Pasukan militer Kerajaan Saudi membombardir ibukota Yaman, Sana'a. (Foto: Istimewa) |
"Tempat pemakaman ini merupakan pusat komunitas yang diketahui banyak orang. Tempat itu dipadati keluarga dan anak-anak. Membom orang yang sudah kehilangan orang yang mereka cintai merupakan tindakan tercela,"SANA'A -- Serangan barbar pasukan militer Kerajaan Arab terhadap rakyat Yaman hingga kini mendapat kecaman dari seluruh dunia. Bahkan Uni Eropa, Rusia dan sejumlah kekuatan dunia lainnya mendesak agar dilakukannya penyelidikan kejahatan perang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Desakan ini pun langsung ditangkapi oleh Komisi Tinggi HAM PBB yang meminta Arab Saudi meminta maaf kepada rakyat Yaman dan masyarakat dunia, serta segera angkat kaki dari wilayah negara berdaulat Yaman.
Pada hari Kamis, 47 negara anggota Dewan HAM PBB juga mengeluarkan resolusi yang menyerukan PBB untuk menginstruksikan penyidik sementara, guna mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia oleh Arab Saudi di Yaman.
Namun, bukannya mengakui kesalahan, Saudi justru menolak mentah-mentah permintaan KT HAM PBB tersebut, untuk memulai penyelidikan independen terkait kejahatan perang Saudi di Yaman. Hal ini disampaikan Adel Bin Zaid al-Tarifi, Menteri kebudayaan dan media Saudi, pada hari Rabu (5/10/16), menanggapi desakan adanya penyelidikan yang dilakukan Badan PBB itu.
Bahkan, bukannya menghentikan serangan, pesawat tempur Saudi justru membombardir rakyat Yaman secara membabi-buta, hingga menewaskan ratusan rakyat Yaman yang sedang menghadiri sebuah upacara pemakaman pada Sabtu lalu (8/10).
Sekjen PBB Ban Ki-Moon menyebut serangan udara pimpinan Arab Saudi terhadap rakyat Yaman itu sebagai "tindakan tidak berperikemanusiaan". Ia juga menilai, peristiwa tersebut merupakan pelanggaran hukum internasional yang sangat keterlaluan.
"Tempat pemakaman ini merupakan pusat komunitas yang diketahui banyak orang. Tempat itu dipadati keluarga dan anak-anak. Membom orang yang sudah kehilangan orang yang mereka cintai merupakan tindakan tercela," ujar Ban Ki-Moon, Senin 10 Oktober, kepada wartawan.
Serangan pada Sabtu 8 Oktober itu menewaskan lebih dari 140 orang dan melukai lebih dari 500 lainnya. Ban Ki-Moon mengatakan serangan udara oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi telah menimbulkan kerusakan luar biasa dan menghancurkan rumah sakit serta infrastruktur penting lainnya.
Satu aula pemakaman di Kota Sanaa hancur diterjang serangan yang diduga dilakukan koalisi pimpinan Arab Saudi. (Foto: Reuters/VOA) |
"Saya mendesak Dewan HAM PBB untuk memenuhi tugas dan kewajibannya. Insiden mengerikan yang terbaru ini menuntut penyelidikan penuh. Bahkan lebih luas lagi, harus ada pertanggungjawaban atas tindakan mengerikan dalam perang ini secara keseluruhan," tegasnya.
Agustus lalu Utusan Khusus PBB Untuk Konflik Bersenjata dan Anak-Anak telah memasukkan koalisi Arab Saudi yang melawan pejuang Houthi di Yaman, dalam daftar hitam kelompok yang membunuh, melukai anak-anak dan terlibat dalam serangan terhadap sekolah dan rumah sakit dalam perang.
Rakyat Yaman melakukan unjukrasa mendesak PBB untuk menghentikan serangan militer yang dilakukan Arab Saudi di Yaman. (Foto: Istimewa) |
Hingga kini, Arab Saudi masih terus menyerang rakyat Yaman dengan kekuatan militer besar-besaran. Kampanye militer dengan dukungan AS, Israel dan sejumlah negara negara teluk tersebut, dimulai sejak Maret 2015, untuk mengembalikan kekuasaan Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi yang merupakan sekutu dekat Saudi. (*)
Sumber: Jalurmiliter/Okezone/Reuters