RS-28 Sarmat yang juga dijuluki rudal Satan-2. (Foto: AFP)
”Sistem Avangard, yang disebutkan oleh presiden, telah diuji dengan baik. Kami memiliki kontrak untuk produksi massal sistem ini,” 
MOSKOW -- Rusia kembali membuat negara-negara rivalnya dalam kondisi waspada, setelah Moskow melakukan ujicoba sejumlah rudal balistik hipersonik berkekuatan nuklir hanya dalam waktu yang berdekatan. Rusia mengklaim, ujicoba rudal nuklir balistik antar-benua (ICBM) tersebut, telah melampaui target yang diberikan.

Menteri Pertahanan Rusia Yuriy Borisov mengatakan, sebagai tindak lanjut dari penguatan sistem pertahanan Negeri Beruang Merah itu, Moskow akan memproduksi secara massal rudal balistik antarbenua (ICBM) RS-28 Sarmat, atau yang biasa dikenal dalam penyebutan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai rudal nuklir Satan-2.

"Semua masalah praktis, ilmiah, teknis dan pembuatan terkait telah diatasi. Fasilitas yang diperlukan untuk pembuatan misil (Sarmat) yang diperintahkan oleh Kementerian Pertahanan, sudah siap,” kata Borisov kepada surat kabar Krasnaya Zvezda, pada hari Senin (12/3/2018).

Produksi massal rudal Sarmat merupakan perintah langsung dari Presiden Rusia Vladimir Putin, yang disampaikannya dalam pidato kenegaraannya di hadapan Majelis Federal, pada tanggal 1 Maret 2018. Putin mengatakan  bahwa Rusia telah memulai produksi massal senjata dengan sistem Avangard.

”Sistem Avangard, yang disebutkan oleh presiden, telah diuji dengan baik. Kami memiliki kontrak untuk produksi massal sistem ini,” kata Borisov.

Para ilmuwan dan teknisi Rusia sedang mempersiapkan ujicoba peluncuran misil nuklir RS-28 Sarmat. (Foto: rt.com)
Sebelumnya, seperti dilaporkan Sputnik, setelah sempat tertunda beberapa kali, tes ICBM Satan-2 akhirnya dilakukan di Cosmodrome Plesetsk, di barat laut Rusia. Keberhasilan ujicoba diumumkan oleh Presiden Putin sendiri. 

Saat itu, Putin mengklaim Tidak ada sistem pertahanan udara dunia manapun yang bisa mengejarnya, dan bahkan mampu melumpuhkan sistem pertahanan udara milik Amerika Serikat ( AS).

Rudal Balistik Hipersonik Penghancur Benua

Sarmat adalah misil antarbenua berbahan bakar cair kelas berat dengan kode MS-28. Total bobotnya mencapai seratus ton dan berat lemparannya (throw weight) sepuluh ton. Sarmat memiliki setidaknya 15 MIRV (multiple independently targetable reentry vehicle) atau muatan peluru kendali balistik yang berisi beberapa hulu ledak individual, bukan hanya 10 hulu ledak nuklir.

Sarmat dapat terbang dengan kecepatan hipersonik (melebihi Mach 20), yang mampu menempuh jarak antarbenua, dan mengubah lintasannya sesuai dengan tingkat dan ketinggian sehingga tak bisa dicegat oleh sistem pertahanan misil mana pun, baik yang sudah ada saat ini maupun misil jarak jauh, termasuk yang bergantung pada elemen antariksa, di lapisan padat atmosfer.

ICBM RS-28 Sarmat diklaim bisa menghasilkan ledakan 40 megaton atau 2.000 kali lebih kuat dari bom atom atom AS yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Hulu ledak ini juga dirancang menjadi mustahil untuk disadap, karena tidak bergerak pada set lintasan. RS-28 Sarmat diklaim dapat menyapuratakan Amerika Serikat, Inggris maupun Prancis, dalam sekali tembak.

Rudal RS-28 Sarmat yang dikembangkan oleh Makeyev Rocket Design Bureau, di kota Miass, sebelah timur pegunungan Ural tersebut, rencananya akan menggantikan P-32M2 “Voievoda”, (julukan NATO: SS-18 atau 'Satan-1'). Rusia juga segera memensiunkan keluarga rudal balistik antarbenua (ICBM) R-36M era Soviet.

"Sesuai dengan keputusan pemerintah Rusia pada orde pertahanan negara 2010 dan periode perencanaan 2012-2013, Makeyev Rocket Design Bureau telah diperintahkan untuk memulai rancangan dan pengembangan rudal RS-28 Sarmat,” bunyi keterangan resmi Makeyev.

ICBM R-36M pertama kali digunakan pada tahun 1975 dan menjadi wahana nuklir strategis berbasis silo yang paling kuat di dunia. Dua modifikasi dari rudal itu telah dibuat tak lama setelah versi aslinya digunakan. Modifikasi terbaru dari rudal yang mengandalkan liquid-propelled ini yang kemudian dikenal sebagai R-36M2 Voevoda.

