Bangun Pesawat Tempur IFX, Indonesia Kerahkan Semua Sumber Daya - Jalur Militer

Bangun Pesawat Tempur IFX, Indonesia Kerahkan Semua Sumber Daya

Sebuah mock-up pesawat tempur KFX-IFX. Untuk mengejar ketertinggalan dalam teknologi dirgantara, Indonesia bertekad untuk bisa menciptakan pesawat tempur buatan sendiri. (Foto: istimewa)
“Prototipe kelima akan dibuat di sini,” ujar Heri. “Kenapa mesti yang kelima? Karena Indonesia baru pertama kali ini mengembangkan pesawat tempur. Untuk prototipe pertama dan kedua, Indonesia belum siap,”
JAKARTA -- Ambisi Indonesia untuk bisa menciptakan pesawat tempur sendiri didasari kesadaran akan pentingnya penguasaan teknologi tingkat tinggi terutama teknologi kedirgantaraan.

Bahkan menurut Heri Yansyah, Kepala Program Korea Fighter Experiment/Indonesia Fighter Experiment (KF-X/IF-X) PT Dirgantara Indonesia mengatakan, dalam kondisi cepatnya perkembangan teknologi, Indonesia harus berpacu dengan waktu agar tidak tertinggal dengan bangsa lain.

“Pesawat tempur itu seperti ponsel. Teknologinya dalam setahun sudah berubah lebih canggih, apakah itu menyangkut sistem elektronik, sensor, atau senjata.”Jadi Indonesia harus mampu melakukan upgrading teknologi yang selalu berubah ini.


Kalau tidak punya kemampuan upgrade, lalu beli pesawat yang sama dengan negara-negara tetangga, maka dalam waktu dua-tiga tahun, Indonesia sudah kalah,” kata Heri Yansyah, seperti dilansir dari CNNIndonesia.com, Jumat (19/2). 

Namun Heri menyadari, meski membandingkan pesawat tempur dengan ponsel, untuk membuatnya jauh dari kata mudah. Perlu waktu 10 tahun lebih mengembangkan KF-X/IF-X yang dirancang menjadi jet tempur multiperan generasi 4,5 dengan teknologi mendekati kemampuan pesawat siluman (stealth fighter) generasi 5.

Apalagi sejak mesin jet pertama kali dikembangkan tahun 1946, pesawat tempur telah berevolusi hingga generasi kelima. Generasi termutakhir ini menggabungkan teknologi siluman untuk tak terdeteksi radar, kemampuan menjelajah supersonik, dan sensor baru yang terintegrasi. 

Satu-satunya persawat tempur generasi 5 yang kini telah beroperasi ialah F-22 Raptor buatan Lockheed Martin AS.
F-22 Raptor buatan Lockheed Martin AS ialah salah satu contoh pesawat tempur generasi lima yang memiliki kemampuan siluman. (Foto: REUTERS/Michael Fiala)
Sementara sejumlah jet lain dari generasi itu seperti F-35 Lighting II dan Sukhoi PAK FA, masih pada tahap uji coba. Untuk membuat prototipe KF-X/IF-X, ilmuwan Indonesia dan Korea Selatan akan bekerja bahu-membahu di markas Korea Aerospace Industries di Sacheon, Provinsi Gyeongsang Selatan.

“Saat puncak pembuatan prototipe pesawat, 200 insinyur Indonesia akan terlibat,” kata Heri yang pada periode 2011-2012 ikut ke Korea Selatan selama 18 bulan untuk mengerjakan fase pertama proyek KF-X/IF-X, yakni pengembangan konsep. 

Jumlah insinyur Indonesia yang berangkat ke Korea Selatan pada penggarapan fase kedua pembuatan prototipe mulai tahun 2016 ini, jauh lebih banyak daripada fase pertama yang hanya berjumlah 52 orang. Para ilmuwan Indonesia itu akan berdatangan ke Korea Selatan secara bertahap dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. 

