"Saya meninggalkan rumah saya, keluarga saya dan pekerjaan saya dan saya menyuarakan pandangan saya dengan tegas. Jika tidak melakukannya sama saja dengan mengkhianati orang-orang yang dipenjara. Saya bisa bersuara, sementara banyak orang lain tidak bisa."ISTANBUL -- Dunia internasional dikejutkan dengan pembunuhan wartawan veteran Arab Saudi. Jamal Khashoggi dibunuh saat mengurus surat-surat di konsulat Saudi di Istanbul tanggal 2 Oktober lalu dan tidak pernah tampak keluar lagi.
Pemerintah Saudi yang selama dua pekan terakhir menyangkal akhirnya mengonfirmasi bahwa wartawan tersebut tewas di konsulat. Riyadh mengklaim Khashoggi tewas setelah berkelahi dengan sejumlah orang yang ditemuinya di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.
Sejumlah media Amerika Serikat melaporkan pemerintah Turki memiliki rekaman suara dan video yang menurut mereka membuktikan bahwa Khashoggi dibunuh di dalam konsulat Saudi saat ia hilang.
Pejabat AS dan Turki dilaporkan mengatakan rekaman itu menunjukkan tim keamanan Saudi menahan Khashoggi saat ia mengambil dokumen untuk kelengkapan pernikahannya. Arab Saudi menyanggah terlibat dalam hilangnya Khashoggi. Lalu siapa sebenarnya Jamal Khashoggi sehingga bisa menimbulkan kehebohan atas kematiannya?
Jamal Khashoggi meniti karier sebagai seorang reporter ketika dia sudah berteman dengan Osama bin Laden, sampai kemudian menjadi pembangkang terkemuka Arab Saudi yang harus meninggalkan negaranya.
Sebelum hilang di konsulat Saudi di Istanbul, Turki, keputusan Khashoggi untuk mengasingkan diri membuatnya harus membagi waktunya antara Amerika Serikat, Inggris dan Turki. Dari luar negeri, dia menyebarkan pandangan kritis terhadap pemerintah Saudi lewat kolomnya di koran Amerika Serikat, Washington Post, dan akun Twitternya yang sangat populer dengan lebih 1,6 juta pengikut.
Pria berumur 59 tahun ini memulai kariernya sebagai wartawan di Arab Saudi setelah lulus dari sebuah universitas Amerika di tahun 1985. Selama bekerja di koran al-Madina di tahun 1990-an, dia banyak menulis tentang milisi berhaluan Islam yang pergi ke Afghanistan untuk melawan invasi Soviet.
Dia beberapa kali mewawancarai Osama bin Laden, yang dia katakan telah dikenalnya sejak masih muda. Saat itu bin Laden belum menjadi tokoh yang dikenal di Barat sebagai pemimpin al-Qaida. Khashoggi mengunjungi bin Laden di gua-gua pegunungan Tora Bora, selain mewawancarainya di Sudan pada tahun 1995.
Beberapa tahun kemudian, Khashoggi sendiri diwawancarai media Jerman, Der Spiegel pada tahun 2011 terkait dengan hubungannya dengan Osama bin Laden. Khashoggi mengakui telah menyebarkan pandangan bin Laden di masa lalu dengan menggunakan cara tidak demokratis seperti menyusupi sistem politik atau menggunakan kekerasan untuk membebaskan dunia Arab dari rezim korup.
Sejak saat itu, wartawan ini menjadi salah satu pemikir progresif yang paling banyak menyatakan pandangan tentang negaranya. Khashoggi sering dikutip media Barat sebagai seorang ahli radikalisme Islam.
Dia juga dipandang sebagai salah satu orang yang berada di dalam lingkaran dalam sistem Saudi karena banyak mengenal orang penting. Ia juga bergaul dengan keluarga kerajaan.
Khashoggi bekerja di sejumlah media Arab dan saluran TV, memulai karier sebagai wartawan asing sampai menjadi pemimpin redaksi. Tetapi dia harus dua kali meninggalkan pekerjaannya di koran al-Watan, di tahun 2003 dan 2010, karena tulisannya yang kritis terhadap kelompok Islam yang mendominasi Arab Saudi, pendukung Salafisme yang dikenal akan pemahaman agama yang ketat.
Di antara tahun-tahun itu, Khashoggi meninggalkan Saudi untuk menjadi penasihat media Pangeran Saudi, Turki al-Faisal, mantan pemimpin intelijen yang menjadi duta besar Saudi untuk Inggris dan kemudian untuk AS. Tahun 2010, miliarder Saudi, Alwaleed bin Talal menugaskan Jamal Khashoggi untuk memimpin stasiun TV barunya yang bermarkas di Bahrain.
