Menampilkan postingan dari November, 2018

Amerika Tuding Korut Masih Miliki 13 Pangkalan Rudal Nuklir Rahasia

Sebuah laporan yang dikeluarkan lembaga thing-thank Amerika Serikat menyatakan, Korea Utara memiliki pangkalan rudal rahasia yang mampu melancarkan serangan terhadap AS. (Foto: GETTY via express.co.uk)
"Korea Utara memang tidak pernah berjanji menutup basis rudal ini. Mereka tidak pernah menandatangani perjanjian apa pun, atau negosiasi apa pun yang membuat penutupan basis-basis rudal itu menjadi sebuah kewajiban,"
WASHINGTON DC -- Perundingan senjata nuklir Korea Utara dengan Amerika Serikat (AS), masih berlangsung hingga kini. Walau Korut menyatakan bersedia melucuti kekuatan senjata nuklirnya, dengan syarat Amerika dan negara-negara Barat menghapus seluruh sanksi yang dijatuhkan terhadap Korut, namun Amerika sepertinya tidak percaya begitu saya.

Lembaga think tank AS, Center for Strategic and International Studies (CSIS) melaporkan, Korut Disebut masih memiliki 13 Pangkalan Rudal nuklir yang disembunyikan. Laporan ini merujuk pada citra satelit yang mereka himpun.

Korut setidaknya masih mengoperasikan 13 pangkalan nuklir yang dirahasiakan, di tengah perundingan perlucutan senjata nuklir dengan Amerika. 


Kepala CSIS untuk Program Korea Utara, Victor Cha mengatakan bahwa Kim Jong-un tampaknya "mengelabui" Presiden Donald Trump dengan menghancurkan salah satu pangkalan rudal, tapi masih ada belasan situs lain yang beroperasi.

"Tampaknya pangkalan-pangkalan ini belum dibekukan. Pekerjaan masih berlangsung. Yang dikhawatirkan semua orang adalah Trump akan menerima kesepakatan buruk. Mereka hanya menghancurkan satu situs uji coba dan menutup beberapa hal lain, dengan timbal balik mereka ingin kesepakatan damai," ujar Cha sebagaimana dikutip AFP, Senin (12/11).

Berdasarkan laporan CSIS, situs-situs rudal tersebut berlokasi di daerah pinggiran pegunungan di Korut. Situs itu dapat digunakan untuk menyimpan rudal berbagai jarak, yang terjauh bisa mencapai wilayah AS.

"Basis rudal yang beroperasi ini bukan fasilitas peluncuran. Rudal bisa diluncurkan dari dalam situs itu dalam keadaan darurat, dengan prosedur operasi tentara Korut memerintahkan semua pelontar rudal disebar ke situs-situs operasi itu," demikian bunyi laporan tersebut.

Salah satu situs yang paling dekat dengan perbatasan Korea Selatan, Sakkanmol, dilaporkan "aktif dan dikelola dengan sangat baik." Lembaga think tank itu menyatakan bahwa pemerintah AS seharusnya mengetahui keberadaan semua situs senjata nuklir dan rudal sebelum mencapai kesepakatan.

Kim Jong-Un memeriksa sebuah perangkat nuklir, saat mengunjungi salah satu situs instalasi rudal nuklir negara tersebut. (Foto: STR / AFP / Getty via independent.co.uk)

AS dan Australia Bangun Pangkalan Militer di Papua Nugini, Indonesia Terancam

Kapal induk Angkatan Laut AS USS Carl Vinson, semakin sering melakukan patroli di kawasan Asia-Pasifik, sejak bangkitnya kekuatan militer China di regional tersebut. (Foto: MC2 Z.A. Landers / US Navy via defensenews.com)
"Logikanya kalau bukan sebagai musuh minimal kompetitor dan minimal kita waspada. Australia masih memandang Indonesia sebagai ancaman bersama China."
PORT MORESBY -- Amerika Serikat (AS) semakin meningkatkan kehadiran militer di kawasan Asia-Pasifik. Setelah membangun dan memperkuat pangkalan militer di Darwin, Australia, Amerika kini berencana akan membangun pangkalan militer di Papua Nugini (PNG), yang berbatasan langsung dengan Indonesia.

Kebijakan ini yang rencananya akan menggandeng Australia, diumumkan Wakil Presiden AS Mike Pence saat kunjungannya ke Papua Nugini, Sabtu (17/11). 


Menurut Pence, AS dan Australia juga akan bekerjasama dengan Lombrum Naval Base atau pangkalan angkatan laut milik pertahanan Papua Nugini.

"Kami akan bekerja dengan dua negara ini untuk melidungi kedaulatan dan hak maritim di Kepulauan Pasifik," kata Pence dilansir dari AFP (17/11).

Rencana Amerika tersebut sebenarnya dipicu oleh strategi militer Australia yang akan mengembangkan Lombrum Naval Base di Pulau Manus, Papua Nugini yang secara defacto merupakan negara boneka negeri Kangguru tersebut.

Salah satu alasan Australia meningkatkan kekuatan militernya di PNG adalah untuk membendung pergerakan China di kawasan Pasifik, dan Amerika sebagai sekutu utama Australia menyetujui langkah Sydney tersebut.

Australia 'ketar-ketir' dengan langkah China yang semakin memperkuat pengaruhnya terhadap negara-negara kecil di Pasifik. Salah satunya China ingin membangun fasilitas militer di Fiji, Pulau Blackrock, Manus atau di negara Vanuatu.

Amerika menuduh China telah melakukan debt-trap diplomacy atau tipe hubungan diplomasi berdasarkan pinjaman yang dilakukan dalam hubungan bilateral antara dua negara untuk menekan negara kecil.

Papua Nugini menyambut kedatangan Wakil Presiden AS Mike Pence saat mengunjungi negara tersebut. (Foto: AFP / Saeed KHAN)
"Jangan menerima pinjaman yang mengorbankan kedaulatan Anda. Lindungi kepentingan Anda," kata Pence  dikutip dari ABC. 

Pernyataan Pence tersebut ditujukan kepada negara-negara kecil di kawasan Pasifik yang rela menjual kedaulatan negara mereka demi mendapatkan bantuan ekonomi dari china.

Terciumnya strategi militer China di Pasifik langsung menjadi pembahasan utama di Gedung Putih.


Amerika dan Australia khawatir, ekspansi China ini akan menyaingi keseimbangan kekuatan angkatan laut di pasifik Selatan.

Presiden China, Xi Jinping pun mengutarakan pidato yang melawan pernyataan AS.

"Tak ada seorang pun yang memiliki kekuatan untuk menghentikan orang untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Kita seharusnya menguatkan kerjasama. Arah mana yang mau kita pilih? Kerja sama atau konfrontasi, keterbukaan atau menutup salah satu pintu?" kata Xi.