“Ada insinyur yang harus tinggal di sana selama 10 tahun penuh, tapi ada juga yang dirotasi,” ujar Heri.

Kerahkan Semua Sumber Daya

Untuk membangun fasilitas di dalam negeri, Indonesia mengebut persiapan sumber daya manusia dan teknologi, mulai dari riset soal teknologi inti mesin jet tempur, material, avionik, aeroninamika, hingga membangun laboratorium untuk menunjang riset tersebut. 

Selain itu, meski penggarapan KF-X/IF-X dipusatkan di Korea Selatan, markas PT Dirgantara Indonesia di Bandung, Jawa Barat, bakal tak kalah sibuk.
Suasana kesibukan di salah satu hanggar PT Dirgantara Indonesia. (Foto: ANTARA/Novrian Arbi)
PTDI akan memantau seluruh pengerjaan pesawat tempur tersebut. PTDI misalnya menyiapkan Design Center Indonesia (DCI) untuk membangun kemampuan teknologi, infrastruktur, dan simulasi. Di tempat ini, seluruh tahap pengerjaan KF-X/IF-X di Korea Selatan akan dikomunikasikan. 

DCI dibangun dengan meniru dari gedung Design Center yang juga dibangun di Sacheon, Korea Selatan. Design Center di Sacheon semacam bangunan yang tertutup rapat dan steril. Orang-orang yang memasukinya dilarang membawa flashdisk dan komputer. Di sana ilmuwan Indonesia dan Korsel akan kerja bersama. 

Indonesia juga kebagian tugas membuat komponen pesawat bagian sayap dan ekor kanan, serta penguat di bawah sayap. Selain itu, Indonesia mendapat jatah untuk membuat prototipe pesawat. Total ada delapan prototipe yang akan dibuat, enam prototipe terbang, dan dua prototipe tak terbang untuk uji struktur.

“Prototipe kelima akan dibuat di sini,” ujar Heri. “Kenapa mesti yang kelima? Karena Indonesia baru pertama kali ini mengembangkan pesawat tempur. Untuk prototipe pertama dan kedua, Indonesia belum siap,” imbuh pakar aerodinamika PTDI itu. 

Oleh sebab itu PTDI juga menyiapkan fasilitas hanggar composing, hanggar titanium, hanggar produksi, dan hanggar perakitan akhir pesawat tempur. Tak kalah penting, Indonesia bersiap untuk membangun kemampuan persenjataan secara bertahap. 

Sementara dari segi sumber daya manusia, ilmuwan-ilmuwan Indonesia akan mendapat pelatihan untuk mempertajam kemampuan, termasuk dengan disekolahkan lagi di dalam dan luar negeri. Untuk di dalam negeri, Institut Teknologi Bandung digandeng. “Ada 25 orang kandidat S2 dan enam orang kandidat S3 di ITB. Semua sudah dites,” kata Heri.
Penandatanganan perjanjian kerjasama antara perwakilan Indonesia dan perwakilan Korea Selatan. (Foto: istimewa)
Sebagian ilmuwan lainnya disekolahkan ke Inggris. Negeri di barat laut benua Eropa itu dipilih karena karena masa kuliah di sana relatif singkat. Dengan demikian, para ilmuwan Indonesia diharapkan cepat merampungkan kuliah dan langsung mempraktikkan pengetahuan barunya di Indonesia.

Teknologi, seperti diucapkan Heri, berubah cepat. Indonesia mesti berpacu, bersiap dengan cepat jika tak mau tertinggal. Ditambah lagi dengan posisi geografis Indonesia yang berada di jalur lintas pelayaran dunia, potensi Indonesia mendapatkan ancaman dari negara lain sangat terbuka lebar. 

Walau tak ingin terlibat konflik, Indonesia harus menyadari bahwa perang takkan pernah bisa ditebak kapan akan terjadi.(*JM)

Sumber: cnnindonesia.com
ads 720x90

#Tags

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Comment
Disqus