India telah menandatangani pembelian 5 unit sistem pertahanan udara rudal S-400 dari Rusia. Kebijakan New Delhi ini mendapat tentangan dari Pakistan dan Amerika Serikat (AS). (Foto: onlineindus.com) |
"Pembelian sistem rudal S-400 India adalah bagian dari upaya mereka untuk memperoleh Sistem Pertahanan Rudal Balistik (BMD) melalui berbagai sumber. Ini akan semakin mengacaukan stabilitas strategis di Asia Selatan, selain mengarah ke perlombaan senjata baru,"ISLAMABAD -- Keputusan militer India untuk membeli sistem pertahanan udara Rudal S-400, mendapat kecaman dari Amerika Serikat (AS) dan Pakistan. Bahkan kedua negara menuding Rusia sebagai produsen, telah memicu perlombaan senjata di anak benua Asia tersebut.
Pemerintah Pakistan mengkritik pembelian sistem rudal S-400 Rusia oleh India sebagai bagian dari upaya New Delhi untuk memperoleh Sistem Pertahanan Rudal Balistik (BMD). Islamabad menilai pembelian senjata pertahanan itu akan memicu perlombaan senjata baru di kawasan setempat.
"Pembelian sistem rudal S-400 India adalah bagian dari upaya mereka untuk memperoleh Sistem Pertahanan Rudal Balistik (BMD) melalui berbagai sumber. Ini akan semakin mengacaukan stabilitas strategis di Asia Selatan, selain mengarah ke perlombaan senjata baru," kata Kantor Kementerian Luar Negeri Pakistan, seperti dikutip dari Geo News, Sabtu (20/10/18).
Sedangkan AS menyatakan, Jika New Delhi tetap membeli senjata tersebut dari musuh 'bebuyutannya' Rusia, Washington mengancam akan menjatuhkan sejumlah sanksi terhadap India. Namun, dalam pesan samarnya, Washington menyatakan bahwa keputusan sanksi apa pun terhadap India tidak dapat diprediksi.
Amerika Serikat melalui Kedutaan-nya di New Delhi menegaskan bahwa sanksi yang dibuat berdasarkan undang-undang bernama Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) itu sejatinya hanya menargetkan militer Rusia, bukan sekutu atau mitra Washington.
"Pengesahan dari Pasal 231 Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) akan dipertimbangkan pada transaksi demi transaksi. Kami tidak bisa memprediksikan keputusan sanksi apa pun," Kedutaan Amerika Serikat yang dilansir NDTV, Sabtu (6/10/18).
"Maksud dari implementasi CAATSA kami adalah untuk membebani Rusia atas perilaku buruknya, termasuk dengan menghentikan aliran uang ke sektor pertahanan Rusia. CAATSA tidak dimaksudkan untuk membuat kerusakan pada kemampuan militer sekutu atau mitra kami. Otoritas pengabaian bukan untuk pembebasan 'selimut'. Ini adalah khusus transaksi. Ada kriteria ketat untuk mempertimbangkan pengabaian," lanjut kedutaan tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu Perdana Menteri India Narendra Modi saat tiba di New Delhi, Kamis (4/10/18). (Foto/Sputnik/Mikhail Metzel/Kremlin via REUTERS) |
India Tidak Takut Ancaman AS dan Pakistan
Menanggapi sejumlah pernyataan menyerang dari Amerika dan Pakistan, India menyatakan ketahanan hubungan diplomatik negara itu sedang diuji dan inilah saatnya India akan menyatakan kedaulatannya. India tidak takut dengan segala ancaman yang dilontarkan AS terkait pembelian senjata canggih tersebut.
"S-400 menarik perhatian karena Trump-AS overhang. Dengan undang-undang domestik AS yang mengecilkan negara-negara seperti India dari keterlibatan perdagangan yang signifikan dengan Rusia, ada subteks politik visibilitas tinggi tentang bagaimana kesepakatan ini akan berdampak pada hubungan bilateral India-AS," kata Uday Bhaskar, direktur The Society for Policy Studies.
"Tanggapan AS akan terbukti pada 5 November, ketika kedua perdagangan dengan Rusia dan impor hidrokarbon dari Iran akan mencapai titik kritis. Jika AS memutuskan untuk melanjutkan dengan undang-undang domestiknya dan meminta hukuman/sanksi terhadap New Delhi, itu akan menguji ketahanan bilateral India-AS," katanya.
Seperti diketahui, India menyatakan akan membeli sejumlah persenjataan dan misil super canggih dari Rusia. Penandatanganan dilakukan saat Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu Perdana Menteri Narendra Modi di New Delhi. Dalam kunjungan itu, India dan Rusia meneken lebih dari 20 dokumen termasuk kesepakatan pembelian sistem rudal S-400.
Kunjungan Putin ke India juga bersamaan dengan munculnya laporan bahwa Rusia ingin memasok New Delhi dengan tiga jet tempur supersonik MiG-21. India mengumumkan pembelian lima unit sistem pertahanan rudal S-400 Rusia dengan nilai kesepakatan kontrak antara USD4,5 miliar hingga USD5 miliar.
"Kedua belah pihak menyambut baik kesimpulan dari kontrak untuk suplai S-400 Long Range Surface to Air Missile System ke India," bunyi pernyataan bersama yang dirilis setelah pembicaraan antara Perdana Menteri Narendra Modi dan Presiden Rusia Vladmir Putin.
Senjata pertahanan yang dibeli ini dapat melesatkan 72 rudal dalam sekali tembak dan melibatkan hingga 36 target sekaligus. Proses pengirimannya akan dimulai dalam dua tahun ke depan. Sistem rudal mutakhir ini akan membantu India untuk memukul mundur serangan udara musuh-musuhnya, terutama Pakistan dan China.
Kepala Angkatan Udara India BS Dhanoa mengatakan sistem rudal S-400 menyediakan penyokong yang sangat dibutuhkan Angkatan Udara. Menurutnya, senjata tersebut dirancang untuk menghancurkan serangan udara, termasuk pesawat jet tempur siluman dan target udara lainnya.
"Ini adalah sistem senjata paling mematikan di dunia dan menyediakan empat jenis pertahanan udara berlapis yang berbeda," kata Wakil Marsekal (Purn) Manmohan Bahadur kepada PTI.[*JM]
Sumber: NDTV / Geo News / Reuters