”Rusia jelas berhak, jika diperlukan, untuk menyebarkan senjata nuklir di mana saja di wilayah nasional, termasuk di Semenanjung Crimea!,”CRIMEA -- Menanggapi pergerakan militer NATO dan Amerika Serikat yang semakin mendekati perbatasan Rusia, disikapi negara itu dengan mengerahkan kekuatan militer di sepanjang perbatasan. Salah satunya adalah di wilayah Crimea, yang sejauh ini belum juga lepas dari gangguan Ukraina dan NATO.
Rusia unjuk kekuatan dengan latihan militer besar-besaran di wilayah Semenanjung Crimea, dua tahun setelah mengambil alih wilayah itu dari Ukraina. Latihan yang disebut Kavkaz 2016 itu digelar di darat laut, dan udara di sepanjang distrik militer selatan Rusia yang berbatasan dengan Ukraina.
“Rusia mengirimkan pesan yang sangat jelas dengan latihan skala besar yang kompleks ini. Pasukan mereka ada di Krimea dan siap bertempur sewaktu-waktu. Apa yang mereka lakukan pada latihan militer ini menyimulasikan invasi terhadap Crimea dan mereka melakukan simulasi untuk menghadapi invasi tersebut,” kata Fred Pleigen, koresponden di markas militer Opuk Krimea kepada CNN, Sabtu (10/9/2016).
Pengerahan militer besar-besaran ini tak lepas dari aksi provokasi militer Ukraina. Pemerintahan Ukraina, yang menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych, sebelumnya memobilisasi militernya dan melakukan provokasi di sepanjang perbatasan Crimea. Menurut Perdana Menteri Ukraina, Arseniy Yatsenyuk, hari ini negaranya "berada di ambang bencana." Di Crimea, pasukan Ukraina berhadap-hadapan dengan militer Rusia yang mengepung pangkalan mereka, ungkap stasiun berita BBC.
Konvoi pasukan elit militer Rusia saat akan menuju Crimea. (Foto: Istimewa) |
“Manuver ini telah direncanakan sebelumnya. Kami tidak ingin memprovokasi siapapun. Kami hanya menguji kesiapan pasukan kami untuk menghalau serangan terhadap negara kami,” demikian disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia.
Rusia Kerahkan S-400 dan Senjata Nuklir di Crimea
Selain melakukan pengerahan dan latihan militer besar-besaran di Crimea, tak tanggung-tanggung, Rusia juga menempatkan sistem pertahanan udara S-400 Triumf ke wilayah itu. Bukan itu saja Rusia bahkan berencana menempatkan senjata nuklir di wilayah itu menanggapi sikap Amerika Serikat yang juga menanam senjata nuklir di Polandia dan Lituania.
Pengiriman sistem rudal mutakhir ini ini diumumkan kantor layanan pers Distrik Militer Selatan Rusia pada hari Jumat (12/8/2016), setelah situasi Crimea memanas, di mana Moskow menuduh Ukraina meluncurkan serangan yang menewaskan dua anggota FSB Rusia.
Senjata nuklir Rusia, salah satu kebijakan Moskow adalah menempatkan senjata pemusnah massal ini di semenanjung Crimea. (Foto: istimewa) |
S-400 Triumf adalah sistem rudal antipesawat terbaru yang masuk ke layanan militer Rusia pada tahun 2007. Senjata ini dirancang untuk menghancurkan pesawat, kapal pesiar dan rudal balistik, termasuk rudal jarak menengah, dan juga dapat digunakan terhadap sasaran di darat. S-400 dapat menembak target pada jarak 400 km dan pada ketinggian hingga 30 km.
Seakan belum cukup puas Kremlin juga menyatakan akan menempatkan senjata nuklir di semenanjung Crimea. Rusia menegaskan memiliki hak untuk mengerahkan senjata nuklir di mana saja di wilayahnya, termasuk di Crimea. Penegasan itu disampaikan Kementerian Luar Negeri Rusia.
”Rusia jelas berhak, jika diperlukan, untuk menyebarkan senjata nuklir di mana saja di wilayah nasional, termasuk di Semenanjung Crimea!,” kata Direktur Departemen Non-Proliferasi dan Kontrol Senjata Kementerlian Luar Negeri Rusia, Mikhail Ulyanov, seperti dilansir kantor berita RIA Novosti, Senin (1/6/2015).
Daya jangkau sistem pertahanan udara S-400 Triumf saat ditempatkan di wilayah Crimea, Rusia. (Gambar: Istimewa) |
Ketegangan Ukraina-Rusia memanas setelah Yanukovych digulingkan secara paksa, karena dianggap Sebagai pemimpin yang condong ke Rusia.
Presiden Rusia, Vladimir Putin telah mengantungi izin dari parlemen Rusia untuk kerahkan militer ke Ukraina untuk melindungi rakyat Rusia di sana. Pasukan Rusia pun dikabarkan sudah menggali parit di jalur perbatasan darat dengan Ukraina. (*)
Sumber: CNN/BBC/RIA Novosti