Ibu negara Suriah, Asma Assad, saat berusaha menenangkan seorang wanita yang menjadi korban perang di Homs, Suriah. (Foto: The New York Times) |
"Tidak perlu jenius untuk mengetahui apa yang dinginkan mereka setelah saya pergi meninggalkan Suriah. Ide tersebut bukan untuk menyelamatkan saya dan anak-anak. Itu adalah sebuah usaha yang disengaja untuk menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap presiden mereka,"DAMASKUS -- Negara Arab Suriah hingga kini masih bergelut dengan peperangan. Negara yang dulunya menjadi salah satu negara terkaya di dunia itu, kini telah hancur lebur menjadi puing-puing akibat perang. Walau telah lama berselang, ambisi negara sponsor seperti Amerika Serikat, Turki, Arab Saudi, Israel, Qatar dan sejumlah negara anggota NATO untuk menumbangkan pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad, tetap tak terwujud dan Assad tetap tak tersentuh.
Saat permulaan perang, ketika Iran dan Rusia belum ikut campur membantu pemerintah Suriah, propaganda negara-negara Barat dan sebagian negara Arab teluk untuk menjelekkan citra dan pamor keluarga Assad di mata rakyatnya begitu kencang terjadi. Dengan dibantu media massa internasional, rezim Assad diidentikkan dengan kebrutalan, kesadisan, kejam dan diktator. Sesuatu yang tak pernah terbukti kebenarannya hingga kini.
Tak banyak yang tahu mengenai Presiden Suriah Bashar Al-Assad, media internasional bahkan menyebutkan gerak geriknya tak pernah bisa diprediksi. Namun, yang paling ingin diketahui dunia tentu saja keluarganya, terutama mengenai kehidupan istrinya Asma Assad, yang oleh media massa Barat diberikan gambaran sebagai wanita sosialita yang cinta kemewahan.
Presiden Suriah beserta istrinya Asma Assad, ikut serta memberikan suara dalam pelaksaanan pemilu di negara tersebut.(Foto: Sputnik International) |
Dalam sebuah wawancara, istri Presiden Suriah Asma Al Assad menceritakan bahwa ia memilih untuk tetap bertahan di tanah Suriah demi melanjutkan perjuangan bersama suaminya daripada kabur dan lari dari Suriah. Ia tidak peduli walaupun setiap hari gempuran kelompok pemberontak dan militan Suriah terus mengancam keselamatan ia dan keluarganya.
Asma mengatakan pernah ditawari suaka oleh negara-negara yang jadi musuh rezim Suriah. Suaka itu ditawarkan untuk perlindungan terhadap dirinya, anak-anaknya serta diberikan jaminan hidup mewah dan finansial.
Asma Assad saat mengunjungi para korban perang, akibat serangan kelompok ISIS dan pemberontak bentukan Amerika Serikat dan Arab Saudi.(Foto: The Guardian) |
"Saya tidak pernah berpikir mencari tempat lain sama sekali. Benar bahwa saya pernah ditawari untuk kabur meninggalkan Suriah atau lebih tepatnya lari dari Suriah. Mereka akan menjamin keamanan dan perlindungan bagi anak-anak saya, dan bahkan kebutuhan finansial," kata Asma seperti dilansir Channel News Asia, Rabu (19/10/16).
Dalam pandangan Asma, ajakan tersebut merupakan sebuah jebakan terhadap dirinya. Sebab, kaburnya Asma ke negara lain dapat membuat kepercayaan masyarakat Suriah hancur terhadap kepemimpinan Presiden Bashar Al Assad.
Asma Assad ikut menjadi penyuluh dalam sebuah program rehabilitasi anak-anak yang menjadi korban perang di Suriah.(Foto: The Guardian) |
Ibu Negara Suriah yang lahir di London ini, mengakui bahwa semua pihak telah menderita dalam konflik Suriah yang sudah berlangsung lima tahun, di mana ratusan ribu orang telah tewas.
Namun, dia kecewa dengan media Barat yang jarang menunjukkan penderitaan rakyat Suriah pendukung pemerintah yang diserang dan dibunuh oleh kelompok ISIS, pemberontak dan militer Barat.
Rakyat Suriah berebut berusaha untuk bisa mendekati dan mencium ibu negara mereka, Asma Assad di sebuah pusat perbelanjaan di Damaskus, Suriah.(Foto: Al Arabiya) |
Asma pun menegaskan bahwa dirinya dan keluarga tidak akan berusaha melakukan pencitraan apapun untuk menepis tuduhan buruk media massa Barat kepadanya. Dia yakin bahwa waktu akan menjawab segala bentuk ketulusan pejuangannya dalam membela rakyat Suriah. "Biarlah rakyat kami (Suriah) yang akan memberikan penilaian terhadap kami, tutup Asma.(*)
Sumber: Russia 24/Channel News Asia