“Harapannya adalah bahwa Rusia akan menghentikannya, karena saya rasa tidak ada yang tertarik saat ini dalam sebuah perang. Bagian Amerika dari persamaan ini adalah untuk mendukung kami, namun AS saat ini hampir tidak memiliki pengaruh di lapangan. Amerika tidak memiliki sumbangsih di Suriah,"TEL AVIV -- Israel mulai ciut nyali menghadapi konflik dengan kubu koalisi Iran di Suriah. Setelah sebelumnya militer Israel menembak jatuh pesawat nirawak Iran dan Suriah menembak jatuh pesawat jet tempur F-16 Israel, kini negara Zionis itu mengharapkan bantuan Rusia yang merupakan negara sekutu Iran dan koalisinya, untuk menghentikan perang mematikan di palagan Suriah.
Hal ini disampaikan Michael Oren, Wakil Menteri di Kabinet Benjamin Netanyahu, yang menyatakan bahwa Israel lebih mengandalkan Rusia daripada Amerika Serikat (AS) untuk mencegah perang antara Israel dengan Iran dan Suriah. Oren menuturkan, bukan AS, tapi Rusia yang memiliki kemampuan membantu memperbaiki situasi di Suriah.
Oren menjelaskan, AS memang merupakan negara yang mendukung Israel dalam operasi di Suriah. Namun, pengaruh AS tidaklah terlalu besar di Suriah, khususnya terhadap pemerintah Suriah dan sekutu mereka, Iran. Pihak yang memiliki pengaruh atas kedua pihak tersebut adalah Rusia. Menurutnya, Presiden Donald Trump hanya akan menjadi penonton dari pinggir lapangan.
“Harapannya adalah bahwa Rusia akan menghentikannya, karena saya rasa tidak ada yang tertarik saat ini dalam sebuah perang. Bagian Amerika dari persamaan ini adalah untuk mendukung kami, namun AS saat ini hampir tidak memiliki pengaruh di lapangan. Amerika tidak memiliki sumbangsih di Suriah," ujarnya seperti dilansir Bloomberg, Senin (12/2/2018).
Jet tempur F-16 Israel yang ditembak jatuh rudal sistem pertahanan Suriah. (Foto: istimewa) |
”Pihak Rusia berbicara untuk menghindari langkah-langkah yang bisa mengarah pada babak baru konfrontasi berbahaya di wilayah tersebut,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Namun, disaat bersamaan, Israel kembali membombardir Suriah dengan alasan membalas jatuhnya jet tempur F-16 mereka di Suriah. Menanggapi serangan Israel tersebut, baik Iran maupun sekutu Damaskus, menyatakan akan menyerang negara Zionis itu tanpa ampun, jika kembali menyerang Suriah.
AS sebelumnya sempat menyatakan akan mendukung posisi Israel di Suriah, Namun, Kementerian Luar Negeri Rusia langsung memberikan peringatan juga mendesak masyarakat global untuk menghormati integritas dan kedaulatan Suriah dan tidak memperparah situasi di Timur Tengah.
”Moskow sangat prihatin dengan perkembangan dan serangan terakhir di Suriah. Bahaya meningkatnya ketegangan di dalam dan sekitar zona de-eskalasi, yang telah menjadi faktor penting dalam mengurangi kekerasan di Suriah, menjadi perhatian khusus,” kata kementerian itu.
Pada tanggal 10 Februari lalu Israel mengklaim bahwa salah satu serangannya telah menjatuhkan sebuah pesawat nirawak (UAV) Iran yang meluncur ke Israel dari wilayah Suriah di Dataran Tinggi Golan. Setelah mencegat kendaraan tak berawak tersebut, jet-jet tempur Israel menggempur wilayah Suriah yang diyakini sebagai lokasi operator UAV Iran.
Militer Suriah yang tak terima dengan serangan Israel menyambutnya dengan rentetan tembakan rudal anti-pesawat. Rentetan tembakan itu salah satunya telah menjatuhkan sebuah pesawat jet tempur F-16. Pesawat tempur itu masih mampu bertahan sampai akhirnya jatuh di wilayah Israel dan pilotnya berhasil mengeluarkan diri meski mengalami luka serius.
Kehilangan jet tempurnya, Israel kembali membombardir wilayah Suriah. Setidaknya 12 serangan dilancarkan dengan target posisi pasukan Damaskus dan Teheran di Suriah. Negara Zionis itu sempat akan menyerang Suriah dengan kekuatan penuh, namun melihat kubu Iran justru semakin memperkuat perlawanan, Israel akhirnya mulai melunak.(*)
Sumber: Bloomberg