"Selamat pagi! Kami mohon maaf harus mencabut berita yang kami publikasikan kemarin terkait penandatangan kontrak pembelian sebelas Sukhoi Su-35. Meski berita itu diambil dari berbagai sumber, termasuk media berbahasa Rusia, pihak Kedutaan Besar Rusia masih menunggu pernyataan resmi dari pemerintah Indonesia terlebih dahulu terkait informasi tersebut,"JAKARTA -- Dalam beberapa hari terakhir rakyat Indonesia khususnya para pemerhati militer diramaikan dengan informasi seputar pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35. Bahkan, sejumlah media massa asing maupun media online sempat memberitakan hal tersebut, yang menyebutkan bahwa Indonesia telah menandatangani pembelian pesawat tempur canggih tersebut.
Sejumlah media massa asing seperti Janes, Interfax, Reuters dan media massa lainnya sempat menjadikan pembelian Sukhoi SU-35 tersebut sebagai headline pemberitaan. Di dalam negeri, grup-grup, laman maupun fanspage pecinta dan pemerhati militer diramaikan soal pembahasan jet tempur yang dianggap setara generasi ke 5 tersebut.
Namun, kehebohan ini akhirnya dianulir oleh situs berita Russia Beyond atau RBTH.com yang merupakan situs resmi milik pemerintah Rusia. Russia Beyond dalam laman fanspagenya menjelaskan bahwa belum ada pemberitaan resmi dari pemerintah Rusia, terkait menandatanganan kontrak pembelian jet tempur Sukhoi SU-35 dengan pemerintah Indonesia.
"Selamat pagi! Kami mohon maaf harus mencabut berita yang kami publikasikan kemarin terkait penandatangan kontrak pembelian sebelas Sukhoi Su-35. Meski berita itu diambil dari berbagai sumber, termasuk media berbahasa Rusia, pihak Kedutaan Besar Rusia masih menunggu pernyataan resmi dari pemerintah Indonesia terlebih dahulu terkait informasi tersebut,"
Atas pengertian dan perhatian Anda, kami mohon maaf dan ucapkan terima kasih. P.S. Kami tentu akan terus memperbarui segala informasi terkait hal ini," bunyi klarifikasi dalam fanspage Russia Beyond, yang merupakan bagian dari Rossiyskaya Gazeta, milik pemerintah Rusia tersebut.
"kami juga merasa tidak enak atas sikap pemberitaan kemarin, seharusnya bisa lebih menahan diri dulu (itu lebih baik), tapi karena sudah terlanjur, ya karena itu kami coba buat klarifikasi. Tapi kami rasa juga seharusnya pasti jadi beli, ini tidak ada berita "tidak jadi", hanya saja Russian Embassy in Indonesia minta untuk "menahan diri" dulu hehe," jawab admin fanspage tersebut, mengomentari sejumlah pertanyaan dari netizen.
Situs berita Russia Beyond dalam fanspagenya mengklarifikasi pemberitaan soal penandatanganan kontrak pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35 oleh Indonesia. |
Seperti diketahui, sebelumnya beredar kabar bahwa Kementerian Pertahanan (Kemhan) sudah menandatangani kontrak pengadaan pesawat tempur Su-35 dari Rusia. Informasi beredarnya berita penandatanganan kontrak pengadaan pesawat Su-35 awalnya disampaikan oleh Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskompublik) Kemhan Brigjen TNI Totok Sugiharto, Kamis siang saat dikonfirmasi wartawan.
Totok mengatakan, penandatanganan telah dilaksanakan pada Rabu. Bahkan, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna bahkan membenarkan hal itu. “Sudah ditandatangani,” ujar KSAU, Kamis (15/2/2018) sore, dikutip dari laman Angkasa Review.
Pada bulan Januari, Duta Besar Indonesia untuk Rusia Vahid Soupyradi mengatakan kepada Interfax bahwa Indonesia mengharapkan untuk memulai pengiriman pesawat terbang pada bulan Agustus 2018. "Kami berharap pada bulan Agustus kita sudah akan menerima setidaknya satu pesawat, karena saat ini kita merayakan Hari Kemerdekaan," kata Supriadi.
Jet tempur Sukhoi Su-35 adalah pesawat tempur multifungsi yang sangat moderen dari generasi "4++". Menurut perusahaan "Sukhoi", ia menggunakan teknologi generasi kelima, yang memberikan keunggulan dibandingkan pesawat tempur kelas analogis lainnya.
Pemberitaan soal penandatanganan kontrak pembelian jet tempur Sukhoi SU-35 oleh Indonesia, langsung menghilang dari laman berita internasional, Janes. |
Pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 sudah disusun dan dicanangkan sejak era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan kemudian diteruskan oleh pemerintahan selanjutnya. Namun, memburuknya kondisi ekonomi sejak era pemerintahan Presiden Joko Widodo, membuat rencana pembelian jet tempur canggih tersebut menjadi terkatung-katung.
Belakangan, pemerintah Rusia akhirnya menyetujui pembelian dilakukan melalui proses imbal dagang sejumlah sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, seperti karet, kelapa sawit dan barang ekspor tradisional lainnya, untuk diganti dengan 11 jet tempur Sukhoi SU-35.(*)