"Sementara Yaman berada di bawah pengepungan ketat dan pengiriman obat-obatan dan bahan makanan ke negara tersebut, pasokan senjata dan rudal ke Yaman tidak mungkin dilakukan sama sekali dan tuduhan Amerika dan sekutu mereka sebenarnya ditujukan untuk mengalihkan opini publik dunia dari kejahatan ini,"SANA'A -- Menghadapi keroyokan dari negara-negara koalisi pimpinan Arab Saudi, tidak menjatuhkan mental para pejuang Yaman untuk mempertahankan tanah air mereka. Bahkan, perang yang sudah berlangsung selama beberapa tahun tersebut, justru membuat Yaman berusaha mandiri dalam bidang persenjataan.
Angkatan Bersenjata Yaman menyatakan telah meluncurkan sebuah rudal cerdas yang dirancang dan diproduksi secara domestik. Biro media Pusat Komando Operasi Yaman,pada hari Sabtu (28/10), mengumumkan bahwa rudal jarak dekat dan propelan padat Badr P-1 adalah upgrade dari rudal Badr-1, dan memiliki akurasi 3 meter.
Yaman berusaha memproduksi rudal balistik tersebut dengan titik akurasi yang sangat tinggi untuk mencapai sasaran objek-objek vital Arab Saudi. Dengan rudal ini, Yaman mampu menghancurkan target-target yang ditetapkan.
Rudal balistik ini langsung diterjunkan dalam pertempuran melawan koalisi Riyadh. Tentara Yaman didukung oleh milisi komite populer, menembakkan rudal balistik Badr-1, pada Rabu (9/5) malam di markas Informasi dan Peperangan Elektronik Saudi di Najran, Arab Saudi selatan.
Sebelumnya, tentara Yaman menyerang pangkalan al-Mostahaddeth di provinsi pesisir barat Yaman Hudaydah dengan rudal balistik yang sama, membunuh dan melukai sejumlah besar pasukan Sudan yang dipimpin Saudi di sana.
Pasukan Yaman juga menembakkan salvo rudal balistik tersebut dengan menyasar "target ekonomi" di ibu kota Saudi Riyadh, sebagai pembalasan terhadap agresi Al-Saud. Seorang juru bicara militer gerakan perlawanan Ansarullah, Kolonel Aziz Rashed, mengatakan serangan rudal itu menandai "fase baru" dan balas dendam atas serangan udara Saudi di Yaman.
"Akan ada lebih banyak lagi salvo sampai musuh ini dihalangi, memahami arti kekuatan Yaman dan menghentikan kejahatannya," katanya, seperti diberitakan televisi berbahasa Arab al-Masirah.
Badr P-1 misil balistik presisi tinggi yang dipajang di Sana'a, Yaman. (Foto: Istimewa) |
Di daerah al-Khobe wilayah Jizan, hantaman rudal Zelzal-I bahkan menewaskan puluhan tentara Arab Saudi. Tembakan rudal pasukan Yaman juga mampu menyasar dan menghantam gedung Kedutaan Besar Amerika Serikat di Riyadh.
Saudi dan Amerika Tuduh Rudal Yaman Buatan Iran
Agresifnya tentara Yaman menembakkan rudal-rudal balistik canggih ke wilayah Arab Saudi, membuat Amerika Serikat (AS) dan sekutunya Arab Saudi marah dan mencurigai Iran telah menyuplai Yaman dengan persenjataan canggih.
Amerika dan Saudi menuduh bahwa rudal yang dimiliki para pejuang Yaman, merupakan buatan Iran. Karena kecanggihan rudal tersebut memiliki kesamaan dengan sejumlah rudal balistik yang diproduksi Iran.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Nikki Haley, saat berpidato di hadapan para anggota Dewan Keamanan PBB, bahkan terang-terangan melontarkan tuduhan tersebut kepada Iran.
"Punya kesamaan dengan rudal dalam serangan-serangan serupa yang menggunakan senjata pasokan Iran. Kita harus bertindak bersama untuk mengungkap kejahatan-kejahatan rezim Teheran dan melakukan apapun yang diperlukan demi memastikan mereka mendapat pesannya. Jika kita tidak melakukannya, Iran akan membawa dunia lebih masuk ke dalam konflik kawasan," kata Haley.
Haley sudah berkali-kali mengajukan pemberian sanksi DK PBB untuk Iran, tapi selalu ditolak dan diveto oleh Rusia dan China. Sejumlah anggota tidak tetap DK PBB juga menolak pemberian sanksi terhadap Iran.
Para pemberontak Houthi mengungkap rudal Burkan-2 pada Februari 2017. (Foto: Almasirah) |
Hal inilah yang semakin menguatkan tuduhan Saudi bahwa rudal Yaman dipasok oleh Iran yang merupakan musuh bebuyutannya.
