LAPAN bertekad dan bercita-cita akan mampu memiliki stasiun peluncuran satelit sendiri dalam 25 tahun ke depan, agar Indonesia bisa mandiri dalam bidang antariksa. (Foto Ilustrasi: Reuters/Kyodo) |
"Harus memilih lokasi yang aman supaya jangan sampai ada risiko kejatuhan objek antariksa setelah dilakukan peluncuran. Sedang di Morotai penduduk sangat jarang, namun insfrastruktur penunjang masih belum banyak,"YOGYAKARTA -- Lama hilang dari pemberitaan, rencana Indonesia untuk membangun stasiun antariksa kini kembali digaungkan. Indonesia berencana membangun stasiun antariksa di sejumlah lokasi strategis. Hingga kini Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) masih melakukan pengkajian rencana lokasi pembangunan bandar udara (bandara) antariksa Indonesia.
"Sekarang sudah mengerucut apakah lokasinya di Morotai atau Biak. Tahun ini kami harapkan sudah bisa ditentukan," kata Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin di Universitas Atmajaya, Yogyakarta, Kamis.
Thomas mengatakan rencana induk pembangunan bandara antariksa (space spot) telah tertuang dalam Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. Bandara itu penting bagi Indonesia untuk merespons terus berkembangnya teknologi keantariksaan dunia serta mendorong kemandirian penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan antariksa nasional.
Menurut dia, saat ini LAPAN telah memiliki Stasiun Peluncuran Roket di Desa Cilautereun, Kecamatan Pamengpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Namun, stasiun itu hanya berfungsi sebagai pusat uji terbang roket berskala kecil.
"Sedangkan untuk peluncuran roket berskala besar tentu memerlukan tempat yang lebih aman. Yang jelas 25 tahun ke depan Indonesia sudah harus memiliki bandara antariksa," kata dia.
Pulau Biak, merupakan salah satu lokasi strategis yang menjadi pilihan utama LAPAN dalam membangun Stasiun Antariks Indonesia. |
Thomas mengatakan pemilihan lokasi di wilayah Indonesia bagian Timur yakni Kabupaten Biak, Papua atau Kabupaten Morotai, Maluku Utara paling memungkinkan sebab tingkat kepadatan penduduk relatif lebih rendah dan berhadapan dengan Samudera Pasifik.
Penentuan lokasi masih memerlukan kajian secara komprehensif sebab baik di Biak atau Morotai sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Ditinjau dari sisi kesiapan infrastruktur, Biak relatif lebih memadai, namun di wilayah itu jumlah warga lebih tinggi sehingga harus ada relokasi penduduk.
"Harus memilih lokasi yang aman supaya jangan sampai ada risiko kejatuhan objek antariksa setelah dilakukan peluncuran. Sedang di Morotai penduduk sangat jarang, namun insfrastruktur penunjang masih belum banyak," kata dia.
Setelah lokasi diputuskan dan mendapatkan persetujuan tingkat nasional kemudian akan dilakukan pendalaman dan perencanaan anggaran yang diperlukan untuk pembangunan bandara antariksa itu. Proses pengembangan bandara akan melibatkan mitra-mitra LAPAN di kancah internasional.
Sebelumnya, Indonesia juga sudah berhasil meluncurkan satelit perbankan pertama di dunia, yaitu BRIsat. Satelit milik PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) tersebut sukses Diluncurkan dari fasilitas antariksa Arianespace, Kourou, Guyana Perancis, Sabtu (18/6/2016), dengan menggunakan Roket Ariane 5.(*)
Sumber: Antara