Demonstrasi rakyat Indonesia menyerukan "Ganyang Malaysia" (Foto: istimewa) |
"Mungkin sampai masanya, kita belajar dari Indonesia, bagaimana caranya untuk menjadi sebuah negara bangsa."Malaysia, jika mendengar kata ini bagi rakyat Indonesia akan banyak perbincangan yang bisa dilontarkan. Mulai dari “Ganyang Malaysia”, pulau Sipadan dan Ligitan, maling dan klaim budaya, penyiksaan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dan lain-lain.
Tetapi tahukah anda jika Malaysia begitu iri dengan Indonesia di berbagai bidang kehidupan?
Profil negara Malaysia saat ini sangat jauh berbeda dengan Indonesia, apalagi sejak Indonesia membangun dalam era reformasi. Di saat Indonesia semakin kuat dengan demokrasi dan kebangsaannya, Malaysia justru berada dalam titik nadir dalam mempertahankan identitas kebangsaan mereka.
Saat ini pemerintah kerajaan Malaysia sedang gencar-gencarnya mempromosikan gerakan “1 Malaysia” kepada rakyatnya, tetapi slogan itu hanyalah propaganda tiada arti bagi rakyatnya.
Propaganda "1 Malaysia" yang dicetuskan pemerintah Malaysia untuk rakyatnya sendiri dengan harapan dan tujuan agar rakyat Malaysia semakin mencintai negaranya sendiri.
Perbedaan antara kelompok Melayu yang mencakup kurang lebih 60 persen dari total populasi nasional dengan kelompok etnis China dan India sangat mencolok. Di sana setiap etnis akan berdiri dan berkembang di dalam kelompok mereka masing-masing.
Salah satu bentuk pencarian identitas bangsanya sendiri oleh rakyat Malaysia. |
Dominasi kelompok dari etnis China dan India di bidang ekonomi semakin membuat takut suku Melayu yang berusaha terus dominan di dalam pemerintahan dan politik negara.
Apalagi seiring berkembangnya waktu rakyat Malaysia semakin kritis dan apatis dengan pemerintahan mereka, terlebih dengan pihak kerajaan yang kini dianggap hanya sebagai penghias dan tidak memiliki peran berarti dalam struktur pemerintahan.
Suku Melayu di Malaysia yang membanggakan diri mereka sebagai “pribumi sejati” dan dimotori oleh partai penguasa yaitu UMNO, terus berusaha menanamkan ketakutan di kalangan suku Melayu bahwa Melayu akan hilang jika UMNO kalah dalam pemilu dan Islam akan hancur serta Malaysia akan menjadi negara sekuler jika etnis China dan India di negara tersebut diberi ruang dan kekuasaan di bidang politik.
Propaganda UMNO dalam mempertahankan kekuasaan mereka, bahkan dianggap oleh sebagian rakyat Malaysia sudah sampai dalam taraf sangat sangat kasar.
Kembali lagi kepada Indonesia, bagaimana pemerintah atau penguasa Malaysia memandang Indonesia, terutama petinggi dari Partai UMNO? Dalam pandangan pemerintah Malaysia, Indonesia adalah ancaman terbesar mereka di kawasan.
Para demonstran oposisi pemerintah Malaysia menuntut penggantian bendera nasional yang menganggap bendera Malaysia saat ini adalah hasil ciptaan penjajahan Inggris. (Foto: istimewa) |
Bagi penguasa Malaysia, melihat profil yang dimiliki Indonesia, apa yang mereka banggakan dan agungkan di hadapan rakyat Malaysia, langsung hancur ketika dihadapkan dan disandingkan dengan Indonesia.
Sebagian kaum muda Malaysia yang kritis menganggap pemerintah Malaysia yang dikuasai Partai UMNO berusaha memutar-balikkan sejarah Malaysia, salah satu tuntutan mereka adalah mengembalikan bendera nasional Malaysia seperti pada saat perjuangan kemerdekaan dan mengganggap bendera nasional Malaysia saat ini adalah hasil kreasi jajahan Inggris
Untuk menutupi hal tersebut, Kerajaan Malaysia terutama dari partai penguasa selalu mempropagandakan semua keburukan Indonesia. Hal ini diperparah dengan kenyataan adanya jutaan rakyat Indonesia yang bekerja sebagai buruh kasar di Malaysia, semakin memudahkan pemerintah dan media massa penyokong pemerintah untuk menampilkan keburukan Indonesia dan menampilkan superioritas Malaysia di hadapan rakyatnya sendiri.
Tidak bisa dibantah dengan jumlah penduduk Malaysia yang hanya 30 juta jiwa, berbanding dengan jumlah kaum miskin di Indonesia, seperti pernyataan presiden Joko Widodo baru-baru ini yang mencapai lebih dari 28 juta jiwa, artinya kaum miskin di Indonesia hampir menyamai keseluruhan jumlah penduduk Malaysia.
Data ini tentu saja tidak berbanding dengan penilaian yang disematkan pemerintah Malaysia tentang Indonesia di hadapan rakyatnya sendiri, karena mereka tidak membuka fakta bahwa penduduk Indonesia memiliki populasi lebih dari 250 juta jiwa. Berkali-kali lipat dibandingkan jumlah penduduk Malaysia.
Untuk menutupi kelemahan negara mereka di hadapan jirannya Indonesia, penguasa Malaysia dengan didukung media massa pro pemerintah, selalu mempropagandakan kejelekan, kelemahan, keburukan, dan kemiskinan Indonesia di hadapan rakyat mereka sendiri. Rakyat Indonesia di Malaysia diidentikkan dengan kebodohan dan kemiskinan.
