"Kesempatan langka kebersamaan itulah yang mereka manfaatkan untuk mengenal lebih dekat dengan RPKAD,"Jalurmiliter -- Komando Pasukan Khusus (Kopassus), salah satu pasukan elit kebanggaan Indonesia, memiliki banyak, kisah dan catatan sejarah yang panjang dan heroik sejak dibentuknya pasukan elit TNI Angkatan Darat ini.
Kopassus telah menjalani pelbagai pertempuran, mulai dari menghadapi gerilyawan DI/TII sampai operasi pembebasan sandera. Operasi militer Dwikora ke pedalaman Kalimantan menjadi salah satu misi berat yang dijalankan Kopassus.
Dalam operasi 'Ganyang Malaysia' untuk menghadapi negara boneka Inggris itu, berkali-kali prajurit komando terlibat bentrok dengan pasukan elite Inggris, Special Air Service atau disingkat SAS. Meski terlibat pertempuran, namun tak pernah ada pernyataan perang antara Indonesia dan Malaysia.
Personel yang tertangkap, atau terbunuh tak diakui keberadaannya. Seragam dan pangkat militer wajib dilepas, seragam diganti dengan seragam hijau Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU). Dengan demikian, jejak keterlibatan Indonesia terhapus.
Operasi-operasi yang dilakukan Kopassus bersama Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat) berkali-kali merepotkan Malaysia, hingga akhirnya meminta bantuan Inggris. Permintaan itu disetujui, negeri Ratu Elizabeth itu langsung menerjunkan satu batalyon SAS.
SAS merupakan pasukan elite terbaik dunia. Prestasinya sungguh tersohor. Selain SAS, Inggris juga mengirim pasukan Gurkha dan SAS tambahan dari Selandia baru dan Malaysia.
Presiden Soekarno saat memeriksa dan melepas pasukan TNI, dalam operasi Dwikora. (Foto: Istimewa) |
Letjen (Purn) Soegito mengungkapkan kekaguman itu dalam bukunya 'Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen', yang ditulis Beny Adrian, cetakan pertama tahun 2015 yang diterbitkan PT Gramedia.
Setelah konfrontasi berakhir, tentara Indonesia dan Malaysia bergabung. Kedua negara berkomitmen menghabisi gerilyawan TKI yang pembangkang karena enggan menyerahkan senjatanya. TNI harus menghadapi muridnya sendiri, hingga menggelar patroli bersama menjaga perbatasan.
Anggota Ranger Malaysia mengaku senang bisa berpatroli bersama dengan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD/cikal bakal Kopassus). Kiprah Kopassus melawan SAS membuat mereka ingin lebih dekat.
"Kesempatan langka kebersamaan itulah yang mereka manfaatkan untuk mengenal lebih dekat dengan RPKAD," ungkap Soegito dalam bukunya. Saking kagumnya, Ranger Malaysia sampai rela menukarkan jam tangannya demi mendapatkan pisau komando RPKAD.
Operasi 'Ganyang Malaysia' Dwikora sejak tahun 1964-1966 memang luar biasa. Indonesia menentang pembentukan Federasi Malaysia bentukan Inggris, saat itu harus bertempur melawan Inggris dan sekutunya dari Amerika Serikat, Selandia Baru dan Australia.
Pertempuran di Plaman Mapu, Sarawak, Malaysia adalah salah satu yang brutal, meski cuma berlangsung 1 jam, dari beberapa pertempuran yang ada.(*JM)
Sumber: Merdeka.com