"Tadi malam saya bilang, tolong sampaikan negara kamu itu, Solomon atau apa itu, jangan pernah mengganggu-ganggu atau mengajak-ajak Papua untuk bergabung. Memang siapa dia? Jangan membangunkan macan tidur. Kita ini macan, bukan tikus,"NUSA DUA -- Dukungan negara-negara Oceania dan Pasifik terhadap keberadaan kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM), mendapat kecaman keras dari pemerintah Indonesia.
Pernyataan negara-negara seperti Vanuatu, Solomon Island dan sejumlah negara Pasifik lainnya di dalam Sidang Umum PBB yang menuduh Indonesia telah melakukan kejahatan HAM berat di wilayah Papua, dianggap Indonesia sebagai bentuk provokasi dari negara-negara yang selama ini menjadi sponsor utama kelompok separatis tersebut.
Menanggapi peristiwa ini, Menteri Pertahanan Republik Indonesia Ryamizard Ryacudu menegaskan, negara lain tidak perlu ikut campur urusan dalam negeri Indonesia. Termasuk juga Australia, terkait upaya pemisahan Papua dari Nusantara.
Pernyataan tersebut disampaikan Ryamizard saat bertemu dengan Menteri Pertahanan Australia Marisa Payne, Ryamizard membahas tentang pihak-pihak yang hendak memisahkan Papua dari Indonesia. Dia juga meminta Australia tidak mengusik kedamaian Indonesia, serta meminta untuk menegur negara-negara di dekat wilayah Papua yang memprovokasi provinsi paling timur di Indonesia itu untuk merdeka.
Ryamizard juga memperingatkan pemerintah Australia dan mewanti-wanti Negara Kanguru itu untuk tidak membangunkan macan yang sedang tidur terkait Papua. Sebab selama ini, Indonesia-Australia memiliki hubungan yang baik. Di saat yang sama, Indonesia juga tidak mencampuri urusan Australia terkait hal apa pun.
"Tadi malam saya bilang, tolong sampaikan negara kamu itu, Solomon atau apa itu, jangan pernah mengganggu-ganggu atau mengajak-ajak Papua untuk bergabung. Memang siapa dia? Jangan membangunkan macan tidur. Kita ini macan, bukan tikus," tegas Ryamizard, seperti dilansir dari Okezone.com, Jumat (28/10/16).
Menhan Ryamizar Ryacudu saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Australia di Nusa Dua, Bali. (Foto: istimewa) |
"Kalau ada yang ganggu Indonesia, saya menjadi garda paling depan untuk menghadapi mereka. Indonesia dengan Australia berjalan dengan baik ini harus dijaga. Dulu waktu di Australia sudah sampaikan, kita tidak akan mengganggu atau ikut campur urusan negara lain. Dan saya minta negara lain jangan pernah mengganggu Indonesia," kata Ryamizard, seperti dikutip dari laman detikcom.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia menolak secara tegas campur tangan pihak asing dalam permasalahan Papua. Pernyataan tersebut disampaikan oleh delegasi Indonesia dalam pertemuan Post-Forum Dialogue (PFD) ke-28, Pacific Islands Forum (PIF) di Pohnpei, Federasi Mokronesia pada 8-11 September.
Para pemimpin dari anggota PIF menyepakati bahwa masalah Papua merupakan isu sensitif. Karena itu, penyelesaian berbagai masalah di Papua harus dilakukan dengan menjalin hubungan konstruktif dan terbuka dengan Indonesia. Kesepakatan itu terangkum dalam hasil diaolog yang disebut Komunike KTT PIF 2016.
Penolakan itu karena Indonesia menganggap bahwa pihak luar tidak berhak mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Pemerintah Indonesia menilai bahwa adanya submisi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Papua oleh beberapa individu dan LSM asing didasari dengan itikad tidak baik dan terdapat motivasi politik.
Selain itu, Indonesia juga menilai bahwa tuduhan yang dilontarkan kepada Indonesia adalah tidak berdasar dan bersifat manipulatif. Karena itu, desakan-desakan yang muncul dari organisasi tersebut tidak akan diakomodasi oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI).
Australia diketahui merupakan negara pendonor yang tergabung dalam Regional Assistance Mission to Solomon Islands (RAMSI/ Misi Bantuan Regional bagi Kepulauan Solomon).
Australia sempat menyumbang dana sebesar 500 juta dolar AS bagi Kepulauan Solomon. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa selama ini Australia berada di belakang aksi gerakan separatis OPM untuk melepaskan Papua dari NKRI.
Australia menerapkan diplomatik dua kaki, yakni disatu sisi mendanai kelompok separatis OPM dengan memanfaatkan negara-negara kecil di kawasan Pasifik yang selama ini didanainya, di sisi lain juga berusaha menjaga hubungan dengan Indonesia demi mendapatkan akses pasar dan hubungan ekonomi di Indonesia.(*JM)