Rudal balistik antarbenua R-36M2 Voevoda. (Foto: istimewa)
Borisov menambahkan bahwa Kementerian Pertahanan akan segera memulai “pembuangan” rudal balistik antarbenua R-36M2. Menurut Borisov, senjata yang menua tersebut akan diganti dengan rudal Sarmat generasi baru, yang kini jadi tambahan terbaru koleksi senjata di gudang amunisi Rusia.

”(Rudal Satan-1) ini berada di akhir rentang hidupnya, dan kita akan mulai membuang rudal itu. Tidak ada keraguan bahwa pada akhir kemampuan Voevoda, kita akan mendapatkan rudal Sarmat baru,” ujarnya, seperti dikutip Russia Today, Selasa (13/3/2018).

Yang membuat Sarmat berbeda dari pendahulunya tak hanya bobotnya yang lebih ringan, tapi juga jangkauan terbang. Jika Satan-1 mampu terbang pada jarak 11 ribu kilometer, Sarmat (Satan-2) mampu menempuh jarak lebih dari 17 ribu kilometer. Para perancang bahkan merencanakan Sarmat dapat terbang ke menyasar target yang bahkan berada di Kutub Selatan.

Misil nuklir yang oleh sebagian pengamat militer dinamakan sebagai "rudal kiamat" ini, rencananya akan bergabung dengan Pasukan Misil Strategis Rusia, dan mulai beroperasi pada awal tahun 2020-an. Namun, Rusia diyakini telah memiliki 55 rudal Sarmat dalam kondisi siaga saat ini.

Rusia menyatakan, kebijakan untuk memproduksi massal rudal nuklir mematikan itu, sebagai respon penyebaran rudal pertahanan AS di perbatasan Rusia, serta proyek-proyek seperti Global Strike Prompt. Sejumlah pihak, termasuk mantan pejabat Kementerian Pertahanan Rusia, bahkan menyebut AS dan Rusia sudah memasuki era Perang Dingin baru.

Ujicoba peluncuran rudal balistik antarbenua RS-28 Sarmat. (Foto: Vladimir Fedorenko / Sputnik)
“Sarmat diperlukan untuk serangan pertama terhadap musuh. Namun, Rusia tak akan pernah menjadi pihak pertama yang menyerang dengan misil nuklir. Meski kemungkinan ini terekam dalam doktrin militer kami," kata Doktor Ilmu Teknik, Peneliti Senior di Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia (RAN) Mayor Jenderal Vladimir Dvorkin.

Amerika Remehkan Kemampuan Misil Rusia

Markas Pertahanan AS, Pentagon dan CIA, tak percaya dengan kehebatan senjata nuklir hipersonik Rusia. CIA menilai Presiden Vladimir Putin membuat klaim banyak hal yang tanpa dasar. AS meremehkannya dengan menyebut tak ada yang berubah dari kemampuan rudal Moskow.

Menteri Pertahanan atau Kepala Pentagon AS, James Norman Mattis mengatakan, kemampuan senjata baru Rusia itu baru bisa terealisasi beberapa tahun ke depan. Mattis menilai beberapa komentar terkait klaim kehebatan rudal hipersonik Rusia itu tak lebih dari sekadar retorika, terkait pemilu Rusia yang tak lama lagi digelar.

”Mereka tidak mempengaruhi kebutuhan apapun di pihak kami untuk perubahan postur jera kami, yang tentunya merupakan indikasi bahwa saya mencatat penilaian ini dengan sesuatu yang sedang berubah,” ujar Mattis saat akan lawatan ke Oman, seperti dirilis Departemen Pertahanan AS, (11/3/2018).

Mattis menegaskan, kemampuan militer Rusia tidak dapat mengubah keseimbangan militer dunia pada saat ini. Menurutnya, ucapan Putin “mengecewakan, dan tidak mengejutkan.” Juru bicara Pentagon Dana White juga meremehkan senjata hipersonik terbaru Putin itu. Dia percaya militer AS mampu membela negaranya tersebut dari ancaman apapun.

Misil balistik antarbenua (ICBM) Amerika Serikat yang ditempatkan di wilayah Alaska. (Foto: Flickr/ The U.S. Army)
Sedangkan Direktur CIA Michael Pompeo berpendapat, senjata baru Rusia yang dibanggakan Putin tidak mengherankan bagi komunitas intelijen AS. Pompeo menghimbau publik Amerika agar tidak khawatir dengan potensi ancaman sistem senjata strategis Rusia.

”Vladimir Putin mengatakan banyak hal yang tanpa dasar. Saya tidak ingin berkomentar secara tepat mengenai rinciannya. Kami mengikuti dan melacak semua ini dengan ketat, begitu pula rekan kami di Departemen Pertahanan,” kata Pompeo di Fox News Sunday, Senin (12/3/2018).

”Amerika harus yakin bahwa kami memiliki pemahaman yang sangat baik tentang program Rusia dan bagaimana memastikan bahwa Amerika terus diamankan dari ancaman Vladimir Putin,” lanjut Pompeo. (*)

Sumber: Krasnaya Zvezda/rbth/Russia Today/Sputnik
ads 720x90

#Tags

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Comment
Disqus