Ketika pergolakan Arab pecah, Khashoggi berpihak pada kelompok oposisi yang mendesak perubahan di Mesir dan Tunisia. Pandangannya sangat bertolak belakang dengan kebijakan resmi Kerajaan Saudi, yang memandang pemberontakan Arab sebagai ancaman.
Hatice Cengiz, warga Turki dan tunangan Jamal Khashoggi, memberi tahu pemerintah Turki bahwa Khashoggi hilang. (Foto: EPA) |
"Saya meninggalkan rumah saya, keluarga saya dan pekerjaan saya dan saya menyuarakan pandangan saya dengan tegas. Jika tidak melakukannya sama saja dengan mengkhianati orang-orang yang dipenjara. Saya bisa bersuara, sementara banyak orang lain tidak bisa. Saya bisa mengatakan Mohammed bin Salman bertingkah laku seperti Putin. Dia menerapkan hukum dengan sangat berpihak," tulisnya lewat kolomnya di Washington Post.
Berikut sejumlah fakta mengenai konspirasi pembunuhan Jamal Khashoggi yang dilakukan Arab Saudi:
1. Tubuh Khashoggi Dipotong-potong Selama 15 Menit
The New York Times merilis laporan yang menyebut tubuh jurnalis 60 tahun itu dipotong-potong tim algojo Saudi pada 2 Oktober lalu, di dalam Konsulat Saudi di Istanbul. Pihak berwenang Turki mengklaim memiliki bukti bahwa dia dibunuh oleh 15 orang yang terbang dengan jet pribadi.
Menurut laporan New York Times, Dr Salah al-Tubaigy, seorang ahli autopsi yang belajar di Glasgow pada tahun 2004, merupakan salah satu tersangka dalam tim algojo yang dituduh menyiksa dan membunuh Khashoggi. Tubaigy yang dijuluki sebagai "Dr Death (Dokter Maut)," disebut memutilasi hidup-hidup Khashoggi dalam tujuh menit pembunuhan. Sedangkan proses mutilasi rampung dalam 15 menit dengan menggunakan gergaji tulang.
Bagian tubuh wartawan itu kemudian dibungkus oleh tim algojo. Mereka beraksi dengan mendengarkan musik. Musik itu dibutuhkan agar mereka tidak mendengar jeritan. Sumber investigator Turki yang mendengarkan rekaman audio dari momen-momen terakhir wartawan tersebut. Sumber mengatakan, jeritan keras terdengar, namun berhenti ketika wartawan itu diduga disuntik dengan zat yang tidak diketahui.
"Ketika saya melakukan pekerjaan ini, saya mendengarkan musik. Anda harus melakukan itu juga," bunyi suara yang diduga suara Tubaigy dalam rekaman yang dimiliki tim investigator Turki.
2. Raja Salman Perintahkan Pembunuhan Jamal Khashoggi
Pangeran Arab Saudi yang membangkang, Khalid bin Farhan al-Saud, menuding Raja Salman bin Abdulaziz yang memerintahkan pembunuhan terhadap jurnalis Jamal Khashoggi. Ia juga menyebut Putra Mahkota, Mohammad bin Salman adalah pelaksana dari perintah tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi DW Jerman, Pangeran bin Farhan menggambarkan Raja Salman sebagai penguasa agak tiran yang menggunakan kekerasan karena ia tidak memiliki pengalaman politik.
"Tapi, sayangnya, dia adalah penguasa. Ketika dia menjadi raja, dia menerapkan metode yang serupa dengan yang dia gunakan ketika dia menjadi gubernur Provinsi Riyadh. Seandainya Khashoggi terbunuh, para pembunuh akan menerima otorisasi langsung dari kepala negara," katanya seperti dikutip dari Middle East Monitor, Jumat (19/10/18).
Namun, bin Farhan menambahkan, Raja Salman hanyalah sebuah fasad sekarang. "Perintah itu pasti telah dieksekusi oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman,” ujarnya. Pangeran bin Farhan juga menyebut kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo, ke Riyadh dan pertemuannya dengan Mohammed bin Salman, menjadi upaya untuk menjaga Putra Mahkota dalam posisi.
Pasalnya, MBS sangat penting bagi pemerintahan Donald Trump karena beberapa alasan, termasuk keuangan dan urusan militer. Pangeran Bin Farhan yang kini mengasingkan diri di Jerman tersebut, menggambarkan MBS sebagai kesempatan bagi pemerintahan AS saat ini karena dia dapat dengan mudah dikontrol dan dimanipulasi.
