“Harga senjata militer China yang dikembangkan sendiri biasanya seperlima hingga sepertiga dari harga senjata AS yang sama. Dan harga pembelian senjata militer adalah 5 persen lebih besar dari biaya sebenarnya. J-20 sesuai dengan F-22,"BEIJING -- Angkatan Udara militer China memamerkan jet tempur J-20 yang sudah dipersenjatai rudal canggih untuk pertama kalinya pada Senin (12/11).
Dilansir dari Reuters, dua awak pesawat menunjukkan empat muatan rudal jarak jauh yang terpasang di bawah sayap dan dua lainnya di sisi pesawat.
China memamerkan rudal dan J-20 itu ketika menerbangkan pesawat tersebut di tengah peringatan hari jadi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) ke-69.
Song Zhongping, seorang Ahli militer China mengatakan empat rudal di pesawat J-20 itu adalah rudal jarak jauh dari udara ke udara. Sementara itu, dua rudal yang berada di sisi pesawat adalah rudal tempur jarak pendek untuk pertempuran udara.
Zhongping sesumbar pesawat tempur J-20 akan menjadi senjata ampuh di masa depan jika ada yang berani memprovokasi China melalui jalur udara.
"Di masa lalu, hanya AS dan sekutunya seperti Jepang yang mampu mempersenjatai jet pembom. Namun sekarang, monopoli mereka di wilayah ini telah dipatahkan oleh J-20 dari China," kata dia.
Perbandingan Jet Tempur F35 Lightning VS J-20 Buatan China
Jet tempur F-35 Lightning buatan Amerika Serikat (AS) adalah sebuah proyek ambisius dan gengsi tinggi bagi negara adidaya tersebut. Amerika ingin tetap menjadi pionir dan terdepan dalam teknologi pesawat tempur mengalahkan negara-negara lainnya seperti Rusia dan China.
F-35 Lightning diciptakan untuk menutupi kekurangan jet tempur siluman F-22 Raptor yang tidak terlalu mendapat peminat di pasar internasional. AS berambisi menciptakan pesawat tempur utopis yang memiliki semua kecanggihan, kekuatan, keunggulan dalam teknologi siluman dan tidak memiliki kelemahan.
Dari awal riset dan pembangunan, Amerika telah menggelontorkan dana sangat besar untuk proyek ini. Bahkan jet tempur F-35 lightning menjadi alutsista termahal yang pernah dibuat oleh Amerika. Hal inilah yang dikritik oleh Presiden terpilih AS Donald Trump.
Trump mengatakan bahwa, biaya untuk membangun jet tempur generasi militer AS, F-35 Joint Strike Fighter, telah berputar "diluar kendali".
Kritik Trump di tengah ekonomi AS yang lamban mengungkapkan kesepakatan mahal antara pemerintah AS dan perancang dan produsen jet Lockheed Martin, yang telah menguras biaya hingga US $ 400 miliar.
“Program F-35 dan biayanya tidak terkendali. Miliaran dolar dapat dan akan disimpan untuk pembelian militer (dan lainnya) setelah 20 Januari,” tulis Trump di akun Twitter-nya, pada hari dia akan dilantik sebagai presiden.
Pada 2014, pembeli senjata utama Pentagon, Frank Kendall, dikutip oleh CBS News mengatakan bahwa, program F-35 telah mencapai “US $163 miliar melebihi anggaran tujuh tahun di belakang jadwal”. Menurut laporan New York Times, Pentagon telah bertengkar dengan Lockheed mengenai harga pesawat terbaru.
Baru-baru ini, para pejabat Pentagon mengatakan mereka membutuhkan tambahan US $500 juta untuk menyelesaikan pengembangan jet. Pengiriman F-35 untuk militer AS dijadwalkan selesai pada 2037, dengan umur layanan diproyeksikan hingga 2070.
Ada tiga jenis pesawat F-35, yang termurah adalah F-35A, yang biaya unit kontraknya baru-baru ini adalah US $98 juta per unit tanpa mesin, dan akan diturunkan menjadi US $ 85 juta ketika dalam produksi penuh, menurut pejabat situs web dari F-35 Lightning II.
Jet tempur F-35 melakukan penerbangan perdana pada 15 Desember 2006. Satu dekade kemudian pada 2 Agustus 2016, Angkatan Udara AS mengumumkan skuadron pertama F-35A yang siap tempur. Pesawat tempur generasi kelima ini dirancang untuk melakukan serangan darat dan misi pertahanan udara.
