Perang Mematikan Iran versus Israel di Palagan Suriah - Jalur Militer

Perang Mematikan Iran versus Israel di Palagan Suriah

Setelah hancurnya ISIS dan rontoknya kekuatan pemberontak di Suriah, Iran dan Israel justru terlibat perang yang berkepanjangan. Israel menganggap, kemenangan Iran di Suriah bisa menjadi ancaman bagi keamanan dan eksistensi negara zionis tersebut.
"Dan ini sudah tidak mungkin lagi menyembunyikannya lewat pernyataan bersayap. Ini adalah perang dalam artian sebenarnya. Musuh harus memahami ini dan terpenting, rakyat di Israel harus memahami dan bersiap dengan situasi ini, perang melawan rezim ini akan terus berlanjut dengan kekuatan berubah-ubah melibatkan reaksi Suriah-Iran dan Hizbullah. Jika tidak satu pun dari kekuatan ini mau mundur maka perang bisa meletus"
DAMASCUS -- Catatan di atas kertas, kehadiran militer Iran di Suriah bukanlah untuk menghadapi Israel. Namun alih-alih direpotkan menghadapi ISIS dan kubu pemberontak Suriah lainnya, Iran justru terjerumus dalam perang mematikan dengan musuh bebuyutannya, Israel, di medan perang Suriah.

Awalnya, Israel masih secara sembunyi dan malu-malu kucing menggempur kekuatan militer Iran di Suriah, tetapi keberhasilan negeri Para Mullah tersebut dalam meruntuhkan kekuatan pemberontak dan ISIS bersama pemerintah Suriah dan Rusia, menjadikan Israel seperti kebakaran jenggot. Kini, militer Israel semakin terang-terangan dan secara sporadis terus menyerang kekuatan militer Iran di Suriah yang tentu saja juga direspon balik oleh Iran.

Seperti dilaporkan televisi Suriah Al-Ikhbariya, beberapa rudal darat ke darat Israel berhasil dicegat oleh sistem pertahanan anti rudal Suriah, sementara sejumlah rudal lainnya menyebabkan kerusakan infrastruktur di wilayah selatan Damaskus.

Sejumlah laporan lainnya mengatakan, serangan rudal Israel cukup canggih dan akurat terus membombardir wilayah Suriah dan berpotensi merusak dominasi Israel di kawasan Timur Tengah karena memicu sekutu Iran untuk menyerang Israel.

Pengamat militer Alex Fishman dalam koran Yedioth Ahronoth Rabu lalu mengatakan, serangan udara Israel ke Suriah ini telah mengungkap perang 'terselubung' Israel melawan Iran di wilayah Suriah. Dan perang itu kini sudah bukan rahasia lagi.

Sebuah foto yang menunjukkan dugaan kerusakan akibat serangan pesawat tempur F-16 Israel yang menggempur depot senjata Iran di Suriah, pada 1 November 2017. (Foto: Debka.com)
Menurut laporan media Israel itu, serangan menargetkan tempat-tempat senjata Iran disimpan sebelum dikirimkan ke kelompok Hizbullah di Libanon. Tahun lalu Israel mengatakan ada kemungkinan Iran memperkuat basis militer mereka di darat, laut, dan udara Suriah serta mendesak milisi Syiah untuk menyerang Israel.

"Kita harus terbiasa dengan kenyataan bahwa Israel terlibat konfrontasi militer melawan rezim Iran yang makin kuat di Suriah. Kabinet Israel yang belum lama ini membahas kebijakan Israel di kawasan Suriah, Libanon, dan Iran, kemungkinan sudah sampai pada kesimpulan ini," tulis Fishman, seperti dilansir laman Middle East Monitor, Jumat (12/1).

Menurut Fishman, Israel tidak bisa mengabaikan ancaman ini. Ditambah lagi di Suriah kini ada sistem pertahanan rudal darat ke darat dan roket presisi yang dimulai dari Libanon terus memanjang ke selatan Golan dan menjangkau seluruh wilayah Israel.

Di saat yang sama Iran juga menempatkan rudal di Gaza yang memaksa militer Israel harus menghadapi ancaman serangan rudal jarak menengah dari utara dan selatan. Jika Rusia dan Amerika tidak mampu mencegah kondisi ini secara diplomatik maka Israel tidak punya pilihan lain selain bertindak dengan caranya sendiri.