3. Pengeran Mohammad bin Salman Bertugas "Membersihkan"
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), telah ditunjuk untuk memimpin komite tingkat menteri yang bertugas merestrukturisasi badan intelijen. Keputusan untuk menunjuk MBS untuk memimpin proses restrukturisasi datang setelah Raja Salman mengeluarkan dekrit yang memecat wakil direktur badan intelijen, Ahmed bin Hassan bin Mohammed Asiri.
Raja Salman juga telah mengeluarkan perintah untuk menghentikan beberapa perwira dan menunjuk yang baru dalam badan intelijen utama Kerajaan Arab Saudi. Langkah-langkah baru, yang diduga bertujuan untuk memastikan lebih banyak "transparansi" dalam struktur intelijen yang sangat rahasia.
"Badan intelijen sedang dirombak sepenuhnya dari kepentingan publik, perintah Raja Salman. Oleh karena itu komite akan ditugaskan untuk merancang struktur administratif dan hierarkis baru untuk memastikan fungsi yang tepat dan penentuan tanggung jawab dalam agen mata-mata," kutip Russia Today dari kantor berita SPA, Sabtu (20/10/18).
4. Menantu Donald Trump Terlibat Pembunuhan Khashoggi
Anggota Kongres Amerika dari kubu Demokrat mengkonfirmasikan keterlibatan menantu Presiden AS di pembunuhan Jamal Khashoggi. Joaquin Castro, anggota Kongres AS dari kubu Demokrat saat diwawancarai CNN mengatakan, Menantu Trump, Jared Kushner dengan mencantumkan nama Jamal Khashoggi di list musuh Arab Saudi terlibat di pembunuhan wartawan tersebut.
Menurut Castro, Jared Kushner dengan bantuan agen intelijen memberikan list tersebut kepada Mohammad bin Salman dan pangeran mahkota Arab Saudi ini bertindak sesuai dengan list yang ia terima. Anggota Kongres dari kubu Demokrat ini menuntut penyidikan lebih lanjut terhadap petinggi intelijen Amerika di kasus ini.
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman dan Menantu Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner. (Foto: parstoday.com) |
5. Arab Saudi Akui Jamal Khashoggi Tewas di Gedung Konsulat
Arab Saudi akhirnya secara resmi mengakui bahwa Jamal Khashoggi tewas di gedung konsulat negara itu di Istanbul, Turki. Jaksa penuntut umum Saudi pada Jumat (19/10/2018) malam, mengatakan penyelidikan awal membuktikan bahwa Khashoggi tewas karena bertikai di gedung konsulat pada 2 Oktober lalu.
"Investigasi kematian Khashoggi masih berlanjut dan 18 orang telah ditangkap terkait kasus ini," tambahnya.
Pengumuman seperti ini membuktikan bahwa Saudi melalui koordinasi dengan Amerika Serikat, sedang mengelola kasus kematian Khashoggi untuk menutupi keterlibatan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
6. Tubuh Khashoggi Dilenyapkan dengan Cairan Asam
Diduga ada 15 orang yang didatangkan secara khusus dari Saudi untuk membunuh Khashoggi. Dugaan tambahan muncul bahwa jenazah Khashoggi telah dilenyapkan dengan cara dihancurkan dengan menggunakan cairan asam.
Dilaporkan oleh Sky News, mengatakan bahwa tubuh Khashoggi dihancurkan dengan zat kimia asam yang dapat bereaksi dengan sangat cepat. Setelah tubuh Khashoggi dipotong-potong dan jenazahnya dipindahkan ke kediaman resmi seorang konsul Arab Saudi di Istanbul, Mohammed al Otaibi. Kabar ini mereka kutip dari keterangan para penyelidik Turki yang sedang menangani kasus ini.
Kemal Ozturk, mantan penasihat pers untuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, pada Rabu (17/10) mengatakan bahwa tubuh Khashoggi mungkin telah "menguap" di suatu tempat di antara Konsulat Saudi dan rumah Otaibi. Ozturk menyatakan ini dengan mengutip sumber penyelidik yang tidak disebutkan namanya. Jenazah Khashoggi telah menguap karena disiram satu tong cairan asam atau dengan cara lain.
Penyelidik di Turki telah menyelesaikan penyelidikan di kediaman Mohammed al Otaibi di Istanbul. Sebuah video yang dipublikasikan oleh Yeni Safak menunjukkan bahwa saat para penyelidik meninggalkan tempat tersebut, ada noda darah di baju hazmat, pakaian pelindung untuk penyelidikan, milik salah satu petugas.[*JM]