Presiden Federasi Rusia Vladimir V. Putin saat mengunjungi Indonesia. (Foto: Istimewa) |
"Kooperasi kedua negara sangat aktif sejak puluhan tahun lalu. Salah satu kerjasamanya terjadi pada tahun 1960-an di daerah Papua. Ini sudah menjadi tradisi antara Indonesia dan Rusia,"JAKARTA -- Kedekatan Indonesia dengan negara Federasi Rusia bukanlah sebuah kedekatan biasa. Sejarah mencatat, saat Rusia masih berbentuk kesatuan Uni Soviet, Indonesia mendapatkan bantuan besar-besaran dari negeri beruang merah tersebut. Andil Uni Soviet/ Rusia dalam mempertahakan kemerdekaan Indonesia terutama dalam mengembalikan Irian Jaya/Papua kedalam NKRI menjadi catatan manis dalam sejarah pertemanan kedua bangsa.
Banyak negara yang meyakini dengan melihat kedekatan Indonesia dan Rusia, sekalipun Indonesia mengatakan menganut politik luar negeri "bebas aktif", sudah terjalin aliansi yang kuat antara kedua negara ini. Hal ini tidak bisa dibantah, bahkan ini diakui oleh pihak Rusia sendiri.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhael Y. Galuzin menuturkan, hubungan antara militer Indonesia dan Rusia sudah terjalin sangat lama. Galuzin menyebut, hubungan itu sudah terjalin tidak lama setelah Indonesia merdeka.
"Kooperasi kedua negara sangat aktif sejak puluhan tahun lalu. Salah satu kerjasamanya terjadi pada tahun 1960-an di daerah Papua. Ini sudah menjadi tradisi antara Indonesia dan Rusia," ucap Galuzin pada Senin (28/12).
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhael Y. Galuzin dan Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu. (Foto: Istimewa) |
Produksi Komponen Pesawat Tempur Sukhoi SU-35S
Salah satu yang diminati Rusia adalah kerja sama pembuatan komponen Sukhoi dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
"Kami bersedia untuk berbicara dengan PT Dirgantara Indonesia untuk memproduksikan komponennya di sini," kata Menteri Industri dan Perdagangan Rusia Denis Valentinovich Manturov seperti dikutip dari siaran pers DPD RI, Jakarta, Senin (11/1/2016).
Rusia berniat menggandeng PT DI untuk memproduksi pesawat Superjet 100 dan MDS-21 yang bisa dimulai pada tahun 2018.
Siap Melatih Pasukan TNI
Ketua Dewan Federasi Rusia Valentina Matvienko mengusulkan pertukaran delegasi militer, pelaksanaan latihan militer bersama, dan dilanjutkannya kegiatan masuknya kapal-kapal perang Rusia ke pelabuhan-pelabuhan di Indonesia.
Indonesia sudah memiliki beberapa varian pesawat tempur tercanggih dari Rusia saat ini, diantaranya adalah pesawat tempur Sukhoi SU27 dan Sukhoi SU30 SME 2. (Foto: Istimewa) |
Senjata dan Militer
Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk membeli satu skuadron Su-35 milik Rusia secara bertahap pada September lalu. Pesawat tempur ini nantinya akan menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger milik Amerika. Sepertinya, Indonesia pun akan mendapat pinjaman lunak senilai tiga miliar dolar AS atas pembelanjaan ini.
Selain itu, Kementerian Pertahanan Indonesia juga berencana membeli lima kapal selam Rusia. Sebelumnya, pihak Indonesia telah melakukan negosiasi dengan pihak Rusia mengenai pembelian kapal selam bekas proyek 877 Paltus, tetapi kemudian pihak Indonesia mengumumkan pembatalan kesepakatan ini dan memilih untuk membeli kapal selam bertenaga diesel terbaru Amur-1650.
Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengatakan bahwa kapal selam bertenaga diesel milik Rusia memiliki karakteristik terbaik.
Utusan dari angkatan perang Federasi Rusia saat memberikan pengarahan kepada pasukan Marinir TNI AL. Rusia sering memberikan pelatihan untuk memperkuat pasukan TNI. (Foto: Istimewa) |
Rusia dan Indonesia memiliki pengalaman positif dalam kerja sama di bidang militer. Sejak tahun 2000, TNI menerima beberapa modifikasi jet tempur Su, helikopter Mi-17-IV dan Mi-35M, BTR-80A, BMP-3F, dan senjata AK-101 serta AK-102.
Energi Nuklir
Kerja sama yang intens diamati dari industri nuklir. Pada bulan Juni 2015 di Moskow, Indonesia dan Federasi Rusia menandatangani nota kesepahaman kerja sama di bidang energi nuklir damai. Kemudian, pada bulan September 2015 di Jakarta, telah ditandatangani nota kesepahaman terkait pembangunan proyek PLTN berdaya tinggi dan PLTN terapung di Indonesia .
Yaroslav Shtrombakh, anggota Presidium dan sekaligus Ketua Seksi Dewan Ilmiah dan Teknis perusahaan milik negara Rosatom, turut menyampaikan bahwa Rosatom siap untuk membangun PLTN di Indonesia jika permintaan telah diterima.
Menurut Shtrombakh, teknologi modern memungkinan pembangunan reaktor yang mampu memperhitungkan konsekuensi lanskap Indonesia dan dapat tetap berfungsi di tengah bencana alam. “Kami siap untuk membangun reaktor dengan mempertimbangkan permintaan khusus dari klien kami,” ujarnya.
Selain itu, Indonesia juga berusaha untuk mengembangkan teknologi nuklir damai. Pada tahun 2016, universitas-universitas teknik Rusia berencana menerima 20 siswa dari provinsi Kalimantan Timur yang akan mempelajari energi atom di Rusia.
Proyek Infrastruktur
Setelah pertemuan antara Menteri Perekonomian Indonesia Hatta Rajasa dan Duta Besar Rusia Aleksander Ivanov pada 2011 silam, keinginan Rusia untuk berinvestasi dalam pembangunan kereta api di Indonesia menjadi jelas.
Pembangunan jalur kereta api (dengan panjang sekitar 300 km) antara Provinsi Kalimantan Tengah dan Timur menuju terminal batu bara akan dikerjakan oleh Kalimantan Rail. Dalam proyek ini, Russian Railways memiliki 50 persen + 1 saham perusahaan.
Salah satu perjanjian kerjasama yang ditandatangani salah satu perusahaan BUMN Rusia yang memproduksi alutsista dengan Indonesia. (Foto: Istimewa) |
Pada bulan September 2015, Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak tiba di Moskow untuk membahas prospek kerja sama bilateral lebih lanjut. Ia menyampaikan bahwa selain batubara, direncanakan pula pengangkutan kelapa sawit, kayu, dan sumber daya alam lainnya.
Selain itu, ada pula negosiasi terkait pembuatan kereta penumpang. Menurut sang gubernur, Russian Railways akan mempertimbangkan pembangunan beberapa kompleks industri di Kalimantan Timur, termasuk kompleks industri Kariangau di Balikpapan dan Buluminung di Penajam Paser Utara. (*Dari berbagai sumber)