"rakyat Timor Leste harus berdiri melawan Australia dan bersama meminta Canberra untuk bernegosiasi dengan Dili dalam aturan garis batas maritim menurut hukum internasional,"DILI -- Pasukan TNI penjaga perbatasan Indonesia dengan Timor Leste saat ini meningkatkan kewaspadaan dengan menambah jumlah pasukan untuk mengantisipasi kondisi keamanan di negara kecil tersebut.
Hal ini disebabkan Selasa lalu lebih dari 10 ribu rakyat Timor Leste berunjuk rasa di luar Kedutaan Australia di Ibu Kota Dili. Itu adalah demo terbesar dalam sejarah Timor Leste.
Rakyat Timor Leste melakukan demonstrasi meminta keadilan dari Australia terkait pembagian hasil minyak dan gas di celah laut Timor.
Rangkaian unjuk rasa juga digelar pekan ini di luar kedutaan Australia di Manila, Jakarta, dan Kuala Lumpur. Protes juga terjadi di Sydney, Australia dan Melbourne. Bahkan di Jakarta demonstrasi juga diikuti dan dibantu oleh rakyat Indonesia.
Para pendemo mengatakan hubungan baik antara rakyat Timor Leste dan Australia kini dihantui kebijakan Canberra, terkait kemunculan lokasi-lokasi ilegal pengambilan Sumber Daya Alam (SDA) di wilayah teritorial Timor Leste.
Aksi serbuan ribuan massa ini diketahui tidak hanya dipadati oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), namun juga pelajar, dan veteran pejuang kemerdekaan Timor Leste.
Aksi unjuk rasa ribuan rakyat Timor Leste meminta keadilan dalam pengeloaan migas Laut Timor dari Australia. (Foto: Istimewa) |
Xanana mengatakan bila "rakyat Timor Leste harus berdiri melawan Australia dan bersama meminta Canberra untuk bernegosiasi dengan Dili dalam aturan garis batas maritim menurut hukum internasional," tegasnya.
Sementara Duta Besar Indonesia di Timor Leste, Primanto Hendrasmoro kemarin menyebut demo besar di Dili berjalan kondusif.
"Laporan yang saya terima situasi aman dan terkendali, yang demo tidak hanya kalangan LSM dan partai, tapi juga pelajar dan pegawai pemerintah," katanya melalui pesan singkat.
Dubes Primanto menambahkan, jalannya demo yang kondusif ini lantaran dukungan pemerintah setempat.
Kisah Migas Celah Timor
Saat Timor Leste masih menjadi wilayah Indonesia, pemerintah Indonesia dan Australia berbagi keuntungan atas sumber daya minyak dan gas di Laut Timor.
Australia misalnya, bermitra dengan perusahaan-perusahaan minyak, terutama Woodside Petroleum, yang menyumbangkan USD 900 juta kepada pemerintah Australia hasil dari Laut Timor.
Celah Laut Timor yang diributkan Australia - Timor Leste. Diyakini kawasan ini mengandung cadangan minyak dan gas cukup besar. (Foto: Istimewa) |
Salah satu lokasi minyak terbesar di kawasan Laut Timor adalah ladang Greater Sunrise, yang diperkirakan bernilai USD 40 miliar. Namun Australia mengklaim Greater Sunrise adalah bagian dari wilayah laut mereka.
Klaim itu berdasarkan perbatasan di masa Timor Leste masih jadi bagian dari Indonesia.
Padahal setelah Timor lepas dari Indonesia, menurut hukum internasional, Greater Sunrise adalah bagian dari wilayah laut Timor Leste. Australia dan Timor Leste sebetulnya sudah berupaya membuat perjanjian baru soal perbatasan laut itu pada 2002. Namun tidak mencapai kata sepakat, hingga hari ini.
Meski begitu kedua negara setuju membagi keuntungan hasil dari minyak di Greater Sunrise dalam sebuah perjanjian bernama Kesepakatan Maritim di Laut Timor (CMATS) pada 2006.
Perjanjian itu menyatakan kedua negara berbagi hasil dari Greater Sunrise 50:50. Sebelumnya pendapatan dari ladang minyak itu 82 persen mengalir ke Australia dan sisanya ke Timor Leste.
Penandatanganan perjanjian perbatasan di celah Laut Timor antara Indonesia dan Australia yang saat itu diwakili oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas . (Foto: Istimewa) |
Pada 2004, pemerintah Negeri Kanguru memberi mandat kepada sebuah perusahaan konstruksi asal Queensland untuk merenovasi kantor perdana menteri timor Leste sebagai bentuk bantuan luar negeri dari Australia.
Namun rupanya hal itu dimanfaatkan oleh intelijen Australia untuk memasang alat penyadap di ruang rapat kantor perdana menteri Timor guna memata-matai para pejabat Timor selama proses negosiasi.
Kini pemerintah Timor Leste berusaha membuka kembali diskusi soal perjanjian CMATS dengan Australia untuk merundingkan kejelasan batas laut.
Setelah menunggu niat baik pemerintah Australia selama sekian tahun akhirnya tahun lalu pemerintah Timor mengajukan arbitrase terhadap Australia ke Mahkamah Internasional di Hague, Belanda.
Joanne Walls, pengamat dari Universitas Nasional Australia mengatakan pemerintah Negeri Kanguru punya kewajiban moral untuk memperbaiki hubungan dengan Timor Leste.
Kondisi rakyat Timor Leste kini. Setelah merdeka dan Indonesia dan telah lewat beberapa dekade, Timor Leste tetap belum bisa keluar dari predikat negara termiskin di kawasan Asia. (Foto: Istimewa) |
Hingga saat ini Timor Leste tercatat masuk negara termiskin di dunia, dengan 37 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. Bahkan taraf hidup rakyat Timor Leste justru semakin menurun sejak lepas dari Indonesia.
Kerasnya kondisi alam, rendahnya sumber daya manusia dan buruknya infrastruktur menjadi penyebab kemiskinan semakin meningkat di Timor Leste. [*JM]
Sumber: Merdeka.com dan sumber lainnya