"Rudal bukanlah sebuah isu yang dapat dinegosiasikan dengan kekuatan dunia manapun. Kesepakatan nuklir bulan Juli 2015 tidak ada hubungannya dengan kemampuan rudal kita,"TEHERAN -- Republik Islam Iran bagi Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Uni Eropa yang menjadi rivalnya, benar-benar musuh 'tengil' dan 'badung'. Berharap negeri paramullah itu akan menghentikan pengembangan program rudalnya dengan tekanan sanksi ekonomi dan militer, Teheran malah semakin menjadi-jadi dengan meningkatkan produksi rudal hingga tiga kali lipat.
Komandan senior Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), Brigadir Jenderal Amir-Ali Hajizadeh telah mengumumkan bahwa meskipun semua upaya yang dilakukan oleh musuh untuk membatasi kekuatan defensif Iran, tapi itu memiliki efek sebaliknya dimana produksi rudal telah meningkat tiga kali lipat.
Dalam pidato pada hari Rabu (7/3), Hajizadeh menuduh Amerika Serikat menggunakan standar ganda dalam hubungan internasional, karena mereka menuangkan uang untuk memperbesar persenjataan nuklir mereka, namun menolak Iran menggunakan kesempatan untuk mengembangkan program rudalnya.
Sedangkan Wakil Komandan Garda Revolusi Islam (IRGC) Hossein Salami mengatakan bahwa Iran tidak akan pernah menegosiasikan kekuatan misilnya dengan kekuatan dunia manapun.
"Rudal bukanlah sebuah isu yang dapat dinegosiasikan dengan kekuatan dunia manapun. Kesepakatan nuklir bulan Juli 2015 tidak ada hubungannya dengan kemampuan rudal kita. Iran bertindak lebih independen daripada kekuatan lain yang sejalan dengan penguatan kemampuan pertahanannya," katanya, (02/18).
Komandan Kedua Pasukan Garda Revolusi Iran Brigadir Jenderal Hossein Salami. (Foto: en.radiofarda.com) |
Sebelumnya, pejabat Iran telah menolak permintaan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian untuk membatasi program rudalnya setelah satu hari diskusi menegangkan di Teheran pada hari Senin (5/3), yang bertujuan untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran.
Le Drian mengunjungi Teheran dan bertemu dengan Presiden Hassan Rouhani dan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, untuk menekan Iran segera menghentikan pengembangan rudal dan senjata nuklirnya.
Kunjungan tersebut terjadi di tengah pertemuan oleh pemerintah Eropa untuk menyelamatkan kesepakatan 2015 setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan meninggalkannya kecuali jika ada pembatasan baru yang sulit dilakukan di Iran sebelum 12 Mei.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian saat bertemu Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif di Teheran pada tanggal 5 Maret 2018. (Foto: Atta Kenare/AFP) |
"Dan yang terpenting adalah menekan Amerika Serikat untuk memenuhi komitmennya berdasarkan kesepakatan dan tidak membiarkannya mengajukan tuntutan ilegal dan tidak masuk akal," kata Zarif, seperti disiarkan France24 TV Network.
Menlu Zarif malah balik mengecam tindakan AS dan Eropa mengirim senjata ke Timur Tengah, saat mempertanyakan program rudal negara tersebut. Iran menegaskan akan tetap melanjutkan pengembangan rudal untuk mencegah agar situasi yang terjadi di masa lalu, saat serangan rudal kiriman dari Barat untuk Saddam Hussein, membombardir negara tersebut.(*)
Sumber: islamtimes.org