"Presiden Trump juga mengatakan bahwa AS terbuka untuk melakukan pembicaraan, jika Korea Utara menginginkannya, selama keadaan dan waktunya tepat. Trump juga mengatakan bahwa tidak akan ada tindakan militer diambil selama pembicaraan antara Korea sedang berlangsung,"WASHINGTON DC -- Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan kantor berita Reuters, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pesimis krisis Korea Utara bisa diselesaikan dengan cara damai. Trump meyakini, dialog saja tampaknya tidak dapat menyelesaikan permasalahan dua Korea. Berbicara dari Ruang Oval, Trump mengatakan kepada Reuters, dia masih tidak mengesampingkan opsi militer dalam krisis ini.
"Saya mau duduk dan bicara, tetapi saya tidak yakin masalah bisa diselesaikan. Saya juga tidak yakin perundingan akan menghasilkan sesuatu yang berarti," kata Trump, mengingat dialog ini sudah berlangsung selama 25 tahun, seperti dikutip dari laman Russia Today, Kamis (18/1).
Dalam wawancara ini Trump juga menuding Rusia seolah memberi dukungan kepada Korut. Padahal, Dewan Keamanan PBB telah memberikan sanksi kepada Korut. Namun negara tersebut justru menyarankan AS agar melakukan pendekatan lebih moderat terhadap Pyongyang.
"Rusia bersikap terlalu lunak terhadap Korut dan tidak berbuat banyak untuk menerapkan sanksi yang disepakati oleh PBB," ungkapnya.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia mengkritik pertemuan gabungan antara AS dan Kanada untuk menyelesaikan persoalan di Korut. Rusia menilai bahwa negara-negara yang hadir di Vancouver gagal memberikan strategi alternatif untuk menghentikan program nuklir.
Sebelumnya, Donald Trump mengatakan bahwa dirinya bersedia untuk membuka dialog dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Hal itu disampaikan Trump kepada rekannya di Korea Selatan, Presiden Moon Jae-in melalui pembicaraan di telepon, sehari setelah Korut dan Korsel mengadakan pertemuan pertama setelah dua tahun untuk membicarakan berbagai isu di kawasan.
"Kedua kepala negara menyakini bahwa perundingan antara Korut dan Korsel secara otomatis akan membawa perundingan antara AS dan Korut tentang denuklirisasi di Semenanjung Korea setelah Olimpiade Muslim Dingin di Pyeongchang. Keduanya juga sepakat untuk bernegosiasi mengenai perkembangan perundingan antar Korea," demikian pernyataan dikeluarkan, seperti dilansir dari laman Asia One, Kamis (11/1).
Trump juga mengatakan akan mengirim Wakil Presiden Mike Pence untuk memimpin delegasi AS ke olimpiade Pyeongchang yang akan diadakan di Korea Selatan bulan depan.
"Presiden Trump juga mengatakan bahwa AS terbuka untuk melakukan pembicaraan, jika Korea Utara menginginkannya, selama keadaan dan waktunya tepat. Trump juga mengatakan bahwa tidak akan ada tindakan militer diambil selama pembicaraan antara Korea sedang berlangsung," tegas pernyataan itu
Siapkan Serangan Militer Besar-besaran
Walau Amerika Serikat menyatakan siap melakukan perundingan dengan Korea Utara, Presiden AS, Donald Trump mengakui juga mempersiapkan kekuatan militer jika eskalasi konflik semakin meningkat. Hal ini disampaikan Trump dalam sebuah artikel di koran Wall Street Journal. Dalam artikel tersebut, Trump menegaskan bahwa AS sedang mempertimbangkan serangan militer ke Korut adalah salah besar.
"Siapa yang tahu ke mana arahnya? Semoga ini bisa membawa kebaikan bagi dunia, bukan hanya untuk negara kita tetapi juga bagi seluruh negara di dunia. Kita bisa menunggu beberapa bulan dan bulan berikutnya sampai ini terjadi," paparnya kepada wartawan di Gedung Putih usai panggilan telepon itu.
Daya jangkau rudal nuklir Korea Utara, yang sudah menjangkau sebagian daratan Amerika Serikat. (Foto: smh.com.au) |
Menurut Harian the New York Times, AS diam-diam tengah menyiapkan perangkat dan juga pasukan militer untuk memulai perang di Semenanjung Korea. Hal tersebut ditunjukkan melalui sebuah latihan tempur dan latihan logistik yang hampir menyerupai perang dalam skala besar baru-baru ini.
Berdasarkan keterangan Pentagon, latihan invasi darat ini berbasis perluasan program kontra-terorisme yang berkelanjutan. Namun, jenis dan ruang lingkupnya mengarah ke sebuah operasi yang jauh lebih besar, dibuktikan dengan latihan militer di Fort Bragg, California Utara, bulan lalu.
Bahkan, ada 48 helikopter tempur Apache dan helikopter kargo Chinook yang digunakan untuk membawa pasukan dan persedian logistik selama mereka menjalani latihan tembak artileri.
Dilansir dari laman Sputniknews, Rabu (17/1), latihan Fort Bragg itu dilakukan selama kurang dari 48 jam, di mana ratusan pasukan melakukan terjun payung dan melompat dari pesawat kargo C-17 di dataran rendah dalam kegelapan, seolah mensimulasikan invasi pasukan darat yang besar.
Selain itu, latihan ini juga untuk mengerahkan pasukan Operasi Khusus tambahan di Korea Selatan guna mengamankan Olimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang, yang jauhnya sekitar 80 mil dari perbatasan Korut.
Latihan militer bersama antara Amerika Serikat dengan Korea Selatan. (Foto: Yonhap/EPA) |
"Korea Selatan harus menghentikan latihan militer tahunan dengan AS secara permanen," demikian pernyataan media berita Korut, Uriminzokkiri, dikutip dari laman Straits Times, Sabtu (13/1).
"Perundingan antar-Korea akan percuma apabila latihan perang tidak berhenti, dan hanya akan membawa bencana dan kemalangan bagi rakyat Korut." lanjut pernyataan Uriminzokkiri itu. Pernyataan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran bagi sejumlah pihak.
Banyak yang menilai Korut tidak akan membuat perubahan terhadap program nuklirnya tanpa keputusan yang pasti tentang pengentian secara permanen latihan militer itu.
Sebagaimana diketahui, ketegangan antara Korut dan AS meningkat secara dramatis sejak Trump berkuasa pada Januari tahun lalu. Banyak pernyataan sarat akan ancaman, retorika yang membuat situasi memanas, hingga manuver militer yang provokatif yang diungkapkan oleh kedua pemimpin negara. Sikap Donald Trump yang dianggap sangat arogan dalam menangani masalah nuklir Korut, semakin memanaskan eskalasi di Semenanjung Korea.(*)
Sumber: Reuters/New York Times/Sputniknews/