Menurut Mark Shackelford, Deputi Akuisisi Angkatan Udara AS, F-35 adalah pesawat tempur multi-peran, dengan kursi tunggal dan mesin tunggal. Jet tempur ini memiliki kemampuan siluman atau tak terjamah radar dan mampu terbang di semua kondisi cuaca.
F-35 Lightning dirancang untuk menjadi "pembunuh rudal permukaan-ke-udara," dilengkapi integrasi radar aperture sintetis canggih dan mampu mengenal beberapa terget dalam satu kali serangan lanjutan.
Dalam hal kemampuan serang dan bertahan, F-35 dirancang memiliki kemampuan tempur udara-ke-udara baik jarak dekat maupun jarak jauh. Kemampuan ini ditujukan untuk menutupi kelemahan jet tempur siluman F-22 Raptor.
Menurut Lockheed Martin, F-35 merupakan jet tempur taktis yang memiliki fleksibilitas, kecepatan, sensor canggih dan mampu memberikan informasi kepada pilot mengenai kondisi medan tempur secara langsung.
Tidak seperti jet tempur AS generasi sebelumnya, F-35 dirancang '100 persen siluman'. F-35 dilapisi bahan penyerap radar yang lebih tahan lama dan membutuhkan perawatan yang lebih sedikit dibandingkan F-22 Raptor.
Jet tempur siluman F-35 Lightning, merupakan alutsista dengan biaya produksi termahal dalam sejarah Amerika Serikat. (Foto: f35.com) |
Avionik tingkat lanjut memberi pilot akses waktu nyata ke informasi ruang pertempuran dengan cakupan 360 derajat dan kemampuan yang tak tertandingi untuk mendominasi lingkungan taktis.
Data yang dikumpulkan oleh sensor F-35 akan segera dibagikan dengan pasukan di Darat, Laut dan Udara, memberikan pandangan lengkap mengenai operasi yang sedang berlangsung secara 'real time'. Kemampuan ini membuat F-35 menjadi pengganda kekuatan yang tangguh bagi operasi pasukan koalisi.
Kemampuan siluman F-35 memungkinkannya untuk memasuki area ruang udara dengan aman tanpa terlacak oleh radar jet tempur Generasi ke-4.
Kemampuan siluman tersebut juga ditopang oleh radar AESA dan dilengkapi komponen lengkap penyimpanan senjata rudal dan bahan bakar internal. Kecanggihan yang dimiliki F-35 ini, membuatnya hampir tidak terdeteksi dan tak terlacak.
Tapi menurut Defense Aviation, seperti jet tempur siluman lainnya, F-35 masih rentan deteksi oleh radar frekuensi rendah, seperti yang digunakan oleh kontrol lalu lintas udara di bandara-bandara penerbangan sipil. Hal ini disebabkan radar frekuensi rendah tidak memberikan koordinat yang cukup rinci untuk memandu rudal ke target.
Meskipun banyak kendala disana-sini dan membengkaknya biaya produksi jet tempur canggih ini, program F-35 menjadi alat diplomatisi untuk meningkatkan jaringan keamanan AS dengan negara-negara yang menjadi sekutunya.
Sejumlah negara yang menjadi sekutu setia Amerika menyatakan akan memborong jet tempur super mahal ini jika kemampuan tempurnya sesuai dengan yang tercatat di atas kertas.
Di Eropa, sekutu setia NATO akan membeli ratusan F-35 dari semua varian. Di Asia, Jepang, Singapura dan sejumlah negara-negara Timur Tengah telah memasukkan F-35 dalam keranjang belanja alutsista mereka.
Israel, misalnya, telah memesan 33 pejuang siluman dengan biaya lebih dari US $ 5,5 miliar, dan kabinet Israel memutuskan baru-baru ini untuk meningkatkan jumlah pesawat menjadi 50. Di Kawasan Pasifik, Australia dan Selandia Baru bahkan sudah melakukan test dan uji terbang terhadap jet tempur F-35 Lightning.
Wakil Presiden Eksekutif Lockheed Martin, Orlando Carvalho pada Juni 2014 menyatakan, tingginya minat negara-negara yang akan membeli F-35, dia optimis jet tempur tersebut akan mampu menjadi mesin pertumbuhan ekonomi yang kuat bagi AS dan mitra internasionalnya,
Sedangkan jet tempur siluman J-20 buatan China pertama kali diluncurkan pada 2011. Pesawat ini melakukan penerbangan publik pertamanya di sebuah pertunjukan udara di kota selatan Zhuhai pada November tahun ini. China mengklaim J-20 adalah pesawat tempur paling canggih yang pernah dikembangkan oleh militer China.
