“Di satu sisi, kami telah mendemonstrasikan kapabilitas perangkat militer kami (di Suriah), menarik perhatian pembeli potensial; di sisi lain, lebih dari separuh pilot kami mendapat pengalaman tempur praktis,”
DAMASKUS -- Pada
saaat Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan kebijakan mengirimkan
armada perangnya ke Suriah, untuk membantu pemerintahan Presiden Bashar
al Assad, Amerika Serikat beserta gerombolan sekutunya sempat menghina
dan mengolok Rusia dan mengatakan Rusia akan mengalami kerugian total.
Tetapi
siapa sangka, Rusia justru mendapatkan keuntungan ganda dari membantu
Suriah yang merupakan sekutu lamanya tersebut. Lima setengah bulan
Angkatan Udara Rusia melakukan operasi militer di Suriah, dan Negeri
Beruang Merah tersebut menggelontorkan biaya sebesar 33 miliar rubel
(464 juta dolar AS), demikian disampaikan Presiden Rusia Vladimir
Putin.
Namun,
angka tersebut tak seberapa dibanding keuntungan yang akan diterima.
Beberapa narasumber militer menyampaikan bahwa sejak dimulainya kampanye
di Suriah, Badan Kerja Sama Teknis Militer Federal (FSVTS) telah
didekati oleh banyak negara yang tertarik terhadap produk industri
pertahanan Rusia, terutama pesawat.
“Di satu sisi, kami telah mendemonstrasikan kapabilitas perangkat militer kami (di Suriah), menarik perhatian pembeli potensial; di sisi lain, lebih dari separuh pilot kami mendapat pengalaman tempur praktis,” tutur seorang narasumber militer Rusia.
Sebuah contoh nyata diperlihatkan antara lain ialah ketika MBT T-90, yang selama pertempuran di Suriah, kebal saat dihantam dengan sistem misil anti-tank buatan AS, TOW oleh teroris ISIS. Insiden tersebut terekam kamera. “Di satu sisi, kami telah mendemonstrasikan kapabilitas perangkat militer kami (di Suriah), menarik perhatian pembeli potensial; di sisi lain, lebih dari separuh pilot kami mendapat pengalaman tempur praktis,” tutur seorang narasumber militer Rusia.
Untuk lebih jelasnya berikut beberapa keuntungan yang didapat Rusia dari membantu sekutunya Suriah:
Kontrak dengan Aljazair
Pada
Desember 2015, Aljazair memesan 12 pesawat pengebom Su-32. Menurut
Sergei Smirnov, Direktur Pabrik Pesawat Chkalov yang berbasis di
Novosibirsk, diskusi mengenai kerja sama dengan Aljazair telah
berlangsung selama delapan tahun.
Kesuksesan
performa pesawat pengebom ini di Suriah memberi ‘gairah’ baru dalam
negosiasi. Menurut narasumber Rusia, militer Aljazair harus merogoh
kocek setidaknya 500 sampai dengan 600 juta dolar AS untuk membeli
skuadron pertama Su-32. Sementara, pembicaraan mengenai pembelian
setidaknya 10 pesawat tempur Su-35S akan segera dimulai.
Seorang tentara Rusia berpose dengan dilatarbelakangi sebuah MBT-T90, di pangkalan militer Latakia, Suriah. (Foto: istimewa) |
Kontrak
penjualan pesawat tersebut diperkirakan sekitar 850-900 juta dolar
AS.
Terobosan baru lainnya ialah penandatanganan kesepakatan pasokan 40
helikopter serang Mi-28NE untuk Aljazair. Gelombang pertama siap
dikirim. Kontrak Aljazair untuk Mi-28NE diperkirakan mencapai 600-700
juta dolar AS.
Mendapat Pembeli Dari Asia Tenggara
Di
Asia Tenggara Pesawat tempur Su-35 juga menarik perhatian negara
terkuat dan terbesar di wilayah tersebut yaitu Indonesia. Selain itu,
Vietnam dan Pakistan juga menyatakan akan mengikuti langkah Indonesia
membeli armada perang Rusia tersebut.
Ketiga
negara telah berpengalaman mengoperasikan pesawat Soviet dan Rusia, dan
mereka hendak meningkatkan kualitas pasukan udara mereka. Dalam kasus
Indonesia dan Vietnam, kontrak bernilai satu miliar dolar AS sedang
didiskusikan.
Indonesia mungkin akan mencari pinjaman untuk pembelian tersebut, yang berencana membeli hingga lima Skuadron pesawat tempur Sukhoi SU35.
Indonesia mungkin akan mencari pinjaman untuk pembelian tersebut, yang berencana membeli hingga lima Skuadron pesawat tempur Sukhoi SU35.
Sementara
untuk Pakistan, situasinya lebih rumit, selain buruknya situasi
ekonomi, kerja sama potensial ini juga terancam oleh aspek geopolitik
berkaitan dengan India. Narasumber Rusia menyebutkan, bahkan dalam
skenario terbaik, Pakistan tak akan mampu membeli lebih dari enam
pesawat. Namun, kontrak berskala kecil tersebut diperkirakan mencapai
500 juta dolar AS.
Pengerahan Armada Militer Untuk Iklan Senjata
Selain
membantu sekutunya, Rusia secara tidak langsung juga menjadikan
pengerahan armada perangnya ke Suriah sebagai sebuah iklan alat-alat
tempur buatan terbaru dan tercanggih mereka di pentas dunia. Hal ini
dibuktikan dengan membanjirnya pesanan bahkan dari kawasan Timur Tengah
sendiri.
Buktinya
militer internasional juga tertarik pada helikopter Ka-52 Alligator.
Rosoboronexport telah menandatangani kontrak dengan Mesir untuk memasok
46 helikopter, dan pengirimannya dijadwalkan mulai 2017.
Diperkirakan demonstrasi karakter tempur Ka-52 dalam operasi di Suriah akan membantu proses pencarian pembeli baru pesawat ini, terutama di Timur Tengah.
Diperkirakan demonstrasi karakter tempur Ka-52 dalam operasi di Suriah akan membantu proses pencarian pembeli baru pesawat ini, terutama di Timur Tengah.
Sebuah helikopter Ka-52 Alligator dan helikopter Mi-28NE saat dalam operasi penumpasan ISIS di Suriah. (Foto: istimewa) |
Contoh ini akan digunakan dalam negosiasi dengan klien, demikian disampaikan seorang manajer senior di perusahaan industri pertahanan Rusia.
Daftar klien yang sudah mengantri di Timur Tengah saat ini antara lain Irak, Iran, dan negara-negara Teluk lainnya, serta anggota Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS).
Penggunaan sistem pertahanan udara S-400 di Suriah juga telah meningkatkan ketertarikan Arab Saudi terhadap senjata ini, yang merupakan negara paling boros dalam membeli peralatan tempur di Timur Tengah.
Wakil Kepala Pusat Analisis Strategi dan Teknologi Konstantin Makienko mengatakan kontrak harus segera dinegosiasikan karena perlu ada siklus produksi, sehingga kalkulasi akhir baru bisa dilakukan setidaknya dua hingga empat tahun, terangnya.
Jadi melihat keuntungan yang diperoleh Rusia dari panggung perang Suriah, sepertinya Amerika Serikat dan sekutunya harus menahan kegeramannya, dengan tentu saja sambil menahan rasa malu. (*JM)
Sumber: RBTHIndonesia.com