“Kim Yo-jong mungkin wajah Korea Utara yang paling ramah, namun masih merupakan lambang rezim yang mengerikan. Dan apa yang harus Anda lihat saat melihat senyum Kim Yo-jong? Untuk yang utama, senyumnya mewakili sebuah rezim yang sangat membutuhkan kelangsungan hidup,”PYONGYANG -- Masyarakat dunia terutama media massa internasional dalam beberapa bulan terakhir menyorotkan perhatian lebih ke Korea Utara, yang selama ini dikenal sebagai negara diktator terkejam di dunia.
Hal ini dipicu dengan munculnya adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, bernama Kim Yo Jong. Berbeda dengan para petinggi Korut lainnya yang dikenal berwajah bengis dan kaku, Kim Yo Jong muncul justru dengan wajah yang penuh senyuman, keramahan dan kesantunan.
Adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un itu sudah menjadi pusat perhatian sejak tiba di Korea Selatan. Kunjungannya selama tiga hari menjadi bagian sejarah upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang pada Jumat 9 Februari 2018.
Sebagai utusan saudara laki-lakinya, dia ditugaskan menunjukkan sisi lembut rezim Korut, yang dikenal buruk karena dituduh melakukan serangkaian pelanggaran hak asasi manusia dan mengembangkan program senjata nuklir.
Strategi tersebut sejauh ini berhasil dilakukan rezim Korut di media Korsel. Kengerian yang diperlihatkan sang kakak, ayah, dan kakeknya sama sekali tidak terlihat dari sosok Kim Yo-jong di tengah sorotan media Korsel dan internasional.
"Dia terlihat bugar dan tampak gesit, dibandingkan dengan saudara laki-laki dan anggota keluarga lainnya," tulis Oh Young-jin, editor pelaksana Korea Times.
Kantor berita CNN menyatakan bahwa Kim Yo-jong "mencuri pertunjukan di Olimpiade Musim Dingin." Sementara BBC mengatakan Korut berada dalam melancarkan "serangan dengan menggunakan pesona Kim Yo-jong."
"Kunjungan Kim Yo-jong efektif di bidang hubungan masyarakat Korut, mengingat kakaknya dikenal sebagai diktator kejam yang menyuruh agen membunuh kakaknya sendiri dengan racun di siang hari di bandara internasional, dan juga membunuh pamannya dengan senjata anti-pesawat," kata Guardian, Minggu 11 Februari 2018.
Kengerian yang Ditutupi
Diplomasi senyuman yang dilakukan adik diktator Korut Kim Jong-un; Kim Yo-jong, tak hanya menyita perhatian media internasional, tapi juga pembelot. Di mata pembangkang, perempuan muda itu adalah simbol sebuah rezim mengerikan yang membungkusnya dengan senyuman ramah.
Seorang pembelot yang diidentifikasi sebagai John Choi mengatakan kepada Open Doors, sebuah badan pengawas penganiayaan terhadap umat Kristen, bahwa Kim Yo-jong tidak mencontohkan rezim baru Korea Utara yang lebih positif.
“Kim Yo-jong mungkin wajah Korea Utara yang paling ramah, namun masih merupakan lambang rezim yang mengerikan. Dan apa yang harus Anda lihat saat melihat senyum Kim Yo-jong? Untuk yang utama, senyumnya mewakili sebuah rezim yang sangat membutuhkan kelangsungan hidup,” katanya.
Pembelot yang sekarang tinggal di Inggris itu mengatakan bahwa bahkan warga sipil Korea Utara sendiri tidak tertipu oleh senyum Kim Yo-jong di depan kamera.
”Mereka lebih memperhatikan makan malam besok dan memberi makan anak-anak mereka. Mereka tahu bahwa negara mereka mungkin telah menegosiasikan dukungan ekstra, namun semua dukungan itu akan masuk ke kelas penguasa,” sambung John Choi, seperti dikutip dari Daily Star, Minggu (25/2/2018).
Terkait hal ini, sebagian warga Korea Selatan juga masih skeptis terhadap keluarga Kim.