Pangkalan Militer Amerika Mengancam Indonesia

Rencana Amerika dan Australia untuk membangun pangkalan militer di Papua Nugini, langsung menjadi topik utama para pemerhati militer tanah air. 


Bukan tanpa sebab, Papua Nugini yang berbatasan langsung dengan Provinsi Papua, Indonesia, akan menjadi ancaman langsung bagi keamanan dan kedaulatan NKRI di kawasan timur.

Sejumlah pengamat bahkan mengkritik lambatnya rezim pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam merespon kebijakan AS tersebut. Pengamat Militer dan Pertahanan Indonesia Muradi mengingatkan pemerintah Indonesia bahwa itu bukan sebuah kabar baik di Papua.

Pasukan Pertahanan Papua New Guinea saat mengoperasikan Lombrum Naval Base di Manus. (Foto: Departemen Pertahanan / Sersan W. Guthrie via abc.net.au)
"Dari segi pertahanan keamanan dengan membangun pangkalan militer jangan dianggap membangun sebagai perkawanan. Itu salah. Itu dianggap sebagai kompetitor di bidang pertahanan dan keamanan," kata Muradi dilansir dari CNNIndonesia.com, Minggu (18/11).

Karena besarnya potensi ancaman yang akan dihadapi Indonesia, Muradi mengusulkan agar Indonesia membangun pangkalan pertahanan serupa di sekitar pulau Papua.

Efek gentar atau efek deteren itu, kata dia, perlu dibangun sebagai pesan untuk negara-negara lain terkait kedaulatan Indonesia.

"Kita harus mempercepat proses pembangunan Membangun Mako Kostrad (Komando Strategis Angkatan Darat) dan Mako Marinir supaya ada efek gentar," ujar Muradi.

Pembangunan pangkalan militer ini dilakukan agar negara lain tidak semena-mena dengan Indonesia. Papua diharapkan bisa menjadi basis pertahanan dan militer Indonesia ke depan.

Pengajar di Universitas Padjadjaran itu mengatakan dalam sejumlah buku pertahanan dan keamanan Australia, Indonesia adalah salah satu negara yang dianggap sebagai ancaman. Atas dasar itu, kata Muradi, tidak heran ketika Australia membangun pangkalan militer di wilayah yang berbatasan dengan Indonesia.

"Logikanya kalau bukan sebagai musuh minimal kompetitor dan minimal kita waspada. Australia masih memandang Indonesia sebagai ancaman bersama China. Jadi memang kalau membangun (pangkalan militer) itu bukan hal yang baru. Situasi ini sudah kita prediksi jauh hari," ujar Muradi.

Posisi Papua Nugini dan Pulau Manus yang direncanakan menjadi pangkalan militer terbaru Amerika di Pasifik, berbatasan langsung dengan Provinsi Papua dan perairan Indonesia.

Turki Manfaatkan Konflik AS-Rusia untuk Dapatkan Rudal S-400 dan Patriot

Ujicoba misil pertahanan udara Patriot buatan Amerika Serikat. Turki berencana juga akan membeli rudal Patriot, selain juga membeli misil tandingan S-400 dari Rusia. (Foto: defpost.com)
"Turki Mencari kepemimpinan di Timur Tengah, Turki mencoba menggunakan konflik antara negara-negara kuat seperti AS dan Rusia untuk kepentingannya sendiri,"
ANKARA -- Setelah mendapatkan ancaman sanksi dari Amerika Serikat (AS) karena membeli rudal pertahanan udara S-400 buatan Rusia, kini Turki mengisyaratkan juga akan membeli misil pertahanan Patriot dari Amerika.

Rencana Turki untuk membeli sistem pertahanan rudal Patriot AS disampaikan Juru bicara Presiden Erdogan beberapa waktu lalu. "Turki tidak harus memenuhi kebutuhannya dari satu sumber, karena Turki adalah negara besar," kata juru bicara Erdogan.

Namun, sejumlah pengamat dari Rusia menyatakan langkah Erdogan tersebut hanya memanfaatkan konflik yang terjadi antara Rusia dengan musuh bebuyutannya, yaitu Amerika, untuk mendapatkan sekaligus rudal canggih S-400 dan Patriot dengan harga murah.

"Turki Mencari kepemimpinan di Timur Tengah, Turki mencoba menggunakan konflik antara negara-negara kuat seperti AS dan Rusia untuk kepentingannya sendiri," kata Nikita Danyuk, wakil direktur Institute for Strategic Studies and Predictions yang berbasis di Moskow, dilansir dari Russia Today, Sabtu (24/11/2018).

Nikita menyatakan, memegang negosiasi dengan beberapa mitra dagang secara bersamaan sejalan dengan taktik Presiden Erdogan untuk menggunakan kesepakatan senjata sebagai alat tawar-menawar. 


"Dengan menjajaki kesepakatan itu, ada kemungkinan bahwa Erdogan ingin mendorong Moskow untuk memberikan konsesi tertentu dalam hal kerja sama militer," kata analis itu.

selain itu, Turki juga menjadikan perseteruan Washington dan Moskow di Timur Tengah sebagai nilai tawar dengan Amerika. Dengan membeli rudal Patriot, Erdogan mengharapkan kesepakatan untuk menghalangi Presiden Donald Trump menekan Turki dalam memotong hubungan ekonominya dengan Iran.

Erdogan juga mengharapkan Amerika akan segera menyerahkan pentolan oposisi Turki, Fethullah Gulen, yang kini bermukin di AS dan menggeser kebijakan Amerika pada kaum Kurdi Suriah.

Para perwira tentara AS berdiri di depan sistem pertahanan rudal Patriot AS, selama latihan militer gabungan Israel-AS "Juniper Cobra" di Hatzor Airforce Base Israel pada 8 Maret 2018. Rudal Patriot yang dimiliki Israel, menjadi alasan kuat Turki untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia. (Foto: AFP / JACK GUEZ)
Seperti diketahui, Pentagon selama ini telah membantu kelompok paramiliter YPG Kurdi di Suriah utara dengan senjata dan pelatihan. Sedangkan Ankara menganggap YPG sebagai organisasi teroris dan meluncurkan beberapa operasi militer terhadap milisi Kurdi.

"Turki membuat isyarat niat baik, mengharapkan AS untuk mengubah pendiriannya terhadap Kurdi di Suriah. AS menghadapi dilema; terus mendukung Kurdi atau membiarkan Erdogan menghancurkan otonomi mereka," kata Peneliti kebijakan luar negeri Rusia, Konstantin Truyevtsev.

Truyevtsev, yang bekerja di Institute of Oriental Studies of the Russian Academy of Sciences Rusia, berpendapat bahwa Presiden Erdogan tidak mungkin berhasil mengubah strategi Amerika di kawasan itu, tetapi dia akan terus berusaha.

