"Ini pengiriman terbesar dari jenisnya sejak Operasi Angkatan Bersenjata, yang berlangsung pada tahun 1999. Amunisi yang kami terima akan digunakan untuk operasi teater masa depan dan kehadiran Komando Eropa AS yang sedang berkembang,"BERLIN -- Amerika Serikat (AS) dibawah kepemimpinan Donald Trump semakin memanaskan situasi di Eropa. Setelah melakukan latihan militer besar-besaran dengan NATO, yang membuat Rusia naik pitam, kini negara adidaya tersebut berencana menumpuk rudal-rudal balistik di Eropa.
Dilaporkan, pangkalan Udara Ramstein di Jerman telah menerima sekitar 100 kontainer amunisi dan rudal balistik dari Amerika. Pengiriman persenjataan itu tercatat yang terbesar oleh Washington sejak NATO melakukan pemboman di Yugoslavia pada tahun 1999.
"Berbagai amunisi sudah dikirim ke Ramstein selama bulan Oktober. Ramstein adalah pangkalan udara luar negeri dan pusat pengangkutan udara terbesar AS. Jadi tugas utama kami adalah mendapatkan amunisi di mana mereka harus tepat waktu," kata Sersan Arthur Myrick, kepala untuk Misioner Skuadron 86.
Pengiriman itu dimaksudkan untuk mendukung prakarsa NATO yang bernama "European Deterrence Initiative" dan memompa sumber daya yang tersedia untuk Angkatan Udara AS di Eropa.
Pentagon bertujuan untuk meningkatkan waktu respons militer AS dengan memposisikan amunisi, bahan bakar, dan peralatan untuk dapat memberikan respons cepat terhadap ancaman yang dibuat oleh aktor agresif, yang disini tentu saja ditujukan untuk militer Rusia.
"Ini adalah amunisi dunia nyata untuk memenuhi tujuan dunia nyata. Itulah alasan kami mengunduh hal-hal tersebut, untuk memastikan kami memiliki kemampuan untuk menggerakkan pertarungan ke depan jika perlu," jelas Sersan Arthur, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (27/10/2018).
Sersan David Head, Kepala Bagian Operasi Amunisi Skuadron 86, mencatat bahwa pengiriman itu adalah yang terbesar dari jenisnya sejak Operasi Pasukan Sekutu, yang berlangsung pada tahun 1999.
"Ini pengiriman terbesar dari jenisnya sejak Operasi Angkatan Bersenjata, yang berlangsung pada tahun 1999. Amunisi yang kami terima akan digunakan untuk operasi teater masa depan dan kehadiran Komando Eropa AS yang sedang berkembang," kata David dalam sebuah rilis.
Operasi Allied Force adalah nama kode NATO resmi untuk kampanye pengeboman 78 hari aliansi melawan pasukan Serbia selama Perang Serbia-Kosovo antara akhir Maret dan awal Juni 1999.
Saat itu, AS dan sekutunya meluncurkan serangan udara di Yugoslavia, tanpa restu Dewan Keamanan PBB, setelah menyalahkan Beograd atas penggunaan kekuatan yang berlebihan dan tidak proporsional dalam konflik dengan pemberontakan etnik Albania di Kosovo.
Dalam pemboman di Yugoslavia, pesawat-pesawat tempur NATO meluncurkan 900 serangan mendadak selama operasi pemboman brutal selama 78 hari. Data resmi menyatakan 758 warga sipil tewas selama agresi tersebut. Namun sumber-sumber Serbia mengatakan jumlah korban sebenarnya dua kali lebih besar.
Lebih dari 1.000 pesawat NATO, yang sebagian besar berasal dari AS, melancarkan 38.000 total serangan, 30.000 di antaranya dilakukan oleh pesawat AS. Selama konflik, hanya dua pesawat berawak NATO yang ditembak jatuh.
Salah satunya jet tempur siluman F-117 Nighthawks dan F-16 Angkatan Udara AS yang saat itu dipiloti oleh Letnan Kolonel David Goldfein, yang sekarang adalah kepala staf Angkatan Udara.
Amerika dan NATO Terus Provokasi Rusia
Tuan Sersan. Arthur Myrick mengatakan bahwa persediaan di Ramstein akan ditambahkan ke Bahan Cadangan Perang Angkatan Udara di Eropa dan akan mendukung European Deterrence Initiative (EDI) atau Inisiatif Pencegahan Eropa.
EDI, sebelumnya dikenal sebagai Prakarsa Reasuransi Eropa, yang telah mendanai proyek-proyek militer di Eropa sejak intervensi Rusia di Ukraina pada tahun 2014. Sejak dimulainya konflik Ukraina dan reunifikasi Crimea dengan Rusia, NATO telah mengerahkan ribuan pasukan dan persenjataan berat ke negara-negara Baltik, Polandia, dan wilayah Eropa Tenggara.
Menurut rilis Angkatan Udara AS, EDI dimaksudkan untuk meningkatkan respon dan kesiapan dengan memposisikan amunisi, bahan bakar dan peralatan untuk meningkatkan kemampuan Departemen Pertahanan AS untuk memberikan respon cepat terhadap ancaman yang dibuat oleh aktor agresif.
Di bawah EDI, AS telah menghabiskan anggaran besar-besaran untuk meningkatkan dan memperluas fasilitas di Eropa Timur pada Operasi Atlantic Resolve, yang mencakup rotasi lapis baja AS di Eropa, kehadiran berkelanjutan di wilayah Laut Hitam, dan preposisi peralatan dan senjata di benua itu.
Selain itu, NATO juga menggelar latihan perang skala besar yang melibatkan pasukan Barat di dekat perbatasan Rusia secara teratur. Kapal-kapal perang NATO bahkan berpatroli secara bergiliran di Laut Hitam.
Blok militer yang dipimpin AS tersebut menjelaskan bahwa penumpukan militer dibutuhkan sehubungan dengan apa yang disebutnya sebagai perilaku agresif Rusia. Moskow telah berulang kali membantah tuduhan bahwa Rusia memiliki rencana ekspansionis. Moskow menilai tindakan NATO meningkatkan risiko konflik dan merusak keamanan di Eropa.
Rusia menganggap bahwa Amerika dan NATO sedang melakukan provokasi terhadap Moskow. Dalam sejumlah kesempatan, Presiden Rusia, Vladimir Putin menegaskan tidak akan segan-segan menggunakan rudal nuklir antarbenua (ICBM) terhadap setiap agresor dan negara musuh yang ingin bermain-main dengan negeri Beruang Merah tersebut.(*JM)
Sumber: Russia Today / businessinsider.sg