"Dan ini sudah tidak mungkin lagi menyembunyikannya lewat pernyataan bersayap. Ini adalah perang dalam artian sebenarnya. Musuh harus memahami ini dan terpenting, rakyat di Israel harus memahami dan bersiap dengan situasi ini, perang melawan rezim ini akan terus berlanjut dengan kekuatan berubah-ubah melibatkan reaksi Suriah-Iran dan Hizbullah. Jika tidak satu pun dari kekuatan ini mau mundur maka perang bisa meletus" tulis Fishman.

Israel Tuding Iran Menyimpan Rudal Balistik di Suriah

Menurut data intelijen Israel, dalam dua tahun ini Iran sukses mempertahankan Irak, Afganistan, Suriah, dan Yaman, serta memperlus pengaruhnya di Oman serta Bahrain. Pemerintahan Iran, terutama Garda Revolusi Islam, bahkan kini selangkah lagi mencapai kemenangan di Suriah, yang tentu saja akan semakin memperkuat hegemoni musuh bebuyutannya tersebut di Suriah.

MBT Israel saat berpatroli di Dataran Tinggi Golan. Israel secara perlahan mulai menumpuk kekuatan militernya di sepanjang perbatasan Suriah dan Lebanon. (Foto: warontherocks.com)
Kemenangan-kemenangan yang diperoleh di Suriah dan menyebarnya hegemoni Iran di Timur Tengah, menjadikan Israel berada dalam kondisi paranoid yang akut. Bahkan, Israel menuding Iran telah menimbun persenjataan canggih dan rudal balistik di Suriah yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk membombardir negara zionis itu.

Lewat citra satelit, Israel mengklaim telah menyingkap sebuah kompleks pabrik rudal jenis Scud di Suriah. ImageSat, operator satelit Israel tipe EROS-B, merilis gambar citra satelit itu ke media lokal dan dipublikasikan pada Selasa 15 Agustus 2017.

Tel Aviv menyebut bahwa itu merupakan pabrik rudal Scud pertama yang berdiri di Suriah. Menurut analisis, pabrik rudal itu berlokasi dekat Latakia, kawasan di tepi pantai barat yang dikontrol oleh rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Hasil telaah imageSat juga mengklaim bahwa pabrik itu menyerupai fasilitas pemroduksi rudal milik Iran di Tehran.

Seperti dilansir Independent, Rabu(16/8/2017), Israel menduga bahwa pemerintah Negeri Para Mullah turut terlibat pembangunan fasilitas di Latakia tersebut. Pemerintah Israel khawatir bahwa kemunculan pabrik itu merupakan salah satu bukti dari merambahnya pengaruh Iran di kawasan Suriah, khususnya dalam mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad.

Kepada media Israel Channel 2, seorang pakar menyebut bahwa pabrik yang tergolong canggih itu tidak akan mampu berdiri tanpa keterlibatan langsung teknisi dan insinyur Iran di Suriah. Sang pakar juga menduga bahwa pabrik yang hingga saat ini masih dalam proses konstruksi itu turut memiliki fasilitas produksi dan penyimpanan rudal bawah tanah.

Sebuah rudal Iran Shahab-3 diluncurkan saat latihan militer di luar kota Qom, Iran, pada bulan Juni 2011. (Foto: AP / ISNA / Ruhollah Vahdati)
Pabrik di Latakia diprediksi akan selesai pada akhir 2017. Kuat dugaan, misil Scud yang diproduksi di pabrik itu memiliki kapasitas menempuh target jarak jauh, salah satunya kawasan Israel.

Media The Times of Israel menyebut bahwa Lebanon, dengan dibantu Iran, turut membangun sebuah pabrik untuk memproduksi rudal tipe Fateh, misil jarak menengah yang juga mampu menjangkau kawasan Israel. Bagi Israel, merambahnya pengaruh Iran dan Hizbullah Lebanon di kawasan akan menyudutkan Tel Aviv.