Integrasi S-400 dengan Patriot Mustahil Dilakukan

Jika rencana Turki untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 dan misil Patriot terealisasi, Ankara setidaknya harus melakukan pengintegrasian teknologi pada dua misil pertahanan terkuat di dunia tersebut.

Hal inilah yang disanksikan oleh sejumlah pengamat militer. Pasalnya, basic atau dasar teknologi dari kedua senjata canggih tersebut sangat berbeda. Ahli militer Aleksey Leonkov mengatakan, akan sulit untuk membuat sistem rudal Patriot kompatibel dengan S-400 buatan Rusia, jika Turki memutuskan untuk menyebarkan keduanya.

"Ini diragukan bahwa rudal Patriot dapat berintegrasi dalam satu sistem kontrol dengan S-400. Amerika tidak akan mengizinkannya, karena khawatir teknologi yang sangat rahasia akan bocor ke Moskow," katanya.

Upaya pencurian teknologi kemungkinan besar terjadi dan akan dilakukan oleh dua negara adidaya tersebut, untuk mencari titik lemah masing-masing. Nilai tawar Turki akan menjadi penentu, apakah hegemoni Ankara mampu menggoyahkan kedua negara raksasa tersebut.

Sanksi Amerika jadi 'Senjata makan Tuan'

Kebijakan yang diterapkan oleh rezim Donald Trump untuk memberikan sanksi atau hukuman kepada setiap negara yang membeli senjata dari Rusia, ternyata menjadi 'senjata makan tuan' yang sangat merepotkan bagi Washington.

Truk militer Belanda membawa sistem pertahanan rudal Patriot NATO untuk melindungi Turki jika tetangga Suriah meluncurkan serangan, yang diturunkan di pangkalan Incirnik, dekat Adana, Turki, Kamis, 24 Januari 2013. Sebagai sesama anggota NATO, Turki memang mendapat bantuan 'pinjaman' rudal Patriot, namun, kebijakan NATO terhadap Turki dianggap sering tidak tulus dan penuh dengan kepentingan tertentu. (Foto: AP / Rob van Eerden , Kementerian Pertahanan Belanda, HO)
Seperti diketahui, negara-negara yang membeli senjata dari Moskow berisiko terkena sanksi AS di bawah undang-undangnya yang bernama Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA).

Namun, penerapan sanksi tersebut tidak berjalan mulus di lapangan. Bahkan sejumlah sanksi, jika benar-benar diterapkan, akan menciptakan musuh baru bagi Amerika. 


Seperti rencana AS yang akan memberikan sanksi kepada India, karena membeli sejumlah alutsista canggih buatan Rusia, seperti misil S-400, jet tempur Sukhoi SU-35 dan kapal selam.

Amerika akhirnya menganulir kembali rencananya untuk menjatuhkan sanksi kepada New Delhi, karena berpotensi akan menciptakan konflik tingkat tinggi dengan India. Status India dianggap sebagai 'pengecualian.'

Hal yang sama juga berlaku untuk Indonesia, yang berencana membeli jet tempur Sukhoi SU-35 dari Rusia. Rencana Amerika yang akan menjatuhkan sanksi kepada Indonesia, juga dianulir tanpa alasan yang jelas.

Militer Turki juga sebelumnya berada dalam ancaman Sanksi Amerika. Tapi sikap 'ngotot' rezim Erdogan membuat AS juga serba salah. Turki sempat menyatakan akan melawan segala sanksi dan ancaman yang dilontarkan oleh Amerika.

Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar pada hari Kamis mengatakan, pembelian sistem pertahanan canggih buatan Rusia itu merupakan kebijakan nasional mereka dan akan disebar untuk melindungi wilayah negaranya mulai Oktober 2019.

Akar mengatakan Turki menghadapi ancaman rudal, namun tidak tidak menyebut asal ancaman tersebut. "Kita harus melawan ancaman itu," ujarnya. Akar menegaskan, kontrak untuk kesepakatan S-400 sudah ditandatangani dengan Rosoboronexport, agen ekspor senjata utama Rusia.

Rudal S-400 buatan Rusia, yang rencaananya akan dibeli India dan Turki, merupakan sistem pertahanan udara canggih terkuat di muka bumi yang hingga kini belum bisa dilampaui oleh Amerika dan NATO sekalipun. (Foto: Vasily Fedosenko / Reuters)

Negara-negara di Kawasan Pasifik dan Oceania Dukung OPM

Desra Percaya, Utusan khusus Indonesia untuk Melanesian Spearhead Group (MSG). Indonesia menentang keberadaan pergerakan sayap politik Organisasi Papua Merdeka ULMWP di dalam organisasi MSG. ULMWP yang selalu membawa-bawa nama rakyat Papua ini ingin bergabung dalam MSG agar diakui oleh dunia internasional. (Foto: Istimewa).
"Ada upaya-upaya dari kelompok separatis, tujuannya mereka ingin masuk tetapi mereka kan bukan negara, hanya NGO. Ya tidak bisa lah,"
JAKARTA -- Organisasi Separatis Papua Merdeka (OPM) setelah tidak mendapat sambutan dan tempat di tengah-tengah masyarakat Papua, sepertinya tak patah arang. 

Saat ini kelompok pengacau keamanan itu melalui sayap politiknya di luar negeri terus berusaha mempengaruhi negara-negara lain bahwa rakyat Papua ingin melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Jualan bahasa propaganda yang selalu mereka usung adalah bahwa telah terjadi pelanggaran HAM berat di Provinsi Papua yang dilakukan oleh TNI dan pemerintah Indonesia. 

Selain itu masalah kemiskinan dan ketimpangan pembangunan di tanah Papua juga dijadikan senjata untuk menyudutkan pemerintah Indonesia di kancah internasional. 

Kini salah satu propaganda yang ingin diusung para separatis Papua adalah perbedaan ras antara Melayu dan Melanesia.

Melalui organisasi sayap politik Gerakan Pembebasan Papua Barat (UMLWP) yang didanai oleh negara-negara barat, masalah perbedaan ras mendapat sambutan dalam organisasi negara-negara kecil yang tergabung dalam Melanesian Spearhead Group (MSG). 

Dalam organisasi yang beranggotakan negara-negara tertinggal di kepulauan Pasifik ini, ULMWP berusaha menjadi anggota dan bergabung dengan organisasi itu, sebagai upaya legitimasi bahwa keberadaan mereka diakui di kancah internasional.
Para simpatisan organisasi separatis Papua Merdeka. Salah satu bahasa propaganda yang diusung para komplotan separatis ini adalah mengangkat masalah perbedaan ras antara Melayu dan Melanesia. Mereka beranggapan bahwa Indonesia adalah sebuah negara Melayu dan Papua yang Melanesia bukan bagian dari NKRI harus merdeka dan melepaskan diri dari Indonesia. (Foto: istimewa)
MSG ialah organisasi lintas pemerintah yang terdiri dari empat negara yakni Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu; Front Pembebasan Nasional Sosialis dan Kanak Kaledonia Baru –aliansi partai-partai politik prokemerdekaan Kaledonia Baru.

