”India sudah siap, jadi perlu bagi China untuk mempersiapkan kemungkinan konfrontasi militer. Dan di daerah pegunungan ini, superioritas di udara sangat penting,”BEIJING -- Ketegangan kembali meningkat antara China versus India diperbatasan kedua negara. Hal ini dipicu oleh ulah Angkatan Udara China yang telah mengerahkan sejumlah jet tempur J-11 dan J-10 ke wilayah barat perbatasan yang dekat dengan India. Zona barat meliputi Tibet, Sichuan, Gansu, Ningxia, Qinghai, Xinjiang dan Chongqing.
Militer Beijing melalui website Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) mengonfirmasi latihan jet-jet tempur dalam sebuah artikel dan foto. J-11 memiliki jarak tempuh 1.500 km, yang dapat diperpanjang dengan tangki bahan bakar tambahan. Sedangkan jet tempur J-10 memiliki jarak tempuh 1.850km.
Menyikapi aksi 'pamer' kekuatan yang diperlihatkan Beijing, India juga terlihat menyiagakan banyak pesawat tempur Su-30 MKI di dua pangkalan udara dekat Doklam, wilayah perbatasan dekat China.
Manuver jet-jet tempur China itu dianggap para pakar sebagai persiapan konfrontasi dengan India. Song Zhongping, mantan instruktur untuk Korps Artileri Kedua PLA, mengatakan bahwa pengerahan J-10 dan j-11 China adalah sebuah tanda bahwa Beijing mencoba untuk meningkatkan pertahanannya di wilayah tersebut untuk menghadapi ancaman dari India.
”India sudah siap, jadi perlu bagi China untuk mempersiapkan kemungkinan konfrontasi militer. Dan di daerah pegunungan ini, superioritas di udara sangat penting,” katanya, seperti dikutip South China Morning Post, Jumat (23/2/2018).
Sedangkan Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengabaikan informasi pengerahan jet-jet tempur Beijing ke dekat wilayah India. ”Saya tidak mengetahui informasi yang Anda sebutkan, saya bisa merujuk Anda ke militer,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Adam Ni, seorang peneliti militer dari Australian National University, mengatakan bahwa pangkalan udara barat China terletak di dataran tinggi dengan kabut rendah, sehingga menjadi lingkungan yang sulit bagi angkatan udara untuk beroperasi.
Pesawat tempur Shenyang J-11 Angkatan Udara China. J-11 berupakan jet tempur yang murni hasil duplikat dari pesawat tempur Sukhoi Su-27 buatan Rusia. (Foto: istimewa) |
Perlombaan Senjata dan Meningkatnya Konflik Mematikan
Banyak pengamat politik menyebut tensi di perbatasan antara China dan India akan meningkat dalam beberapa waktu ke depan. Prediksi tersebut didasarkan pada pernyataan media resmi pemerintah China, yang menyebut Presiden Xi Jinping merestui penambahan armada angkatan udaranya.
Dilansir dari CNN pada Kamis (22/2/2018), situs People's Liberation Army mengumumkan penambahan armada pertahanan udara di Komando Wilayah Barat, yakni kawasan pengamanan khusus di perbatasan barat China yang berbatasan langsung dengan India.
Artikel terkait turut memperlihatkan beberapa foto jet temput J-10 dan J-11 yang tengah melakukan latihan di kawasan barat China.
Berbicara kepada CNN, Kanti Prasad Bajpai selaku direktur Pusat Kajian Asia dan Globalisasi pada Sekolah Hukum Publik Lee Kuan Yew, mengatakan bahwa pengumuman terkait dapat diartikan sebagai peringatan China kepada India, bahwa insiden Doklam 'belum berakhir' dan India seharusnya tidak berpuas diri.
"Sangatlah jelas bahwa mereka (China) tengah memperingatkan tentang peningkatan kekuatannya pasca-insiden Doklam," jelas Bajpai.
Perlombaan senjata semakin meningkat antara kedua negara dengan populasi terbesar di muka bumi tersebut, setelah New Delhi baru saja menyetujui rencana pembangunan hanggar yang tahan dihantam bom di dekat perbatasan dengan China.
Kementerian Pertahanan India akan menghabiskan sekitar USD750 miliar untuk membangun hanggar di lapangan terbang timur dan timur laut yang berbatasan dengan China. Hangar ini dirancang untuk menahan rudal dan bom hingga 2.000 pound
Hanggar pesawat yang diusulkan akan berada di Leh, Ladakh dan negara-negara bagian timur laut, yang mencakup lahan pendaratan yang baru dibangun bersamaan dengan perbatasan India-China.
Deretan pesawat tempur Angkatan Udara India. Sebagian besar pesawat tempur India sudah dalam kondisi tua dan jauh tertinggal dari China. (Foto: AFP / Dibyangshu Sarkar) |
"IAF sudah kekurangan pesawat, dan lebih buruk dari pada itu tempat penampungan yang kuat tidak tersedia bahkan untuk jumlah pesawat yang tersedia. Komite menginginkan agar tidak terjadi penundaan dalam pelaksanaan, karena penundaan tersebut telah menjadi ciri umum semua proyek," kata tim panel tersebut, seperti dikutip dari Daily Express, Sabtu (23/9/2017).
Selain itu, India juga telah menandatangani kesepakatan pembelian 36 pesawat tempur Rafale dengan Prancis senilai 8,7 miliar dolar AS. Ini adalah pembelian pesawat tempur terbesar India dalam dua dekade terakhir.
Seperti diberitakan Reuters, Rafale-Rafale pertama yang siap terbang diperkirakan tiba di India sampai 2019 dan India akan memiliki 36 Rafale dalam kurun enam tahun.
Kekuatan angkatan udara India dipangkas menjadi 33 skuadron, padahal butuh 45 skuadron untuk menghadapi baik China yang mulai bersengketa di perbatasan India-China, maupun Pakistan. Angkatan udara India sudah lama mengeluhkan adanya kesenjangan besar kekuatan tempur udara India dengan China dan Pakistan.
Ketegangan antara India dan China meninggi pada musim panas ini di perbatasan bersama mereka. Dari bulan Juni sampai Agustus, angkatan bersenjata dari kedua negara dikunci dalam sebuah siap siaga di sepanjang perbatasan, yang dikenal sebagai Donglang di China dan Doklam di India.
Kedua negara memiliki senjata nuklir dan jika ketegangan meningkat, hal itu bisa menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan.(*)