Iran Membantah Tuduhan Saudi dan Amerika
Menanggapi tuduhan Amerika dan Saudi, pemerintahan Teheran dengan tegas membantahnya. Pada hari Senin (12/3), kementerian luar negeri Iran menolak tuduhan Saudi bahwa Tehran telah memasok Yaman dengan rudal dan senjata dan menekankan bahwa ucapan tersebut dibuat karena putus asa akibat kekalahan pasukan Saudi dan koalisi di Yaman.
"Ucapan yang diucapkan oleh beberapa pejabat Saudi sangat banyak memberi tahu tentang keputusasaan pemerintah Saudi untuk analis politik yang adil," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Bahram Qassemi.
Sedangkan Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Amir Hatami mengatakan, Amerika dan sekutunya Saudi berusaha mengalihkan opini publik dunia dari kejahatan mereka di negara Arab yang malang itu.
"Sementara Yaman berada di bawah pengepungan ketat dan pengiriman obat-obatan dan bahan makanan ke negara tersebut, pasokan senjata dan rudal ke Yaman tidak mungkin dilakukan sama sekali dan tuduhan Amerika dan sekutu mereka sebenarnya ditujukan untuk mengalihkan opini publik dunia dari kejahatan ini," kata Brigjen Hatami di Tehran pada hari Selasa (13/3).
Bantahan Iran juga diperkuat oleh Deputi Juru Bicara Sekjen PBB, Farhan Haq mengatakan, tidak ada satu buktipun yang menunjukkan bahwa rudal-rudal yang ditembakkan ke Arab Saudi dari Yaman adalah buatan Iran.
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, memperlihatkan sisa-sisa rudal yang ditembakkan ke arah Riyadh, November lalu. (Foto: AFP) |
Sementara petinggi Yaman sendiri berulangkali menegaskan, kekuatan pertahanan militer negara ini sepenuhnya produk dalam negeri dan meski diblokade total oleh Saudi, kekuatan ini berhasil ditingkatkan.
Yaman sejak Maret 2015 menghadapi agresi brutal oleh koalisi pimpinan Saudi, dalam upaya mengembalikan kekuasaan kepada mantan presiden Abdrabbuh Mansour Hadi yang buron. Puluhan ribu orang Yaman telah terluka dan menjadi martir, dengan sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Data PBB memperlihatkan lebih dari 8.670 orang meninggal dunia dan 49.960 lainnya cedera sejak pasukan koalisi turut campur dalam peperangan di Yaman.
Perang tersebut juga menyebabkan 20,7 juta orang memerlukan bantuan kemanusiaan dan turut menimbulkan wabah kolera yang diperkirakan menewaskan 2.219 orang sejak April lalu.
Menurut Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa, setidaknya 60 persen dan tiga perempat dari populasi Yaman sebesar 28 juta jiwa, didefinisikan tidak aman dalam segi asupan makanan, di mana tujuh dari 22 provinsi di negara itu, berada di ambang kelaparan, dan hampir setengah juta anak-anak menderita kekurangan gizi akut.
Namun, kekuatan sekutu tentara Yaman dan komite populer yang didirikan oleh kaum revolusioner Ansarullah telah secara heroik menghadapi agresi dengan segala cara, menimbulkan kerugian besar pada pasukan Saudi koalisi.
Serangan rudal balistik tentara Yaman berhasil menghancurkan sebuah bangunan di kota Jizan, Arab Saudi. (Foto: alaraby.co.uk / Getty) |
Hingga kini, ambisi militer Arab Saudi dan koalisinya untuk menguasai kembali negara Yaman dan mendudukkan kembali presiden boneka di negara itu belum juga kesampaian. Perang yang berkepanjangan memaksa PBB turun tangan untuk menghentikan serangan brutal kerajaan Saudi terhadap rakyat Yaman.
Sejumlah rencana genjatan senjata pun sudah disusun, untuk membuka pintu perdamaian yang lebih kuat. Namun, para pejuang Yaman merasa keberatan dengan rencana yang diungkapkan utusan PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed di sana.
Mereka mengatakan, perundingan perdamaian yang ditawarkan tidak termasuk dengan gencatan senjata permanen atau penghapusan blokade terhadap wilayah yang mereka kendalikan.
Selain menghadapi gempuran militer Saudi dan koalisi, rakyat Yaman juga harus menghadapi musuh lainnya, yakni kelompok militan Al-Qaida yang berafiliasi dengan ISIS, hampir menguasai setengah bagian dari wilayah negara miskin itu. Para kelompok militan yang terpecah dalam beberapa kubu, ingin menguasai Yaman dan mendirikan negara Islam berpaham Sunni-Wahabi di Yaman.[*JM]