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan Indonesia mewaspadai potensi gerakan separatis dalam pertemuan tingkat tinggi Kelompok Negara-Negara Melanesia (MSG) yang akan berlangsung di Kepulauan Solomon, 14-16 Juli 2016.

 "Ada upaya-upaya dari kelompok separatis, tujuannya mereka ingin masuk tetapi mereka kan bukan negara, hanya NGO. Ya tidak bisa lah," ujar dia saat ditemui usai menggelar rapat tentang "Crisis Centre" pembebasan sandera WNI ABK di Jakarta, Jumat malam (1/7). 

Saat ini Indonesia merupakan salah satu anggota tidak tetap. Dalam upaya menaikkan status dari kelompok peninjau menjadi anggota penuh MSG, UMLWP dianggap tidak memiliki legitimasi dan tidak mewakili masyarakat Papua. 

Menurut Luhut, tudingan Indonesia kerap menganaktirikan Papua dengan tidak mengindahkan kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di pulau tersebut tidak terbukti.

Pasalnya, pemerintah Indonesia telah mengupayakan penanganan dan penyelesaian masalah HAM di Papua secara holistik melalui pembentukan tim terpadu yang bertugas menghimpun data, informasi, dan analisa, kemudian melaporkan hasilnya kepada Presiden Joko Widodo.

Tim terpadu yang dibentuk Kemenkopolhukam ini bertujuan mempercepat penuntasan penyelidikan pelanggaran HAM di Papua dan Papua Barat, yang telah diinisiasi Komnas HAM pada 2011.
Benny Wenda dan para dedengkot separatis Papua Merdeka lainnya di luar negeri saat menghadiri sidang MSG. Dengan bantuan dana tak terbatas dari Australia, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa lainnya, ULMWP terus memperkuat propagandanya melepaskan Papua dari NKRI. (Foto: Istimewa)

Ironi Rusia: Digdaya di Bidang Militer, Jadi Pecundang di Sepakbola

Tentara Rusia menyaksikan prajurit Ukraina bermain sepakbola di Belbek Sevastopol International Airport di wilayah Crimea, yang berada dalam zona konflik. Tim dari wilayah Crimea sekarang akan bermain di liga Rusia. (Foto: Istimewa)
MOSKOW -- Jika berbicara teknologi perang dan kekuatan militer, Rusia adalah jagoannya. Hingga kini, Amerika Serikat, NATO dan seluruh bangsa-bangsa di dunia sangat berhati-hati jika berurusan dengan Rusia. 

Bahkan, setelah runtuhnya Uni Soviet, Moskow sempat diprediksi akan tamat, tapi ternyata negara itu hanya berganti wajah. Kini Rusia dipandang menjadi negara adidaya yang lebih "bijaksana."

Masalah militer, Rusia boleh saja paling unggul, namun tidak dalam urusan olahraga sepakbola. Dalam masalah olahraga paling diminati sejagad itu, Rusia dipandang hanya jadi pecundang di benua Eropa bahkan di tingkat dunia.

Tim sepak bola nasional Rusia menggoreskan performa yang buruk pada Euro 2016. Terbilang sulit untuk melakukan perubahan besar dalam waktu dua tahun menjelang Piala Dunia. 


Meski masyarakat mencela kegagalan Rusia dalam Euro 2016, pemerintah tak mengambil langkah sistematis untuk memperbaiki situasi tim nasional. Menteri Olahraga Rusia Vitaly Mutko mengaitkan buruknya performa tim dengan kekurangan jumlah pemain.

Masalah terbesar dalam sepak bola Rusia sesungguhnya adalah adanya ‘lubang neraka’ antara pemain sepak bola profesional dan amatir. Piramida sepak bola, salah satu prinsip utama FIFA, pada dasarnya dihancurkan di Rusia.

Jumlah minimal klub profesional yang akan bepartisipasi dalam tiga divisi Rusia pada musim 2016 – 2017 ialah 94 (hanya 12 di antaranya dari Siberia dan Timur Jauh).

Dua orang suporter timnas Rusia terlihat berwajah murung, setelah menyaksikan pertandingan babak penyisihan grup antara Rusia dan Wales pada Euro 2016. (Foto: Vladimir Pesnya / RIA Novosti)
Jumlah penonton juga menyedihkan: jumlah rata-rata penggemar yang menonton pertandingan Liga Primer Rusia pada musim 2015 – 2016 ialah 11.046 (dalam Bundesliga Jerman terdapat 43.300 penonton dan Liga Primer Inggris 36.452).

Sepak bola profesional di Rusia semakin hari semakin elit. Pemain berbakat dari daerah sulit menembus tim besar. Hanya anak-anak dari keluarga terhormat yang diterima di akademi klub penting. 


Padahal, hanya di situ pemain muda berkesempatan mengembangkan karir profesional mereka. Daerah-daerah di Rusia tak punya liga sepak bola anak-anak. Mereka juga kekurangan pelatih yang mau dibayar murah.

Buruknya kondisi persepakbolaan Rusia, mendapat kecaman seluruh lapisan rakyat di negara itu. 


Salah satu bentuk kemarahan para pecinta sepak bola Rusia diperlihatkan dengan munculnya petisi untuk membubarkan tim nasional Rusia, yang telah ditandatangai oleh hampir satu juta pengguna internet.

Namun kemarahan tersebut tak menghasilkan apa-apa karena setelah turnamen utama tim nasional memang selalu dibubarkan dan kemudian dibentuk kembali dengan pelatih baru.

Buruknya Manajemen

Terdapat sejumlah masalah besar yang membuat sepak bola Rusia menjadi salah satu yang terburuk dibanding negara Barat lainnya. Diantaranya adalah buruknya manajemen. Sejumlah masalah seperti;


Pertama, masalah pelatih. Pelatih utama tim nasional Rusia saat ini, Stanislav Cherchesov, dikenal akan metode kerasnya dalam menangani pemain. Di Rusia, banyak pihak yang melihat ini sebagai keuntungan. 


