Purwarupa jet tempur KFX / IFX yang merupakan program kerjasama antara Korea Selatan dengan Indonesia. (Foto: Istimewa) |
"Kita ketahui mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah mengalami tekanan luar biasa, kami sangat apresiasi pemerintah Korsel atas pengertiannya untuk menyetujui renegosiasi,"JAKARTA -- Kerjasama proyek pembuatan jet tempur Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) antara pemerintah Indonesia dengan Korea Selatan hingga kini masih belum jelas kelanjutannya.
Salah satu kendala terbesar adalah masalah pembiayaan yang dirasa oleh Indonesia sangat berat, disaat kondisi kondisi Rupiah yang tengah tertekan dan perekonomian nasional sedang memburuk dalam empat tahun terakhir.
Presiden Joko Widodo meminta supaya melakukan perundingan ulang (renegosiasi) rencana kerja sama pembuatan jet tempur generasi 4.5 itu dengan Korsel. Renegosiasi salah satunya bertujuan agar Indonesia mendapatkan keringanan dalam hal pembiayaan.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto usai menggelar rapat bersama Kepala BKPM Thomas Lembong di kantor Kemenko Polhukam, Jumat (19/10).
"Dengan kondisi nasional maka presiden putuskan untuk bukan batalkan tapi renegosiasi, bagaimana posisi Indonesia bisa lebih ringan menyangkut masalah pembiayaan," kata Wiranto, dilansir dari cnnindonesia.com.
Wiranto mengatakan, keputusan renegosiasi itu bisa berdampak pada perubahan dalam sejumlah persetujuan yang telah disepakati sebelumnya. Menindaklanjuti hal itu, Wiranto mengatakan pemerintah telah membuat tim khusus guna membahas proses renegosiasi dengan pihak Korea Selatan
"Bisa berdampak pada agreement lalu yang sudah kita bicarakan, kita rapatkan setelah presiden perintahkan Polhukam untuk ketuai tim renegosiasi ini kepada Korsel," kata dia.
Peresmian kerjasama pengembangan proyek jet tempur KFX/IFX antara Korea Selatan dengan Indonesia. (Foto: Istimewa) |
Renegosiasi Akan Menghemat Devisa
Kepala BKPM Thomas Lembong menyatakan langkah renegosiasi proyek KFX/IFX diperlukan buat menghemat devisa negara guna menjaga stabilitas Rupiah. Ia mengatakan semua pembiayaan pemerintah Indonesia ke Korea dalam proyek itu harus dibayar dalam bentuk devisa.
"Kita ketahui mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah mengalami tekanan luar biasa, kami sangat apresiasi pemerintah Korsel atas pengertiannya untuk menyetujui renegosiasi," kata dia.
Masalah anggaran juga dikeluhkan Kementerian Pertahanan RI, menyatakan proyek ambisius ini bisa saja batal dilanjutkan karena terkendala dana. "Arahan dari Pak Presiden kita lihat dulu kemampuan anggaran," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan Anne Kusmayati di Jakarta Selatan, Selasa (28/8).
Proyek KFX/IFX Harus Tetap Jalan
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memastikan bahwa proyek kerjasama pembuatan jet tempur KFX/IFX akan tetap dijalankan. Hal itu ia katakan untuk menjawab keraguan dan adanya isu penundaan dari program pembuatan pesawat jet siluman generasi 4.5 itu.
Mantan KASAD itu menjelaskan bahwa pemerintah bisa merugi jika program itu tak dilanjutkan. Pasalnya, uang yang sudah digelontorkan oleh pemerintah terbilang besar. Pemerintah telah menggelontorkan jaminan uang muka demi berlangsungnya proyek ini sebesar Rp3 triliun, pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Program tetap dilanjutkan. Sudah didatangkan, jangan sampai rugi dong kita, itu Rp3 triliun masa dibuang," kata Ryamizard di Mako Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (3/5).
Meski tetap dilanjutkan, ada beberapa kendala seperti kelengkapan perizinan dan masalah MoU yang hingga saat ini masih diperdebatkan. Kendala lainnya karena Indonesia ingin agar alih teknologi pesawat itu dapat menguntungkan kedua belah pihak. Ryamizard menekankan, Indonesia bakal terus benegosiasi hingga tercapainya kesepakatan yang tak merugikan pihak Indonesia.
Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu menyaksikan penanda tanganan perjanjian kerjasam tahap II, proyek jet tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan. (Foto: istimewa) |
"Jadi tak semata-mata menguntungkan pihak luar, jadi transfer teknologinya itu bisa dilakukan di Indonesia. Jadi bisa menguntungkan pihak Korea dan menguntungkan pihak Indonesia," ungkapnya.
Amerika Serikat Telah Restui Transfer Teknologi
Sebelumnya, salah satu kendala terbesar dalam pengembangan proyek jet tempur KFX-IFX adalah, adanya penolakan dari Amerika Serikat mengenai sejumlah teknologi pesawat tempur KFX/IFX. Seperti diketahui, basis pengembangan pesawat tempur Korea Selatan berasal dari teknologi Amerika.
September 2015, pemerintah Amerika Serikat menolak transfer empat dari 25 teknologi inti ke Korea Selatan. Transfer teknologi utama jet tempur dinilai AS melanggar kebijakan keamanan negara itu. AS menolak jika Korea Selatan memberikan sejumlah teknologi pesawat tempur kepada Indonesia yang menjadi komponen dalam proyek tersebut.
Harian Korea Selatan Chosun Ilbo melansir, salah satu yang dilarang AS untuk ditransfer ialah data teknologi terkait radar AESA (active electronically scanned array). Ini sistem radar canggih dengan kemampuan perang elektronik.
AESA dapat mencari dan melacak target lebih cepat dan akurat daripada sistem-sistem yang sudah ada selama ini. Selain radar AESA, tiga teknologi inti lain yang tak diizinkan pemerintah AS untuk ditransfer ialah sistem perang elektronik, pencari dan pelacak inframerah atau IRST (infrared search and track), serta electro-optical targeting pod.
Korea Selatan, melalui Korea Aerospace Industries (KAI), dan Lockheed Martin memiliki sejarah kerja sama mengembangkan pesawat tempur ringan T-50 Golden Eagle yang kini juga menjadi bagian dari armada udara Republik Indonesia.
Master plan proyek pembangunan jet tempur KFX/IFX antara Korea Selatan dengan Indonesia. |
Namun kini, Menhan Ryamizard Ryacudu menjamin, tidak ada lagi penolakan dari AS soal transfer teknologi tersebut. Ia mengatakan pihaknya masih terus membahas lebih lanjut permasalahan tersebut dengan pihak AS. "Nah itu akan dibahas. tapi saya rasa baik-baik sajalah. Orang pasti bisa," kata dia.
Jika mulus, Lockheed Martin akan mentransfer teknologi penting untuk pengembangan KF-X/IF-X yang direncanakan mewujud jet tempur generasi 4,5 dengan kemampuan nyaris setara dengan pesawat siluman (stealth fighter) generasi kelima.
Proyek pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X pernah tertunda pada 2009 silam. Kemudian baru pada 7 Januri 2016 Indonesia dan Korea Selatan menandatangani cost share agreement untuk proyek tersebut.
Ada tiga fase pembuatan KF-X/IF-X, yaitu pengembangan teknologi (technology development), pengembangan rekayasa manufaktur (engineering manufacturing development), dan terakhir proses produksi massal.
Pada fase kedua pembuatan purwarupa tersebut Indonesia harus membayar 20 persen dari total biaya sebesar Rp18 triliun atau 1,65 triliun won (US$1,3 miliar). Sementara 80 persen sisanya ditanggung pemerintah Korsel. Total dana yang dikeluarkan kedua negara untuk penggarapan fase kedua ini sebanyak 8,6 triliun won.
Tetapi hingga kini Indonesia belum juga membayar 20 persen dari total biaya pengerjaan KFX/IF-X fase kedua seperti yang telah disepakati dalam kontrak, karena terkendala masalah keuangan negara. Padahal, direncanakan, pada 2020 pesawat tempur tersebut sudah bisa diproduksi, dan pada 2025 diharapkan sudah bisa beroperasi.[*JM]