"Kami akan mengakhiri perjanjian itu dan kemudian kami akan mengembangkan senjata,"WASHINGTON DC -- Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) membuat gebrakan signifikan soal senjata nuklir. AU negara adidaya itu terus mengurangi stok rudal balistik antarbenua (ICBM). Pengurangan rudal ICBM yang hampir rampung ini untuk mematuhi perjanjian pengawasan senjata antara AS dan Rusia yang diteken pada 2010.
Tetapi pengurangan senjata nuklir ini bertentangan dengan kebijakan rezim pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dimana Trump membuat keputusan akan menghentikan seluruh perjanjian kerjasama pengurangan senjata nuklir antar-benua yang sudah disepakati dengan Rusia.
Juru bicara Angkatan Udara AS Mayor Daniel Dubois mengatakan data pada 14 Merat 2017, Angkatan Udara AS memiliki 406 rudal Minuteman. Jumlah itu akan terus dikurangi menjadi 400 rudal pada bulan April nanti. AS berniat melenyapkan hingga 50 rudal ICBM.
Menurut laporan The Associated Press, Senin (20/3/2017), pengurangan stok rudal ICBM AS akan menjadi yang pertama dalam satu dekade. Jumlah stok rudal ICBM AS sebelumnya mencapai 500 buah.
Laporan lain menyebut, 50 rudal Minuteman yang akan dilenyapkan dilaporkan akan terus ”hangat” di fasilitas penyimpanan. Artinya, 50 rudal itu tidak akan dimusnahkan dan bisa dikembalikan ke penggunaan aktif di kemudian hari.
Sejarah mencatat, Perjanjian Penggunaan Tenaga Nuklir untuk Senjata Jarak Menengah bernama Intermediate-Range Nuclear Force (INF) ditandatangani oleh Presiden AS saat itu, Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Sovier, Mikhail Gorbachev tahun 1987.
Sedangkan Perjanjian bernama New START itu ditandatangani Rusia dengan pemerintahan Obama. Dalam perjanjian itu, kedua negara sepakat untuk mengurangi stok rudal ICBM dan senjata nuklir lain pada batas tertentu hingga 2018.
Presiden Trump yang saat ini berkuasa, telah mengecam perjanjian New START itu dengan menyebutnya sebagai “transaksi yang buruk”. Trump mengonfirmasi bahwa dia menarik AS keluar dari perjanjian senjata nuklir dengan Rusia. Setelah "mengkhianati" perjanjian tersebut, Trump berjanji bahwa Washington akan mengembangkan senjata nuklir.
Menurut Trump, alasan Washington hengkang dari INF karena Moskow diduga melanggar perjanjian tersebut. Trump menegaskan, keputusan itu tidak akan berubah kecuali Rusia dan China menyetujui kesepakatan baru.
"Kami akan mengakhiri perjanjian itu dan kemudian kami akan mengembangkan senjata," katanya pada hari Sabtu, yang dilansir AP, Minggu (21/10/2018).
Rusia telah berulang kali mengatakan bahwa Moskow akan terus mematuhi INF secara ketat selama AS juga melakukannya. Namun, Presiden Vladimir Putin menyatakan pada bulan Oktober 2017 bahwa setiap penarikan dari Washington akan berbuah respons langsung dari Moskow mirip "cermin".
keputuan Donald Trump untuk keluar dari perjanjian pengurangan senjata nuklir global dipengaruhi oleh pemikiran Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton. Koran The Guardian menulis, Bolton mendesak Presiden Trump keluar dari perjanjian kontrol senjata era Perang Dingin dengan Rusia.
Usulan Bolton menuai penentangan keras dari Departemen Luar Negeri dan Pertahanan Amerika serta mendorong sidang Gedung Putih yang rencananya digelar dua hari lagi untuk membahas usulan Bolton ditangguhkan.
Mantan petinggi Amerika menyatakan bahwa Bolton penyebab penangguhan perundingan Washington dengan Moskow terakit perjanjian pengurangan senjata nuklir yang ditandatangani kedua pihak pada tahun 2010 di Republik Ceko. Perjanjian ini akan berakhir hingga tahun 2021.
Namun usulan Bolton mendapat dukungan penuh dari Para anggota Kongres garis keras dari negara bagian yang jadi basis rudal ICBM, North Dakota, Wyoming dan Montana mendorong untuk tidak melenyapkan rudal-rudal tersebut.[*JM]
Sumber: The Associated Press