Ada pandangan bahwa pemain bola Rusia hanya paham metode ‘cambuk’. Namun anehnya, Cherchesov, mantan kiper tim nasional Rusia, sukses melatih di Eropa. Pada musim lalui ia memenangkan Liga Polandia bersama Liga Warsawa.
"Di Amerika, Anda menendang bola. Di rusia soviet, sepak bola menendang Anda!" Adalah sebuah sindiran bernada ejekan yang sering disematkan kepada Rusia, jika berbicara dunia sepak bola. Negeri Beruang Merah tersebut seakan menjadi pesakitan dalam hal olahraga si kulit bundar ini. (Foto; Istimewa)

Kemunculan 'Wanita Besi' Dinasti Korea Utara Gemparkan Dunia

Kim Yo Jong Adik perempuan pemimpin Korea Utara, mengganti pulpen dari panitia yang akan digunakan oleh Kim Jong-Un, dalam pertemuan puncak antara Korea Utara dengan Amerika Serikat di Hotel Capella di pulau Sentosa di Singapura pada 12 Juni 2018. Wajah muda Kim Yo-jong yang manis dianggap akan mampu memainkan strategi kakaknya untuk mengubah citra pemerintahan Korea Utara. (Foto: Gettyimage)
PYONGYANG -- Media massa dunia sejenak dialihkan dari pemberitaan program nuklir Korea Utara. Hal ini disebabkan munculnya seorang wanita berparas cantik dan murah senyum di lingkaran terdekat Presiden Korea Utara, Kim Jong-Un. Wanita tersebut bernama Kim Yo-Jong.
 
Kim Yo-jong adalah adik perempuan dari Pemimpin Korut Kim Jong-un. Ia anak terakhir dari mantan pemimpin Korut Kim Jong-il dan mempunyai ibu yang sama dengan Kim Jong-un. Kim Yo Jong membuat sejarah pada hari Jumat saat dia berjabat tangan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saat upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2018.

Kedatangannya di Korsel sebagai anggota pertama dari keluarga penguasa Korut, merupakan pertanda bahwa saudara perempuan pemimpin tertinggi Kim Jong Un itu, menjadi wanita paling kuat di Korea Utara saat ini.


Si Cantik yang Misterius

Yo-Jong adalah sosok perempuan misterius. Untuk mengetahui siapa sebenarnya perempuan tidak dikenal ini, kita harus mundur beberapa waktu tepatnya saat mantan pemimpin Korut, Kim Jong-il, wafat pada 2011 lalu.

Kim Yo-jong diyakini sebagai anak termuda dari pemimpin Korea Utara Kim Jong Il, dari ibu bernama Ko Yong Hui, seorang penari etnis Korea yang lahir di Jepang dan sewaktu kecil pindah ke Korea Utara, satu dekade setelah berakhirnya perang dengan Korea Selatan.

Ko Yong Hui diyakini telah bertemu dengan Kim Jong Il setelah dia pernah menikah dan memiliki seorang putra, Kim Jong Nam, dan satu anak perempuan, Kim Sol Song.


Setelah Ko Yong Hui melahirkan Kim Jong Chol dan pemimpin tertinggi masa depan Kim Jong Un, Kim Yo Jong menjadi tambahan terbaru untuk keluarga penguasa, yang saat itu masih dipimpin oleh pendiri Korea Utara Kim Il Sung, yang meninggal pada tahun 1994.
Silsilah dinasti Korea Utara.
Ketiga saudara kandung itu terbawa dalam isolasi relatif dari anggota keluarga lainnya, kemungkinan karena usaha Kim Jong Il untuk menjauhkan mereka dari ayahnya.

Yo-jong lahir pada tanggal 26 September 1987, dan saat ini diyakini berusia sekitar 30 tahun. Kim Yo-jong dan Kim Jong-un diyakini sangat dekat karena mereka menempuh pendidikan di sekolah swasta yang sama di Swiss pada akhir 1990an, dan karena mereka sudah dekat, mereka saling melindungi saat di sekolah.


"Dia tinggal di kedutaan bersama saudaranya dengan nama samaran. Mereka digambarkan sebagai anak-anak pekerja rumah tangga, pembantu dan tukang kebun," kata seorang ahli Korut yang mengelola blog dan kontributor untuk situs Johns Hopkins University’s Korean Studies, Michael Madden, seperti dikutip dari ABC News.go, Kamis (8/2/2017).

Pemain yang Bergerak Di belakang Layar

Tidak banyak yang diketahui tentang Kim Yo Jong setelah kembali belajar di Korea Utara. Namun, ibunya dilaporkan meninggal karena kanker payudara saat menjalani perawatan di Paris pada tahun 2004.

Yo-jong muncul pertama kali saat upacara pemakaman resmi mendiang ayahnya. Saat itu kehadiran Yo-jong menarik perhatian sejumlah pengamat. Sosok gadis muda terlihat aktif dan berdiri dekat dengan pewaris Jong-il, Kim Jong-un, membuat pengamat tidak mengalihkan pandangan sedikit pun.

Kim Yo-jong, yang berusia tiga tahun lebih muda dari Kim Jong-un, tampaknya bergerak mendekati pusat kekuasaan setelah pamannya dieksekusi dan bibinya menghilang dari foto-foto resmi pada tahun 2013. 


Laporan berita televisi pada waktu itu menunjukkan Yo-jong muda masuk dalam lapisan pejabat senior.

Selama bertahun-tahun sejak pemakaman Kim Jong-il, para analis terus memperhatikan keberadaan perempuan misterius ini di televisi Korut. 


Televisi Korut adalah satu-satunya sumber penting yang menawarkan petunjuk informasi tentang apa yang terjadi di dalam negara tertutup itu.
Kim Yo Jong (kiri) adik pemimpin Korea utara yang saat ini menjabat sebagai Wakil Direktur Propaganda dan Agitasi Departemen Partai Buruh Korea, membuka jalan untuk Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, sebelum mengadakan pertemuan di markas Partai Buruh di Pyongyang, Korea Utara, Selasa. (Foto: Korps Pers Pyongyang via upi.com)
Sesekali, ia muncul di belakang Kim Jong-un di sebuah stadion yang mengarah ke panggung saat acara-acara resmi kenegaraan, atau berjalan-jalan dengan bebasnya di dekat Kim Jong-un dan istrinya saat mereka berkeliling tempat monumental. 

Bahasa tubuhnya yang bebas sangat kontras dibandingkan dengan pejabat tua lain yang kokoh bak tentara dan sangat sopan di hadapan diktator muda Korut.

Memiliki Hak Istimewa

Sampai saat ini, Kim Yo Jong adalah satu-satunya saudara kandung Jon-un yang menikmati berita utama internasional. Konghan Oh, dari Brookings Institute, mengatakan bahwa adik perempuan Kim Jong-un tersebut memiliki hak istimewa. "Dia telah diberi banyak kesempatan untuk bepergian," kata Oh.


Yo-jong sendiri terakhir kali terlihat di luar negeri pada tahun 2011 ketika dia diduga menghadiri konser Eric Clapton dengan kakaknya, Jung-chul, di Singapura. Konfirmasi identitas resmi Kim Yong-jong akhirnya muncul pada tahun 2014. 

