Menteri Pertahanan Malaysia, Haji Mohamad bin Sabu saat bertemu dengan Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu. (Sumber foto: kemhan.go.id) |
Dilansir dari laman berita Astroawani.com, Sabu menyampaikan hal tersebut saat menghadiri pertemuan kerja sama Sidang General Border Commitee (GBC) Malindo ke-41 di Pullman Hotel, Legian Bali, Kamis, 15 November 2018.
Mohammad Sabu mengaku sangat kagum dengan Indonesia yang telah mampu memproduksi berbagai alutsista asli buatan dalam negeri.
Sabu berpendapat, melihat masifnya perkembangan industri pertahanan Indonesia, seharusnya negara-negara yang tergabung dalam ASEAN tidak perlu lagi harus mengimpor senjata dari negara-negara Barat.
“Bukan kita mau berperang, tetapi daripada kita beli di negara luar, lebih baik dibeli dari kalangan negara ASEAN. Kalau ada pertukaran uang pun, cuma di kalangan negara ASEAN,” katanya.
Mohammad Sabu bahkan mengusulkan agar negara-negara ASEAN membangun industri pertahanan bersama, sehingga mampu membuat berbagai alutsista tanpa harus bergantung pada buatan Barat.
“Kita tidak mau negara menjadi pengimport terus-menerus, kalau bisa, kita buat sendiri kapal-kapal patroli, kapal perang, dan sebagainya," tegas Mohamad Sabu.
Selain bicara soal industri pertahanan Indonesia, Menhan Malaysia itu juga bicara seputar kerja sama militer negeri jiran tersebut dengan militer Indonesia.
Sejumlah kerja sama baru telah disepakati, diantaranya menambah pos pengawasan dan pos patroli Laut di perairan Laut Sulu, Filipina, yang berbatasan dengan kedua negara.
Panser Anoa, merupakan salah satu alutsista buatan Indonesia yang telah dibeli oleh militer Malaysia. (Foto: Istimewa) |
“Berbicara mengenai sidang GBC ke-41, Malaysia dan Indonesia ini adalah dua negara sahabat, serumpun, sebangsa, jadi kita selesaikan masalah apa yang timbul melalui perundingan," kata Sabu, usai menghadiri sidang tersebut, dikutip dari Detik.com.
Sidang GBC Malindo merupakan forum rutin tahunan sebagai salah satu sarana untuk memfasilitasi dialog kedua negara khususnya dalam memajukan interaksi kerja sama di wilayah perbatasan. Sebelumnya, Sidang GBC Malindo ke-40 dilaksanakan tahun lalu di Kuala Lumpur, Malaysia. (jm)