Bendera Republik Rakyat China (RRC) yang berkibar di Smelther PT Wanatiara Persada, Pulau Obi, Provinsi Maluku Utara. |
"Sementara itu, kebanyakan tenaga kerja Indonesia di luar negeri saat ini bukan tenaga kerja yang terlatih atau bersertifikat, sehingga tidak termasuk dalam perjanjian Asean,"TERNATE -- Berita mengejutkan datang dari Ternate, Maluku Utara, Anggota Intel Pangkalan TNI AL Ternate, Sertu Agung Priyanoro menurunkan bendera Republik Rakyat China (RRC) yang berkibar di Smelther PT Wanatiara Persada, Pulau Obi, Provinsi Maluku Utara.
Sebelumnya pada Jumat 25 November, Gubernur Maluku Utara dan perwakilan Forkompimda Maluku Utara dengan menggunakan KM Sumber Raya 04 akan merapat menuju Pulau Obi untuk meresmikan Smelther PT Wanatiara Persada.
Disaat KM Sumber Raya 04 merapat ada informasi tentang pengibaran China yang posisinya sejajar dengan Bendera Merah Putih namun ukurannya lebih besar.
Saat KM Sumber Raya 04 merapat sudah terjadi insiden dan ketegangan saat sejumlah wartawan yang tiba dahulu di Pulau Obi hendak menurunkan bendera China. Namun hal itu dicegah karyawan lapangan (warga China) PT Wanatiara Persada dan Kapolres Halsel dengan maksud agar diturunkan sendiri oleh orang China supaya tidak terjadi permasalahan.
Lalu Pasintel Lanal Ternate, Mayor Laut (P) Harwoko Aji berinisiatif memerintahkan Sertu Agung Priyantoro untuk meluncur terlebih dahulu menuju ke lokasi acara. Sampai di lokasi bendera China yang terpasang sedang proses diturunkan oleh Security PT Wanatiara Persada.
Namun bendera China di dermaga masih belum diturunkan lalu Pasintel Lanal Ternate memerintahkan Sertu Agung Priyantoro untuk menuju ke dermaga dan menurunkan bendera China tersebut.
Pekerja asal China akhirnya menurunkan bendera RRC setelah aparat keamanan TNI mendatangi lokasi kejadian. |
Ketiga, ukuran bendera China tersebut lebih besar dibandingkan dengan Bendera Merah Putih selain itu dikibarkan di tempat umum.
Pengamat: 400 Juta Pengangguran China Akan Menyerbu Indonesia
Dalam acara penutupan Konferensi Internasional Federasi Asosiasi Ekonomi Asean (Federation of Asean Economic Association/FAEA) ke-41 di Yogyakarta, Jumat (25/11/2016), Ekonom Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, Dr. Aviliani, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia.
Dr Aviliani (kiri) menjelaskan mengenai eksodus 400 juta pengangguran China ke Indonesia. Menurutnya, saat ini di negara China terdapat 400 juta pengangguran yang bisa menjadi ancaman, karena mereka mengarah untuk bekerja ke Indonesia.
Apalagi, tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia itu adalah tenaga kerja terlatih atau terampil (skilled labor). Sedangkan tenaga kerja Indonesia yang ke luar negeri mayoritas bukan yang terlatih.
Ancaman masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia, lanjut Aviliani, menjadi ancaman yang nyata, karena ke depan perusahaan luar negeri yang masuk menjadi investor di Indonesia sudah satu paket, yaitu investasi dan tenaga kerja.
Ekonom Institut Pertanian Bogor, Dr. Aviliani (kiri) |
"Sementara itu, kebanyakan tenaga kerja Indonesia di luar negeri saat ini bukan tenaga kerja yang terlatih atau bersertifikat, sehingga tidak termasuk dalam perjanjian Asean," tegasnya.
Dengan adanya ancaman itu, Aviliani mengatakan, perlu segera melakukan sertifikasi tenaga kerja Indonesia di semua sektor. Pasalnya, kata Aviliani, dari 128 juta angkatan kerja di Indonesia, saat ini hanya 5 persen saja yang sudah tersertifikasi.[*JM]
Sumber: Sindo/Cendananews