Ia menemani saudara laki-lakinya dalam memberikan suara untuk Majelis Rakyat Tertinggi. Penyiar berita untuk pertama kalinya menyebut Yo-jong sebagai "pejabat senior" Komite Sentral Partai Buruh.

Ia kemudian diangkat sebagai wakil direktur Departemen Propaganda dan Agitasi Partai Buruh. Tanggung jawab utamanya adalah untuk "mendewakan" dan mengumpulkan dukungan publik untuk pemimpin nasional.

Karirnya kemudian melesat dengan cepat dan menempatkannya dalam kursi kekuasaan di komite pusat Partai Buruh pada tahun 2016. Ia dipromosikan pada Oktober lalu menjadi Wakil Direktur Pertama Departemen Organisasi dan Kepemimpinan. 


Dia sekarang bertanggung jawab atas keamanan negara yang mengawasi pejabat senior di partai dan militer.
Wakil Presiden AS Mike Pence, pejabat senior Korea Utara Kim Yong Nam dan adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un Kim Yo Jong menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan, pada 9 Februari. Meskipun hanya satu kaki dari satu sama lain, Ada banyak spekulasi mengenai apakah Pence akan berbicara dengan pejabat Korea Utara. (Foto: Yonhap News Agency/Reuters)
Dalam sebuah birokrasi yang kaku dan tak kenal ampun seperti Korea Utara, sedikit tersisa kesempatan para ahli untuk berspekulasi tentang, bagaimana kemunculan Kim Yo Jong telah memberikan pengaruh terhadap kekuasaan Kim Jong Un, di tengah sistem kekuasaan yang sangat di dominasi kaum laki-laki dan pengaruh mendiang ayahnya.

Sejumlah elit tua Korut, beberapa di antaranya mungkin skeptis terhadap kemampuan pemimpin milenium untuk memerintah. 


Namun, Kim Jong Un menjawab kecurigaan ini dengan pembersihan, termasuk pamannya Jang Song Thaek, yang dieksekusi pada 2013. Jong-un kini telah mengganti wajah-wajah tua tersebut dengan yang lebih muda.

Dr. John Park, Direktur Bidang Studi Korea di Harvard School Kennedy School mengatakan kepada Newsweek, Kim Yo Jong telah menentang spekulasi awal "bahwa dia adalah orang yang bodoh atau tidak penting" dan malah terbukti menjadi bagian dari "generasi baru" pemimpin Kim Jong Un.


Sosok Harapan Perubahan

Kim Yo-jong akan menjadi anggota keluarga pertama dari penguasa Korut yang mengunjungi Korsel sejak berakhirnya perang Korea dengan perjanjian gencatan senjata pada 1953.

Ini adalah penampilan internasional pertamanya yang terkenal di panggung utama, meskipun secara teknis dia hanya anggota delegasi yang dipimpin oleh negarawan senior Korut  yang berusia lanjut, Kim Yong Nam yang berusia 90 tahun.

Untuk alasan keamanan, beberapa rincian jadwal perjalanan tiga hari Yo-jong di Korsel sangat dirahasikan. 


Setelah sampai di Bandara Internasional Incheon Selatan, menggunakan jet pribadi Kim Jong-un, Yo-jong langsung mengadakan pertemuan singkat dengan para pejabat Korsel, termasuk dengan Menteri Unifikasi Cho Myoung-gyon, sebelum dibawa dengan limusin hitam berkecepatan tinggi ke Pyeongchang untuk menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin.
Saudari Kim Jong-un dengan pengawalan ekstra ketat hadir sebagai delegasi Korea Utara, saat upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2018, di Korea Selatan. (Foto: AP)

Inilah Kim Yo Jong, Sang 'Wanita Besi' Dinasti Korea Utara

Dinasti Korea Utara kembali menjadi sorotan dunia setelah munculnya salah satu wanita paling berkuasa dari negara itu, yakni Kim Yo Jong, yang merupakan adik dari pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un. Tetapi warga dunia masih menyangsikan apakah kemunculan wanita cantik ini mampu menghentikan kebengisan diktator Korea Utara. (Foto: Istimewa)
“Kim Yo-jong mungkin wajah Korea Utara yang paling ramah, namun masih merupakan lambang rezim yang mengerikan. Dan apa yang harus Anda lihat saat melihat senyum Kim Yo-jong? Untuk yang utama, senyumnya mewakili sebuah rezim yang sangat membutuhkan kelangsungan hidup,”
PYONGYANG -- Masyarakat dunia terutama media massa internasional dalam beberapa bulan terakhir menyorotkan perhatian lebih ke Korea Utara, yang selama ini dikenal sebagai negara diktator terkejam di dunia.

Hal ini dipicu dengan munculnya adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, bernama Kim Yo Jong. Berbeda dengan para petinggi Korut lainnya yang dikenal berwajah bengis dan kaku, Kim Yo Jong muncul justru dengan wajah yang penuh senyuman, keramahan dan kesantunan.

Adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un itu sudah menjadi pusat perhatian sejak tiba di Korea Selatan. Kunjungannya selama tiga hari menjadi bagian sejarah upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang pada Jumat 9 Februari 2018.

Sebagai utusan saudara laki-lakinya, dia ditugaskan menunjukkan sisi lembut rezim Korut, yang dikenal buruk karena dituduh melakukan serangkaian pelanggaran hak asasi manusia dan mengembangkan program senjata nuklir.

Strategi tersebut sejauh ini berhasil dilakukan rezim Korut di media Korsel. Kengerian yang diperlihatkan sang kakak, ayah, dan kakeknya sama sekali tidak terlihat dari sosok Kim Yo-jong di tengah sorotan media Korsel dan internasional.

"Dia terlihat bugar dan tampak gesit, dibandingkan dengan saudara laki-laki dan anggota keluarga lainnya," tulis Oh Young-jin, editor pelaksana Korea Times.

Kantor berita CNN menyatakan bahwa Kim Yo-jong "mencuri pertunjukan di Olimpiade Musim Dingin." Sementara BBC mengatakan Korut berada dalam melancarkan "serangan dengan menggunakan pesona Kim Yo-jong."

Kim Yo Jong saat bersama para petinggi militer Korea Utara. Besarnya kewenangan yang dimiliki Kim Yo Jong, membuat adik perempuan pemimpin Korut tersebut digelari 'wanita besi' dari Korea Utara. (Foto: Istimewa)
"Kunjungan Kim Yo-jong efektif di bidang hubungan masyarakat Korut, mengingat kakaknya dikenal sebagai diktator kejam yang menyuruh agen membunuh kakaknya sendiri dengan racun di siang hari di bandara internasional, dan juga membunuh pamannya dengan senjata anti-pesawat," kata Guardian, Minggu 11 Februari 2018.

