"Setidaknya, Huawei telah memberikan kepada pemerintah China informasi terkini dan ekstensif mengenai sistem telekomunikasi asing yang bekerja sama dengannya. Saya rasa ini sudah sangat jelas,"WASHINGTON DC -- Mantan direktur Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) Michael Hayden mengatakan bahwa ada pihak yang menjadi 'mata' bagi Beijing, China. Pihak yang dimaksud adalah Huawei, salah satu vendor mobile terbesar di China saat ini.
Hayden mengatakan bahwa Huawei sengaja menjadi kaki tangan pemerintah untuk melakukan aksi spionase terhadap negara-negara barat.
Hayden kepada harian Australian Financial Review mengatakan, China terlibat dalam spionase tak terbatas terhadap Barat dan ia meyakini Huawei membagikan informasi kepada badan pemerintah China.
"Setidaknya, Huawei telah memberikan kepada pemerintah China informasi terkini dan ekstensif mengenai sistem telekomunikasi asing yang bekerja sama dengannya. Saya rasa ini sudah sangat jelas," kata Hayden.
Inggris, Amerika Serikat, dan Australia, telah mengungkapkan kekhawatirannya, bahwa dengan dugaan keterkaitan Huawei dan pemerintah China, pasok peralatan telekomunikasi dari perusahaan tersebut digunakan untuk kegiatan mata-mata dan serangan jaringan internet.
Huawei juga dilarang pemerintah Australia ikut tender pengembangan jaringan pita lebar (broadband) Australia, sekutu Amerika Serikat di Asia Pasifik.
Kecurigaan aksi mata-mata Huawei juga datang dari Kanada. Kanada menolak visa yang diajukan oleh dua pekerja Huawei dengan alasan dugaan mata-mata. Dalam sebuah surat yang berhasil didapatkan oleh South China Morning Post, tertulis bahwa "ada alasan yang masuk akal yang membuat kami percaya bahwa Anda adalah bagian dari kelompok yang tidak bisa diizinkan masuk seperti yang dijelaskan dalam Regulasi Perlindungan Imigrasi dan Pengungsi bagian 34(1)(f)".
Orang-orang yang dimaksud dalam regulasi tersebut adalah orang-orang yang terlibat dalam organisasi mata-mata, terorisme dan pengalihan isu pemerintah. Sementara itu, seorang pekerja Huawei yang lain dilarang masuk dengan alasan yang sama, pasangannya diduga termasuk ke dalam kelompok orang yang dilarang masuk ke Kanada.
Vice President Well Trend, Victor Lum meyakinkan bahwa kedua pekerja Huawei itu telah membantah dugaan bahwa mereka adalah mata-mata. Kedua orang tersebut mengajukan visa ke Kanada dalam waktu yang berbeda.
Tentara cyber China bekerja di depan komputer. Serangan cyber rezim China terhadap Amerika Serikat terus berlanjut meski ada perjanjian dunia maya. (Foto: mil.huanqiu.com) |
Huawei dan ZTE Jadi Ancaman dan Dilarang Masuk AS
Seorang anggota parlemen dari Partai Republik awal pekan ini mengumumkan, bahwa pihaknya telah memperkenalkan undang-undang yang ditujukan khusus untuk Huawei dan ZTE. RUU yang diumumkan pada hari Jumat (12/1/2018) ini mencegah pemerintah federal bekerja sama dengan perusahaan yang menggunakan peralatan yang dibuat oleh Huawei dan ZTE, atau layanannya.
Laman Phone Arena menyebutkan, RUU diperkenalkan segera setelah berita AT&T membatalkan kemitraan dengan Huawei karena tekanan politik menjadi berita utama. Mike Conway dari Partai Republik yang memperkenalkan RUU tersebut mengutip kekhawatiran mata-mata.
Pandangan ini berdasarkan sebuah laporan yang dikeluarkan oleh House Intelligence Committee pada tahun 2012. Laporan ini memberi tag Huawei dan ZTE sebagai ancaman nasional.
Teknologi komersial China dianggap merupakan wahana bagi Pemerintah China untuk memata-matai agen federal Amerika Serikat. Hal itu dianggap sebagai ancaman keamanan nasional yang berat.
Mike Conway berpendapat, mengizinkan Huawei, ZTE, dan entitas terkait lainnya mengakses komunikasi pemerintah AS akan mengundang pengawasan China ke semua aspek kehidupan warga Negara Paman Sam.
Huawei, perusahaan pembuat smartphone terbesar ketiga di dunia dan juga perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi, telah lama diduga sebagai mata-mata Tiongkok oleh AS.
Sementara itu, Huawei berkali-kali membantah pihaknya memiliki hubungan langsung dengan pemerintah China, namun Kongres Amerika Serikat tetap meminta pengecualian perusahaan tersebut dari kontrak-kontrak pemerintah Amerika Serikat. Otomatis, ambisi dua vendor raksasa tersebut untuk bisa ekspansi ke AS, jadi kandas di tengah jalan.(*JM)