"Saya mendukung tim hoki karena kami (utara dan selatan) adalah orang yang sama-sama Korea, tapi Kim Jong-un dan para pemimpinnya adalah orang jahat," kata Hwang Min-ho, 22, yang sedang menonton pertandingan olimpiade.
Kim Yo Jong dengan pengawalan super ketat, tiba di Korea Selatan dalam rangka menghadiri pertemuan Reunifikasi Korea, di Presidential Blue House di Seoul. (Foto: Istimewa) |
"Orang Korut itu negosiator tangguh. Kemungkinan mereka akan mengubah sikap usai Olimpiade berkisar di angka nol persen," ujar Robert Kelly, profesor politik di Universitas Nasional Pusan, mengatakan.
"Perundingan (damai dengan Korsel) akan menjadi seperti biasa: bernada keras dengan dimotori ketidakpercayaan mendalam. Olimpiade "tidak akan mengubah apa pun kecuali atmosfer ketegangan, dan itu hanya berlangsung singkat", tambahnya.
Waspadai 'Diplomasi Senyuman' Korea Utara
Jurus diplomasi yang diperlihatkan Korut, mendapat beragam tanggapan dari berbagai negara, terutama sejumlah negara yang menjadi rival utamanya, salah satunya adalah Jepang.
Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Kono mengingatkan semua pihak untuk tidak tertipu diplomasi senyuman yang diperlihatkan Korea Utara. Kono menegaskan meski Kim Yo-jong terus menebar senyum di Korsel, Pyongyang masih berkomitmen terhadap program nuklir dan misil.
Bukan menuduh tanpa sebab, Kono menyebut Korut tetap mengejar ambisi nuklirnya meski ketegangan dengan Korsel cenderung menurun. Hal ini terlihat dari digelarnya parade militer di Korut menjelang pembukaan Olimpiade Pyeongchang beberapa hari lalu.
"Tanpa tertipu oleh diplomasi senyuman, Jepang akan terus berkoordinasi (dengan Amerika Serikat dan Korsel) untuk menuju tujuan utama denuklirisasi Semenanjung Korea," ujar Kono kepada awak media di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, seperti dikutip Japan Times, Senin 12 Februari 2018.
Adik perempuan Kim Jong Un mencatatkan namanya dalam buku sejarah menjadi orang pertama dari dinasti Kim yang menginjakkan kakinya ke Korea Selatan sejak Perang Korea berakhir, saat menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2018. Momen ini merupakan kehadiran pertama kali Kim Yo Jong di Korea Selatan.
Sebelum bertemu dengan Presiden Korsel, Moon Jae In, simpul senyum elok khas wanita Korea Utara terbit di wajahnya saat pagelaran upacara olimpiade berlangsung. Sorot mata dunia pun langsung tertuju pada adik Pemimpin Korut yang kini masih diselimuti misteri itu.
Ri Son-kwon, ketua Komite Reunifikasi Korea, berbicara dengan Kim Yo-Jong, saudara perempuan Kim Jong-un sebelum pertemuan mereka di Presidential Blue House di Seoul. (Foto: Reuters) |
Saat makan malam di hotel mewah di dekat lokasi Olimpiade, media setempat melaporkan bahwa dia "mengenakan jaket berwarna merah anggur dan celana hitam." Sejumlah pihak di Korsel menyandingkan sosoknya dengan Ivanka Trump, ibu negara AS yang akan menghadiri upacara penutupan Olimpiade.
Selama berkunjung ke Pyeongchang, Korea Selatan, dia duduk hanya beberapa meter dari Wakil Presiden Amerika Serikat (AS). Namun, keduanya tak saling menyapa dan cenderung membuang muka satu sama lain.
Kim Yo-jong hadir tanpa pemberitahuan dalam pertandingan olahraga hoki untuk menghibur tim Korea yang terdiri dari pemain gabungan Utara dan Selatan. Dari situ, dia menyampaikan undangan kepada Presiden Korsel Moon Jae-in untuk mengunjungi Pyongyang. Diplomasinya sukses meredam ketegangan di semenanjung Korea.(JM)