"Itu bukan perubahan tapi peningkatan kemampuan, yang semula satuan linud, memang sudah memiliki kemampuan linud ditambah dengan raider. Jadi para raider ini selain bisa diterjunkan tetapi juga bisa melaksanakan operasi raider,"Jalurmiliter.com -- Indonesia merupakan salah satu dari lima negara yang memiliki pasukan elit terkuat dan terbanyak di dunia. Setiap angkatan di kesatuan TNI memiliki beberapa pasukan elit tersendiri yang memiliki kemampuan dan kualifikasi tempur spesial. Bahkan sebagian pasukan elit TNI keberadaannya dirahasiakan dan kurang terekspos di media massa atau di masyarakat.
Beberapa pasukan elit yang dimiliki TNI diantaranya seperti Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Detasemen Jalamangkara (Denjaka), Paskhas, Tontaipur, Raider, dan lain-lain. Seakan tak pernah berpuas hati dengan kemampuan tempur TNI saat ini, TNI kembali memperkuat dan membangun pasukan elit baru yang memiliki kualifikasi tempur di atas rata-rata pasukan TNI lain.
Adalah Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad) merupakan bagian dari Komando Utama (Kotama) tempur. Selama ini, ada dua kualifikasi yang dimiliki oleh prajurit pilihan di Kostrad, yakni intai tempur yang bertugas membuka jalan bagi pasukan reguler, serta lintas udara atau linud. Namun, sejak 2015 lalu, kualifikasi prajurit Kostrad bertambah, yakni Para Raider.
Pasukan TNI saat melakukan latihan antiteror dan penyergapan. (Foto: Istimewa) |
"Itu bukan perubahan tapi peningkatan kemampuan, yang semula satuan linud, memang sudah memiliki kemampuan linud ditambah dengan raider. Jadi para raider ini selain bisa diterjunkan tetapi juga bisa melaksanakan operasi raider," terang Kepala Penerangan Kostrad Letkol Agus Bhakti, Jumat (1/7).
Secara umum, kemampuan Raider biasanya digunakan untuk mobilisasi pasukan, utamanya menggunakan helikopter atau yang dinamakan mobilisasi udara (mobud). "Tetapi untuk brigif para, selain mobud atau helikopter tetapi bisa diterjunkan dari pesawat udara," lanjutnya.
Setiap satuan di Kostrad, umumnya sudah memiliki kualifikasi Linud atau Para, sehingga para prajurit sudah terbiasa terjun dari pesawat udara. "Core-nya adalah pasukan terjun. Serangan bertahan, kejutan ditambah lagi dengan raider tadi." "Perbedaan dengan pasukan lain, ada infantri yang masuknya biasa saja, tidak ada kemampuan raider dan linud. Yang saya tahu tidak punya kemampuan linud. Nah ini sudah punya kemampuan linud, dasarnya satuan linud, bisa mobud. Bisa dijalankan dengan heli," papar Agus.
Pasukan TNI saat melakukan latihan tempur di hutan belantara. Pasukan TNI diwajibkan harus menguasai kekuatan tempur perang gerilya dan kemampuan bertahan hidup di hutan rimba. (Foto: Istimewa) |
Pada tahap ini, setiap prajurit mendapat pelatihan menghadapi pertempuran kota, jarak dekat, dan ilmu medan. Kemudian tahap gunung, di mana pasukan diajari survival di hutan belantara dan kemampuan gerilya di gunung. Dalam tiga hari, prajurit tidak dibekali makanan, hanya garam dan korek api. Lalu ditutup dengan tahap rawa, di mana mereka harus bergerak di daerah berawa dengan senyap.
Meski demikian, Agus mengakui kualifikasi ini merupakan kemampuan yang harus dimiliki setiap prajurit Angkatan Darat. Tak heran pelatihannya tetap sama, yakni Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdik Passus) di Batujajar, Jawa Barat. Sejak terjadi penambahan kemampuan, nama Brigade maupun Batalyon ikut diubah, dari Linud menjadi Para Raider.
Sedangkan Batalyon Raider yang merupakan cikal bakal lahirnya pasukan elit Para Raiders, adalah satu batalyon pasukan elit infanteri Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sepuluh batalyon raider yang diresmikan pada 22 Desember 2003 itu, dibentuk dengan membekukan 8 yonif pemukul Kodam dan 2 yonif Kostrad.
Sebagai kekuatan penindak, kekuatan satu batalyon raider (yonif/raider) setara tiga kali lipat kekuatan satu batalyon infanteri (yonif) biasa di TNI Angkatan Darat.
Setiap batalyon raider terdiri atas 747 personel. Mereka memperoleh pendidikan dan latihan khusus selama enam bulan untuk perang modern, anti-gerilya, dan perang berlarut. Tiap-tiap batalyon ini dilatih untuk memiliki kemampuan tempur tiga kali lipat batalyon infanteri biasa. Mereka dilatih untuk melakukan penyergapan dan mobil udara, seperti terjun dari Helikopter.
50 orang personel di antara 747 orang personel dalam satu batalyon Raiders memiliki kemampuan anti teror dan keahlian-keahlian khusus lainnya. Keahlian tersebut mereka dapatkan setelah mengikuti pendidikan yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan Pasukan Khusus yang bertempat di Batujajar, Jawa Barat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan pasukan Raiders. (*)
Sumber: Jalurmiliter.com/Merdeka.com