Karena itu kita tidak akan menemukan pemberitaan mengenai keberhasilan Indonesia di berbagai bidang dengan jujur di hadapan media massa mereka.
Kita tidak akan menemukan pemberitaan keberhasilan PT. Pindad dalam memproduksi Panser, Tank, Senapan Serbu ataupun persenjataan lainnya, kita tidak akan menemukan pemberitaaan PT. Dirgantara Indonesia mampu membangun pesawat dan berbagai macam helikopter tempur di media massa mereka.
Atau kita juga tidak akan menemukan pemberitaan PT. PAL mampu membangun berbagai macam kapal perang, bahkan fakta bahwa Indonesia masuk dalam kelompok G20 yang merupakan representatif negara paling kaya dan terkuat secara ekonomi di dunia.
Di balik fakta-fakta di atas salah satu yang membuat rakyat Malaysia iri atau cemburu bahkan heran dengan Indonesia adalah mengenai jiwa nasionalisme yang diperlihatkan rakyat Indonesia.
Kaum muda Malaysia menuntut pemurnian sejarah Malaysia dengan mengganti bendera nasional Malaysia dengan bendera Malaysia pada saat perjuangan kemerdekaan. (Gambar: istimewa) |
Rasa heran yang tidak masuk di akal mereka membuka mata mereka mengenai kondisi kebangsaan mereka sendiri. Walaupun kemudian media massa pendukung pemerintah penguasa Malaysia, berusaha memutar fakta dengan mengatakan jika para demonstran yang ingin menyerang Malaysia sebagai masyarakat bayaran, karena faktor kemiskinan Indonesia.
Salah satu contoh rasa iri mereka terhadap rasa nasionalisme rakyat Indonesia bisa kita lihat dari sebuah opini seorang politikus dan aktivis Malaysia, yang menuliskan harapannya di sebuah media massa independen di Malaysia berikut ini;
Sampai masanya, kita belajar dari Indonesia tentang negara bangsa
KeadilanDaily -- Indonesia … Mungkin ramai antara kita yang memandang rendah terhadap negara Indonesia, kita anggap mereka jauh ketinggalan, kita anggap negara tersebut kurang berjaya berbanding kita?
Ya benar, ramai warga Indonesia mencari sumber kekayaan dari bumi Malaysia. Itu salah satu indikasi yang mencerminkan negara kita lebih ke depan. Namun, dari sudut kenegaraan, dari sudut patriotik, dari sudut penyatuan bangsa, kita jauh ketinggalan.
Lihat bagaimana respon Indonesia dalam setiap isu melibatkan kedaulatan negara mereka. Lihat sahaja isu terbaru pengintipan oleh negara Australia, tindakan yang diambil bukan hanya dari peringkat rakyat, malah di peringkat pemimpin dan pemerintah Indonesia.
Habis gegak gempita satu Jakarta. Kedutaan dikepong oleh rakyat tatkala pemerintah Indonesia tidak segan mengarahkan diplomat terus dihalau.
Malah usul memutuskan hubungan dua hala tanpa mengira untung rugi atas tindakkan tersebut, adalah satu keberanian dan terpuji. Ini suatu yang sangat positif yang tidak kita miliki.
Lihat juga bagaimana rakyatnya sayang terhadap negara. Belum pun hilang pulau, baru hilang lagu ‘Terang Bulan’ yang dicopet, sudah cukup membuatkan setiap rakyat Indonesia marah dan membuak-buak dendamnya.
Perlu diingat, mereka hanya sebuah republik, mereka tiada raja dan sultan. kita di Malaysia, ada agong, ada raja, ada sultan dan kaum kerabatnya… tapi di manakah sifat kenegaraan warga Malaysia?
Kita, Malaysia, ada bahan bersejarah berupa sebuah penjara lama, dirobohkan kerana nilai hartanah yang melambung. Nilai tersebut mampu saja menutup sejarah sebuah penjara, hanya penjara sahaja, tempat orang jahat, untuk apa diingati?
Mereka lupa, kota ini sedikit aman dengan adanya penjara.
Kita, Malaysia, ada struktur bersejarah yang berklasifikasi purba, tidak dipeduli dan cuba dilupuskan. Candi Lembah Bujang 11 yang diroboh baru-baru ini mempunyai nilai sejarah purba yang tidak ternilai.
Tetapi di mata pemerintah, itu adalah bahan bukti yang harus didiamkan – kerana kita malu dulu kita hindu? Lebih baik malu menjadi manusia jika tidak kenal asal usul.
Ada menteri besar pun, otaknya begitu kerdil. Sudah roboh candi binaan ribuan tahun, ingin dibangunkan pula yang baru. Apa yang dibina pada kemudian hari itu, hanyalah replika. Jelas kebijaksanaan itu tidak boleh diwarisi turun temurun.
Kita kalah dengan Indonesia dalam sudut yang penting ini. Kita wajar irihati bagaimana mereka bersatu dalam isu yang melibatkan kedaulatan negara mereka. Mungkin sampai masanya, kita belajar dari Indonesia, bagaimana caranya untuk menjadi sebuah negara bangsa.
Konklusinya, kita hanya mempunyai gerombolan pemimpin yang peduli tembolok sendiri dan kaum kerabat kroninya sahaja.
Lebih malang, gerombolan ini bukan sahaja tidak patriotik dan tiada nilai kenegaraan, malah mana-mana bahagian dalam negara ini jika boleh dijual, maka akan dijual sehabisnya.. Pulau, batu, berputih matalah kita..
Edy Noor Reduan
Solidariti Anak Muda Malaysia (SAMM)