Kengerian yang Ditutupi

Diplomasi senyuman yang dilakukan adik diktator Korut Kim Jong-un; Kim Yo-jong, tak hanya menyita perhatian media internasional, tapi juga pembelot. Di mata pembangkang, perempuan muda itu adalah simbol sebuah rezim mengerikan yang membungkusnya dengan senyuman ramah.


Seorang pembelot yang diidentifikasi sebagai John Choi mengatakan kepada Open Doors, sebuah badan pengawas penganiayaan terhadap umat Kristen, bahwa Kim Yo-jong tidak mencontohkan rezim baru Korea Utara yang lebih positif.

“Kim Yo-jong mungkin wajah Korea Utara yang paling ramah, namun masih merupakan lambang rezim yang mengerikan. Dan apa yang harus Anda lihat saat melihat senyum Kim Yo-jong? Untuk yang utama, senyumnya mewakili sebuah rezim yang sangat membutuhkan kelangsungan hidup,” katanya.

Pembelot yang sekarang tinggal di Inggris itu mengatakan bahwa bahkan warga sipil Korea Utara sendiri tidak tertipu oleh senyum Kim Yo-jong di depan kamera.

”Mereka lebih memperhatikan makan malam besok dan memberi makan anak-anak mereka. Mereka tahu bahwa negara mereka mungkin telah menegosiasikan dukungan ekstra, namun semua dukungan itu akan masuk ke kelas penguasa,” sambung John Choi, seperti dikutip dari Daily Star, Minggu (25/2/2018).

Terkait hal ini, sebagian warga Korea Selatan juga masih skeptis terhadap keluarga Kim.

"Saya mendukung tim hoki karena kami (utara dan selatan) adalah orang yang sama-sama Korea, tapi Kim Jong-un dan para pemimpinnya adalah orang jahat," kata Hwang Min-ho, 22, yang sedang menonton pertandingan olimpiade.

Kim Yo Jong dengan pengawalan super ketat, tiba di Korea Selatan dalam rangka menghadiri pertemuan Reunifikasi Korea, di Presidential Blue House di Seoul. (Foto: Istimewa)
Sedangkan sejumlah pengamat menilai, kilauan senyuman yang diperkirakan Korut itu bisa dengan cepat hilang.

"Orang Korut itu negosiator tangguh. Kemungkinan mereka akan mengubah sikap usai Olimpiade berkisar di angka nol persen," ujar Robert Kelly, profesor politik di Universitas Nasional Pusan, mengatakan.

"Perundingan (damai dengan Korsel) akan menjadi seperti biasa: bernada keras dengan dimotori ketidakpercayaan mendalam. Olimpiade "tidak akan mengubah apa pun kecuali atmosfer ketegangan, dan itu hanya berlangsung singkat", tambahnya.

Waspadai 'Diplomasi Senyuman' Korea Utara

Jurus diplomasi yang diperlihatkan Korut, mendapat beragam tanggapan dari berbagai negara, terutama sejumlah negara yang menjadi rival utamanya, salah satunya adalah Jepang.

Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Kono mengingatkan semua pihak untuk tidak tertipu diplomasi senyuman yang diperlihatkan Korea Utara. Kono menegaskan meski Kim Yo-jong terus menebar senyum di Korsel, Pyongyang masih berkomitmen terhadap program nuklir dan misil.


Bukan menuduh tanpa sebab, Kono menyebut Korut tetap mengejar ambisi nuklirnya meski ketegangan dengan Korsel cenderung menurun. Hal ini terlihat dari digelarnya parade militer di Korut menjelang pembukaan Olimpiade Pyeongchang beberapa hari lalu.

"Tanpa tertipu oleh diplomasi senyuman, Jepang akan terus berkoordinasi (dengan Amerika Serikat dan Korsel) untuk menuju tujuan utama denuklirisasi Semenanjung Korea," ujar Kono kepada awak media di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, seperti dikutip Japan Times, Senin 12 Februari 2018.

Adik perempuan Kim Jong Un mencatatkan namanya dalam buku sejarah menjadi orang pertama dari dinasti Kim yang menginjakkan kakinya ke Korea Selatan sejak Perang Korea berakhir, saat menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2018. Momen ini merupakan kehadiran pertama kali Kim Yo Jong di Korea Selatan.

Sebelum bertemu dengan Presiden Korsel, Moon Jae In, simpul senyum elok khas wanita Korea Utara terbit di wajahnya saat pagelaran upacara olimpiade berlangsung. Sorot mata dunia pun langsung tertuju pada adik Pemimpin Korut yang kini masih diselimuti misteri itu.

Ri Son-kwon, ketua Komite Reunifikasi Korea, berbicara dengan Kim Yo-Jong, saudara perempuan Kim Jong-un sebelum pertemuan mereka di Presidential Blue House di Seoul. (Foto: Reuters)

Nasionalisme Ganda Etnis China dan Hinaan Terhadap TNI

Seorang warga etnis China ikut dalam demonstrasi Mei 1998 untuk menjatuhkan rezim pemerintahan Presiden Soeharto. Tumbangnya Orde Baru menjadi momentum baru bagi pergerakan etnis China di Indonesia untuk masuk dalam seluruh lini kehidupan bangsa Indonesia, yang sebelumnya sangat dibatasi. (Foto: Istimewa)
“Hari ini baca, Sukanto Tanoto, dia bilang Indonesia cuma bapak angkatnya, bapak kandungnya China. Coba, dia lahir disini, gede disini, kawin disini, bisnis disini, ngemplang pajak juga disini. Begitu dia di Cina, dia bilang bapak angkat gue tuh Indonesia, bapak kandungnya China,"
JAKARTA -- Sejak era pemerintahan Presiden Joko widodo, banyak membawa angin perubahan di tengah masyarakat, salah satunya adalah mulai kembali timbul suara-suara ketidakpuasan, keresahan dan kebencian rakyat Indonesia pribumi terhadap warga etnis keturunan Cina. 

Keresahan rakyat pribumi Indonesia bukan tanpa alasan, pasalnya kini etnis Cina yang menguasai mayoritas kekayaan negara ini dianggap semakin semena-mena dan sering menghina maupun  melecehkan bangsa Indonesia, tempat dimana warga Cina itu mencari makan dan kehidupan.

Seperti halnya terjadi baru-baru ini, rakyat Indonesia dibuat gempar dengan pernyataan berani dan menghina yang dilakukan seorang konglomerat Cina pemilik The Royal Golden Eagle International Sukanto Tanoto. Pengusaha tajir keturunan Cina ini terang-terangan menghina Indonesia dengan menyebut NKRI tak lebih sebagai negara kedua dan negara persinggahan baginya.

Pernyataan Sukanto Tanoto bos besar Asian Agri yang pernah tersangkut kasus penggelapan pajak ini terekam saat tampil sebagai narasumber dalam sebuah acara televisi di Cina. Wawancara Sukanto Tanoto itu langsung ramai dibicarakan di tanah air dan menimbulkan kemarahan rakyat Indonesia.

