Menderita kekalahan bertubi-tubi sejak ikut campurnya Rusia di medan perang Suriah, kelompok teror ISIS mengancam akan menyerang Rusia dan membunuh Presiden Vladimir Putin. (Foto: express.co.uk) |
“Karena terus mengalami kekalahan, ISIS mencoba memindahkan aktivitas terorisnya ke luar Suriah. Hal ini menciptakan ancaman bagi negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Rusia.”DAMASKUS -- Bantuan yang diberikan Federasi Rusia kepada pemerintahan Presiden Bashar Al Assad dalam menumpas kelompok teror ISIS di bumi Suriah dengan cepat mengubah peta pertempuran. ISIS yang sebelumnya sangat begitu kuat dan dibantu oleh Arab Saudi, dan beberapa negara teluk lainnya, kini berada di ujung kekalahan.
Hingga saat ini, wilayah kekuasaan ISIS yang sebelumnya membentang dari Irak, Suriah, hingga Libya, perlahan-lahan mulai menyusut, akibat terus mengalami kekalahan dalam menghadapi pasukan pemerintah dari masing-masing negara yang ingin merebut wilayahnya kembali.
Terus menderita kekalahan, ISIS pun dendam kesumat kepada tokoh yang menjadi biang keladi semua kesialan mereka, ya siapa lagi kalau bukan Presiden Rusia Vladimir Putin. ISIS pun mengancam akan menyerang Rusia dan membunuh Presiden Putin.
Seperti pada 31 Juli lalu, ISIS kembali memublikasikan sebuah video ancaman di YouTube. Dalam video itu tampak seorang pria yang mengenakan penutup wajah, berkata dengan mata tertuju pada kamera, “Putin, Anda dengar? Kami juga akan datang ke Rusia dan akan membunuh Anda di sana, insya Allah.” Ia lalu menyerukan agar para milisi Islam meluncurkan jihad di Rusia.
Menurut laporan Reuters, tautan video tersebut dikirim oleh akun aplikasi Telegram yang terhubung dengan para milisi. Dalam video tersebut, kelompok ISIS memperlihatkan adegan pria bersenjata menyerang kendaraan lapis baja. Mereka juga menunjukkan tenda dan pengumpulan senjata di sebuah padang gurun.
Kelompok teror ISIS merekam propagannya melalui video dan menyebarkannya di dunia maya. |
Rekaman video itu tidak memberikan alasan mengapa Rusia dan Putin menjadi target. Namun, Rusia dan AS dalam beberapa hari ini telah membahas kerja sama militer dan intelijen dalam melawan ISIS dan Al-Qaeda di Suriah.
ISIS Serukan Muslim Rusia Bunuh Putin
Sebelumnya, pada Maret lalu sekelompok teroris Rusia yang berjanji setia kepada ISIS menyerukan jutaan warga muslim Rusia untuk mengangkat senjata dan melakukan serangan terhadap penduduk dan pemerintah Rusia lewat rekaman video yang beredar di dunia maya.
Kremlin menanggapi pesan teroris tersebut dengan menegaskan bahwa ancaman semacam itu tak akan mempengaruhi kebijakan Rusia dalam memerangi terorisme. Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Kepresidenan Dmitry Peskov, yang menambahkan bahwa Rusia tak perlu pontang-panting menghadapi ancaman teroris yang ‘ekornya sedang diinjak-injak’.
ISIS memanggil para pengikutnya untuk melakukan jihad di Rusia karena operasi militer yang dilancarkan Angkatan Udara Rusia di Suriah menciptakan kerusakan serius bagi mereka, demikian disampaikan Vladimir Akhmedov, peneliti senior dunia Arab di Institut Studi Oriental, Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
Presiden Rusia, Vladimir Putin saat bertemu Presiden Suriah, Bashar Al Assad. |
Sergei Goncharov, presiden asosiasi veteran antiteror internasional unit Alfa, juga sepakat dengan pandangan tersebut. Ia mengaitkan ancaman terhadap Rusia dengan serangkaian serangan baru-baru ini yang terjadi di sejumlah negara Barat.
“Karena terus mengalami kekalahan, ISIS mencoba memindahkan aktivitas terorisnya ke luar Suriah. Hal ini menciptakan ancaman bagi negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Rusia.” katanya.
Sejauh ini, ISIS belum melakukan aksi terorisme besar-besaran di tanah Rusia. Serangan terbesarnya sejauh ini ialah meledakkan pesawat penumpang Rusia Airbus A321 di atas Semenanjung Sinai, 31 Oktober 2015 lalu, yang menewaskan 224 jiwa. Namun demikian, para pakar mengingatkan bahwa ancaman teroris harus ditanggapi dengan serius.
“Ada sekitar dua ribu hingga empat ribu warga negara Rusia yang bertempur di pihak ISIS, sebagian besar warga suku Chechnya dan penduduk dari republik lainnya di Kaukasus Utara,” kata Vladimir Akhmedov. Seiring dengan kekalahan-kekalahan militer mereka di Suriah dan Irak, kemungkinan para milisi akan kembali ke Rusia dan melancarkan aksi terorisme, tambahnya.
Rusia Siap Hadapi Setiap Ancaman ISIS
Secara umum, pasukan keamanan Rusia dinilai mampu mengatasi ancaman dan mencegah para milisi kembali ke Rusia. “Perbatasan kita di bawah kendali. Para petugas di lapangan memiliki data para bandit yang bertempur di Suriah,” kata Goncharov.
Sebuah helikopter tempur Rusia membombardir basis pertahanan kelompok ISIS di Aleppo Selatan, Suriah. (Foto: Istimewa) |
“Jumlah pelaku potensial bom bunuh diri yang kami awasi mencapai lebih dari 220 orang,” katanya. Bortnikov menambahkan bahwa FSB bekerja sama dengan badan rahasia asing, termasuk dari AS sebagai upaya memerangi terorisme internasional.
Para pakar yakin meski ISIS telah mengeluarkan ancaman, operasi militer Rusia di Suriah akan tetap berlanjut, karena itu merupakan satu-satunya cara mengalahkan kelompok teroris tersebut dan mencegah perluasan serangan mereka. “Kita tak hanya perlu mengalahkan ISIS, tapi juga menghancurkan markas sosial mereka,” kata Akhmedov. Menurutnya, jika ISIS kehilangan wilayah dan dukungannya di Suriah, popularitas mereka akan mulai menyusut.
Kelompok ISIS telah mengklaim bertanggung jawab dalam serangkaian serangan mematikan di sejumlah negara Eropa. Mungkinkah ISIS mampu membuktikan ancamannya menebarkan teror di tanah Rusia yang dikenal memiliki militer sangat kuat dan militan di dunia, seperti halnya yang mereka lakukan di negara Eropa lainnya? (*)
Sumber: Reuters/indonesia.rbth.com