"Kami sangat tegas menolak kehadiran militer Iran dan sekutunya, terutama Hizbullah, di Suriah dan kami akan melakukan apa yang dianggap perlu untuk menjamin keamanan Israel," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Mimpi Buruk Israel di Suriah

Israel sangat khawatir dengan dominasi Iran yang terus meningkat di Suriah setelah kekalahan ISIS. Pasalnya, jika ISIS hancur dan kubu pemberontak anti Presiden Suriah Bashar Al Assad juga tumbang, Israel menjadi satu-satunya musuh yang akan dihadapi Iran beserta kekuatan sekutunya, Hizbullah dan milisi Hamas. Israel menyatakan, Hizbullah dan Hamas kini bukalah kekuatan militer kecil yang pernah dulu mereka hadapi.

Pengalaman perang yang brutal dan sadis yang dijalani Hizbullah dan Hamas di Suriah, menjadikan sekutu Iran itu memiliki kemampuan perang lebih baik dari sebelumnya. Ditambah lagi Iran juga terus menyuplai tanpa henti persenjataan canggih untuk Hizbullah, Hamas dan pasukan pemerintahan Assad. 


Dalam pandangan Israel, kondisi Suriah saat ini lebih berbahaya dibandingkan saat sebelum meletusnya perang Suriah versus ISIS dan pemberontak.
Pasukan paramiliter Hizbullah. (Foto: foreignpolicy.com)
Namun, jika dilihat dalam perjalanan sejarah, perang antara Iran versus Israel, bukanlah hal yang baru di Suriah. Seperti diketahui hubungan Israel dan Suriah sampai saat ini masih dalam kondisi perang. Israel dan Suriah belum pernah menandatangani sebuah perjanjian damai sejak perang terakhir tahun 1967.

Sejak Revolusi Islam pada tahun 1979, Republik Islam Iran telah berusaha untuk mengekspor kehadiran revolusionernya di seluruh wilayah Timur Tengah dalam upaya meningkatkan pengaruhnya di kawasan regional, sekaligus menentang dominasi AS. Dan saat itu Damaskus telah menjadi sekutu utama Teheran. Kedua negara kemudian membangun aliansi yang kuat guna menghadapi musuh bersama mereka, Saddam Hussein dan Israel.

Dalam waktu bersamaan, Teheran dan Damaskus juga berhasil memupuk kekuatan sayap militer Hizbullah di Lebanon sehingga mampu mengalahkan pasukan Israel dan menendang Israel keluar dari Lebanon selatan pada Perang Lebanon Jilid I tahun 2000. Dengan keberhasilan di Lebanon, aliansi Iran, Suriah dan Hizbullah kini menjadi poros utama perlawanan terhadap zionis Israel dan dominasi AS di kawasan regional Timur Tengah.

Melemahnya kekuatan militer Suriah dalam kurun waktu lima tahun terakhir akibat perang hibrida yang dilancarkan oleh aliansi AS, Israel dan Arab Saudi, membawa konsekuensi logis meningkatnya kehadiran militer Iran dan Hizbullah di Suriah dalam menghadapi gempuran ISIS dan kelompok oposisi anti Presiden Assad.

Pertemuan antara Presiden Suriah Bashar Al Assad dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei. (Foto: istimewa)
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih H.R. McMaster telah menyatakan bahwa 80 persen pasukan Suriah adalah tantara Iran dan Hizbullah. Hanya 20 persen yang merupakan militer Presiden Assad. Sehingga secara langsung Teheran dapat mengendalikan wilayah Suriah dan menjadikannya sebagai basis utama untuk menyerang Israel.

Menurut laporan BBC, Iran saat ini mengoperasikan 13 pangkalan militer di Suriah, yang terdiri dari jaringan komando dan kontrol yang kuat yang mencakup seluruh wilayah negara, kecuali yang dikuasai oleh kubu pemberontak dukungan Aliansi AS, Irael dan Arab Saudi.

Saat ini, semakin kuatnya pengaruh dan militer Iran di Suriah, benar-benar telah menjadi mimpi buruk bagi Israel. Dan seperti pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, negara zionis itu akan melakukan segala cara untuk membungkam pengaruh Iran di Suriah.

Sedangkan dalam kesempatan yang berbeda, Amerika Serikat, negara yang kekuatan militernya turut hadir di Suriah, juga ikut berkomitmen untuk mengendurkan pengaruh Iran dan Lebanon di kawasan, demi melindungi sekutunya tersebut di Timur Tengah.(*JM)
ads 720x90

#Tags

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Comment
Disqus