“Saya lahir dan besar di Indonesia. Menempuh pendidikan, menikah dan memulai bisnis juga di sana. Tetapi Indonesia adalah ayah angkat bagi saya, karena itu ketika pulang ke Cina saya merasa menemukan ayah kandung. Itu karena saya masih merasa orang Cina,” ujar Sukanto Tanoto saat itu.

Tak ayal lagi pengakuan Sukanto Tanoto itu langsung menghebohkan tanah air, yang umumnya mengecam dan mempertanyakan kesetiaan dan nasionalisme Sukanto Tanoto kepada NKRI. 

Bahkan bukan hanya masyarakat umum, para tokoh nasional dan pejabat negara pun mengeluarkan komentar pedas mengecam pengusaha Cina itu, yang dianggap telah menginjak-injak harkat dan martabat serta kedaulatan Indonesia.
Sukanto Tanoto saat diwawancarai sebuah televisi Cina, yang menyebutkan Indonesia tak lebih hanya sebagai negara persinggahan baginya, dan Cina tetaplah ayah kandungnya.
Seperti disampaikan mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi, Taufiqurrahman Ruki, yang menyinggung pernyataan pengusaha Sukanto Tanoto, yang menyebut Indonesia adalah ayah angkatnya atau negara persinggahan, sementara menganggap China sebagai ayah kandungnya.

“Hari ini baca, Sukanto Tanoto, dia bilang Indonesia cuma bapak angkatnya, bapak kandungnya China. Coba, dia lahir disini, gede disini, kawin disini, bisnis disini, ngemplang pajak juga disini. Begitu dia di Cina, dia bilang bapak angkat gue tuh Indonesia, bapak kandungnya China,” tuturnya, saat menghadiri Deklarasi Rumah Amanah Rakyat di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (24/8).

Dalam deklarasi itu turut hadir sejumlah tokoh nasinal. Diantaranya Rizal Ramli, Yusril Ihza Mahendra, Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, Irjen Pol (Purn) Mayjend TNI (Purn) Prijanto, KRT Permadi Satrio Wiwoho (Permadi), Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edi Purdjiatno, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lulung Lunggana, Hatta Taliwang, Ferdinan Hutahaean, Lily Chodidjah Wahid, aktifis HAM Ratna Sarumpaet, Sasmito Hadinegoro, Marsda TNI (Purn) Amirullah Amin, Muhammad Rifki atau Eki Pitung, Lieus Sungkarisma dan Marwan Batubara.

Sebagai generasi yang lahirnya sama dengan kemerdekaan Republik Indonesia, Ruki mengajak seluruh komponen bangsa bergerak memperbaiki keadaan. Tidak lagi diam dan membiarkan Jakarta diubah seperti Singapura. Dimana penduduk aslinya, Melayu, cuma menjadi orang nomor dua.

“Masuk di Hong Kong kita dianggap kelas kuli, masuk di Arab didagangin, pergi ke Malaysia dianggap tukang kebon. Tidak punya lagi martabat, itu Indonesia. Anda mau? Jakarta mau jadi kayak Singapura. Gimana orang Melayu sekarang, paling banyak jadi tukang parkir, paling banyak jadi sopir taksi,” jelas dia.

Tak hanya Ruki, Anggota DPD, Gede Pasek Sardika meretweet berita, terkait pengakuan Sukanto Tanoto itu, dengan menambahkan komentar: "Manusia Model begini diberikan kekayaan di republik ini?"
Gubernur DKI Jakarta keturunan Cina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat mengumpulkan para pengusaha Cina, untuk membantu program kerjanya. Sejak Ahok berkuasa, hampir semua kebijakan pemerintahannya lebih condong dan lebih mengutamakan para pengusaha dan etnis Cina. (Foto: Istimewa)
Sementara pakar Imam B Prasojo dalam akun facebooknya menshare video tersebut dan mempertanyakannya nasionalisme Sukanto Tanoto: INDONESIA HANYA SEKADAR "AYAH ANGKAT"?

Pengusaha Cina Merendahkan TNI

Sikap hampir sama juga dilakukan pengusaha Cina, Tommy Winata, yang menyebut TNI lebih rendah dibandingkan Satuan Pengamanan (Satpam). Peristiwa itu terjadi ketika Tommy Winata berbicara dengan Gubernur DKI Jakarta keturunan Cina, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), tentang reklamasi Pantai Utara Jakarta. 

Tommy Winata pamer kepada Ahok bahwa ia memiliki kedekatan dengan mantan Panglima TNI Jenderal Moeldoko, dengan menceritakan kehebatan Satpam Tommy Winata yang mampu menjaga hutan di pulau pribadinya seluas 60.000 di kepulauan seribu.

"Jumlah satpam saya yang menjaga hutan tersebut sebanyak 300 orang yang dipersenjatai, hasilnya hutan utuh, sedangkan Panglima TNI punya tentara 2 batalyon menjaga 60.000 hektar hutan, hasilnya gundul semua," kata Tommy Winata saat itu.

Bukan hanya itu, bahkan Tommy Winata terang-terangan akan membunuh siapapun warga Indonesia yang berani mengganggu dan mengusik dirinya maupun property kekayaannya. Hal ini diakuinya disampaikan langsung Tommy Winata ketika ia berbicara di depan Panglima TNI dan Kapolda.

Tommy Winata mengatakan telah memerintahkan seluruh anak buahnya, wajib Membunuh jika ada orang yang ingin menyerang maupun mengganggu dirinya, oleh karena itu anak buahnya dilengkapi dengan senjata laras pendek berpeluru Tajam, bahkan senjata itu lebih canggih daripada yang dimiliki pasukan kepolisian sekalipun.

Mendengar komentar Tommy Winata tersebut, Sambil tertawa Gubernur Ahok meminta Tommy Winata untuk membantunya dengan memerintahkan anak buahnya yang bersenjata itu untuk membasmi pedagang kaki lima yang berjualan di lapangan Monas. Saat ini, setidaknya rekaman percapakan Ahok dan Tommy Winata itu telah tersebar ke sejumlah media sosial.

Etnis China dan Nasionalisme Semu

Terkait peristiwa ini, sejumlah pakar dan tokoh nasional meyakini, semakin berani dan tidak beradabnya sikap yang ditunjukkan pengusaha Cina saat ini tak lepas dari faktor penguasa. Seperti diketahui bahwa naiknya Presiden Joko Widodo menduduki kursi RI-1 tak lepas dari bantuan dana dan dukungan dari para pengusaha dan konglomerat Cina.
Pengusaha Cina, Tommy Winata saat bersama Gubernur Ahok. (foto: Youtube)