Israel dan AS Ketar-Ketir Hadapi Rudal S-300 Suriah - Jalur Militer

Israel dan AS Ketar-Ketir Hadapi Rudal S-300 Suriah

Israel dan sekutunya, Amerika Serikat mengecam keras kebijakan Rusia dengan mengirim sistem pertahanan udara rudal S-300 ke Suriah. (Sumber foto: AP)
DAMASKUS -- Surat kabar Israel Haaretz melaporkan, rezim Suriah telah menempatkan empat sistem pertahanan rudal anti-pesawat S-300 Rusia di belahan utara negara itu. Hal ini diketahui dari rilis rekaman yang diambil oleh satelit Israel yang menunjukkan salah satu peluncur sudah dipasok oleh Rusia ke Suriah.

Menurut Haaretz, salah satu sistem pertahanan udara S-300 dikerahkan di daerah Musyaf, sebelah utara kota Homs. Kawasan itu memiliki jaringan industri senjata Suriah di mana Iran dan Suriah telah berusaha memproduksi senjata presisi untuk Hizbullah. Israel telah menyerang wilayah itu beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir.

Sedangkang Izvestia, pada hari Jumat (19/10/2018), melaporkan, Rusia telah memasok militer Suriah dengan sistem pertahanan rudal S-300PM-2, versi lain dari S-300 yang lebih canggih. Pengiriman senjata pertahanan itu untuk melawan serangan Israel.

Misil S-300PM-2 yang dipasok ke militer Damaskus memiliki sistem radar dan komunikasi yang lebih canggih. Senjata pertahanan itu telah digunakan oleh tentara Rusia sejak 2010.

Laporan yang mengutip pejabat di Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, tiga baterai dari sistem S-300PM-2 telah ditransfer ke Suriah. Sistem baru ini merupakan pasokan tambahan dari baterai S-300 yang dikirim Moskow awal bulan ini. Secara bertahap, Rusia akan mengirimkan hingga delapan bateral misil S-300 ke Suriah.

"Pos komando pasukan Suriah dan unit pertahanan udara militer akan dilengkapi dengan sistem kontrol otomatis, yang telah disediakan hanya untuk Angkatan Bersenjata Rusia. Ini akan memastikan manajemen terpusat dari semua kekuatan pertahanan udara Suriah, fasilitas, pemantauan situasi di wilayah udara dan penetapan target yang cepat," kata Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu.


"Yang paling penting, S-300 akan memastikan identifikasi semua pesawat Rusia oleh pasukan pertahanan udara Suriah," tegas Shoigu, menjelaskan cara kerja misil S-300 di Suriah.
Uji coba penembakan misil sistem pertahanan udara S-300 buatan Rusia. (Sumber foto: Reuters)
Israel dan Amerika Serikat "Ketar-Ketir" Hadapi Misil S-300 Suriah

Israel dan Amerika Serikat (AS) mengecam keras pengiriman rudal S-300 ke Suriah. Bahkan Israel dan AS sudah melakukan berbagai macam cara untuk menghentikan masuknya rudal canggih tersebut ke wilayah Timur Tengah.

Menteri Pertahanan Israel Moshe Yaalon mengatakan, pengiriman misil S-300 ke Suriah merupakan suatu hal yang tidak dapat diterima. Israel memperingatkan Rusia bahwa kebijakan Moskow untuk mengirim misil S-300 ke Suriah dapat membahayakan kawasan Timur Tengah.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga sudah berulang kali melakukan komunikasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, agar membatalkan pengiriman S-300 ke Suriah. 


Bahkan pada tanggal 9 Oktober, Netanyahu berbicara langsung dengan Wakil Perdana Menteri Rusia Maxim Akimov di Yerusalem, agar Moskow menghentikan pengiriman S-300 tersebut.

Israel membujuk Rusia dan beralasan tidak akan lagi menjadikan jet-jet tempur Rusia di Suriah sebagai target sasaran mereka. Israel berkilah, operasi militer yang mereka lakukan selama ini di Suriah hanya menyasar pabrik dan gudang-gudang persenjataan Iran yang sering digunakan oleh milisi Hizbullah.

Selain berusaha melobi Rusia, Pemerintah Israel, berusaha mempengaruhi Dewan Keamanan PBB agar mengambil sikap terkait tindakan Rusia tersebut. PM Netanyahu sempat mengadakan pertemuan dengan DK PBB untuk membahas perkembangan. Bersama sekutunya Presiden AS, Donald Trump, dia mendesak masalah ini diangkat di Majelis Umum PBB.

Sedangkan Menteri Energi Israel Yuval Steinitz mengatakan, Kabinet Keamanan Israel mengakui penempatan S-300 di Suriah adalah masalah yang problematik bagi militer Israel. "Dan itu bisa juga untuk Amerika. Ini adalah sistem yang tentu menyulitkan kami dan membutuhkan solusi untuk ditemukan," kata Steinitz dikutip dari Army Radio.

Seirama dengan Israel, AS pun mengutuk Rusia yang mengirim rudal S-300 ke Suriah. Jenderal Joseph Votel, Komandan pasukan AS di Timur Tengah mengatakan, pengerahan S-300 itu hanya akan memicu eskalasi dan respons spontan yang tidak perlu, dan menuding senjata anti-pesawat itu hanya untuk melindungi kejahatan rezim Iran dan Suriah.

Presiden Suriah Bashar al-Assad saat bertemu dengan sekutu kuatnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin. (Sumber foto: ndtv.com)
"Pengerahan S-300 tampaknya merupakan upaya untuk menutupi kegiatan jahat rezim Iran dan Suriah di Suriah. Jadi, sekali lagi, saya pikir ini adalah eskalasi yang tidak perlu," kata Jenderal Votel kepada wartawan di Pentagon, yang dilansir Reuters, Jumat (5/10/2018).

Menanggapi "ocehan" Israel dan AS, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov menyatakan pengiriman rudal S-300 ke Suriah justru akan menjadi faktor stabilisasi yang dapat menghalangi "beberapa pemarah" memasuki Suriah. Sebuah sindiran yang tentu saja ditujukan untuk Israel dan AS.

Sedangkan Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan, pengiriman misil S-300 bertujuan untuk menghilangkan ancaman potensial terhadap kehidupan prajurit Rusia di Suriah.

Kebijakan Moskow mengirim misil S-300 ke Suriah dipicu akibat ditembak jatuhnya pesawat pengintai Il-20 Rusia di atas langit Suriah. Peristiwa nahas tersebut menewaskan 15 tentara Rusia.

Menurut Rusia, pesawat itu secara keliru ditembak jatuh oleh rudal S-200 Suriah, yang sebetulnya diarahkan ke jet tempur F-16 Israel yang tengah menyerang negara tersebut. Namun, salah satu pilot F-16 berhasil menghindari tembakan itu dan mengalihkannya ke pesawat Rusia yang memiliki permukaan pantulan lebih besar. Tak terelakkan, pesawat Rusia menjadi sasaran empuk rudal S-200 dan meledak di udara.

Menanggapi hal ini, Moskow langsung mengambil langkah khusus demi mencegah terulangnya tragedi serupa. Karena itu, Moskow hendak melengkapi pertahanan udara Suriah dengan sistem yang dua kali lebih baik.

Selain mengirimkan sistem antirudal S-300, Menhan Rusia Sergei Shoigu menegaskan, Rusia akan menetapkan larang terbang di wilayah Latakia hingga lepas pantainya. Zona larangan terbang ini akan memangkas pergerakan Israel dan pesawat asing lainnya. (jm)
ads 720x90

#Tags

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Comment
Disqus