"Kami melihat upaya untuk berkumpul kembali di antara teroris ini, kami melihat usaha-usaha di antara teroris-teroris ini untuk berkonsolidasi kekuatan. Ini benar-benar perbuatan pengecut!"MOSKOW -- Presiden Rusia, Vladimir Putin benar-benar dibuat marah dengan sikap pengecut yang ditunjukkan kelompok teror ISIS dan para pemberontak lainnya. Pasalnya, niat hati ingin segera mengakhiri pertumpahan darah dan peperangan dengan jalan genjatan senjata, ISIS dan kelompok pemberontak justru memanfaatkan momen tersebut dengan memperkuat pertahanan mereka.
Presiden Vladimir Putin menuduh teroris Takfiri yang beroperasi di Suriah menyalahgunakan gencatan senjata yang baru-baru ini diterapkan di negara yang dilanda krisis itu untuk berkumpul kembali. Putin menuding Amerika Serikat juga memanfaatkan momen itu dengan mempersenjatai para pemberontak.
Dia mengatakan bahwa AS tidak dapat membedakan antara yang disebut oposisi moderat di Suriah dan teroris Takfiri aktif di negara Arab itu.
"Kami melihat upaya untuk berkumpul kembali di antara teroris ini, kami melihat usaha-usaha di antara teroris-teroris ini untuk berkonsolidasi kekuatan. Ini benar-benar perbuatan pengecut!" kata Putin kepada wartawan di ibu kota Kirgistan, Bishkek, Sabtu (17/9/16).
Namun, walau merasa dikadali, Presiden Rusia mengatakan negaranya masih berkomitmen dengan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Moskow-Washington sambil berharap AS juga menjaga komitmennya
Pada 9 September 2016, Rusia dan AS menyetujui sebuah kesepakatan tonggak di Suriah. Kesepakatan yang berlaku 12 September itu mendesak penghentian permusuhan di seluruh Suriah yang memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan dan berlangsungnya serangan gabungan AS-Rusia terhadap kelompok-kelompok teroris. Kesepakatan yang berlangsung selama seminggu ini merupakan usaha kedua AS dan Rusia untuk menyelesaikan krisis Suriah.
Sebelumnya, AS mengatakan bahwa aksi bersama dengan Rusia dalam melawan ISIS tidak mungkin dilakukan kecuali pasukan pemerintah Suriah mengakhiri serangan mereka terhadap unit-unit kelompok yang disebut sebagai "oposisi moderat."
Sementara dari sisi Rusia, Moskow mengatakan bahwa operasi antiteroris dengan AS hanya mungkin dilakukan jika Washington bisa memisahkan unit oposisi moderat dari unit organisasi teroris, seperti Jabhat Fateh al-Sham yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra. Moskow bahkan mencurigai Washington menggunakan kelompok-kelompok "oposisi moderat" untuk menggulingkan rezim Assad.
Para tentara Suriah di medan perang, kembali ke barak masing-masing guna mematuhi gencatan senjata yang sebelumnya telah diberlakukan. (Foto: istimewa) |
Iran, di lain pihak, juga memainkan peran penting dalam konflik Suriah karena milisi Syiah mereka berjuang bersama pasukan pemerintah Suriah. Namun hingga kini, belum ada kejelasan mengenai reaksi Teheran atas kesepakatan Rusia-AS dalam konflik Suriah. (*)
Sumber: RBTH/PressTV