J-20 pesawat tempur siluman pertama buatan China terekam saat di luar pabrik Perusahaan Pesawat Chengdu pada Desember lalu. (Foto: ainonline.com) |
Dalam sejumlah serangan cyber, China berhasil membobol pusat-pusat riset pengembangan senjata AS, dan salah satunya berhasil mencuri data riset pengembangan jet tempur F-35 yang masih dalam proses rancangan pertama.
Tidak heran, secara postur dan fisik, J-20 memiliki kemiripan dengan jet tempur F-35. Hidung dan kanopi J-20 menggunakan desain bentuk siluman yang mirip dengan F-22, diduga selain mencuri data pengembangan F-35, China juga mencuri data riset jet tempur F-22 Raptor dari Amerika.
Setelah terjadinya pencurian teknologi tersebut, AS melakukan sejumlah pengembangan F-35 dalam beberapa tahap yang berbeda dengan riset pertamanya.
Amerika mengklaim, sekalipun China berhasil mencuri sejumlah data F-35, namun jet tempur siluman F-35 Lightning yang dikembangkan saat ini sangat berbeda dan jauh melampaui kemampuan riset awalnya.
China pun kesulitan dalam mengembangkan J-20, setelah terputusnya akses untuk mendapatkan teknologi curian F-35. Bahkan, China sempat dituduh mencomot teknologi jet tempur Sukhoi SU-30 dan SU-35 buatan Rusia di sejumlah bagian.
Jet tempur J-20 buatan China, adalah pesawat tempur dengan satu tempat duduk dengan dua mesin. J-20 juga memiliki kemampuan senjata dan bahan bakar internal.
J-20 memiliki tiga bagian senjata internal. Dua bagian untuk rudal jarak pendek dan rudal jarak jauh udara-ke-udara dan satu bagian lainnya untuk senjata artileri udara-ke-darat.
Justin Bronk, peneliti di Royal United Services Institute mengatakan, dibandingkan dengan jet tempur generasi kelima AS, J-20 memiliki jangkauan yang lebih panjang, kapasitas bahan bakar internal yang lebih banyak dan kemampuan senjata internal yang lebih besar.
Banyak spesifikasi senjata baru yang masih belum diketahui karena militer China enggan memberikan rincian J-20, mungkin karena beberapa komponen utamanya mungkin tidak selesai atau seluruhnya berasal dari China.
Zhou Chenming pengamat militer dan peneliti di Knowfar Institute for Strategic and Defence Studies, sebuah lembaga think tank non-pemerintah China di Jiangyin, provinsi Jiangsu mengklaim, walau tidak mampu secanggih F-35 Lightning, J-20 sudah menyamai jet tempur siluman F-22 Raptor buatan AS.
Selain itu China optimis J-20 akan diminati pasar internasional karena selain dianggap canggih, jet tempur ini sangat murah dibandingkan jet tempur siluman buatan AS.
Menurut perkiraan anggaran 2011 Angkatan Udara AS, biaya unit F-22 adalah $150 juta, sedangkan harga J-20 hanya US $30 juta dan US $50 juta per unit. Dengan harga super murah ini, China yakin akan banyak negara-negara dengan budget pertahanan terbatas akan tertarik memiliki pesawat tempur siluman dengan harga miring.
“Harga senjata militer China yang dikembangkan sendiri biasanya seperlima hingga sepertiga dari harga senjata AS yang sama. Dan harga pembelian senjata militer adalah 5 persen lebih besar dari biaya sebenarnya. J-20 sesuai dengan F-22," kata Zhou Chenming.
Kepala Angkatan Udara China menyatakan akan mempercepat produksi jet tempur siluman J-20, namun belum ditujukan untuk ekspor.
Walau sudah bisa dijual di pasar global, China menyatakan produksi J-20 diprioritaskan untuk meningkatkan keamanan kedaulatan China dari serangan negara lain, terutama untuk zona konflik seperti di laut China Selatan, Laut China Timur dan sejumlah perbatasan yang masih dalam status sengketa dengan negara lain.
Walau masih diragukan kecanggihan teknologinya, J-20 adalah pesawat tempur pertama yang dikembangkan oleh China yang memenuhi syarat sebagai "state of the art" oleh sejumlah analis militer Barat.
Ini juga menunjukkan bahwa China telah menguasai teknologi "stealth shaping," sebuah prasyarat penting untuk mengembangkan pesawat siluman. Harus diakui, J-20 memiliki potensi untuk mengubah keseimbangan regional di Asia dengan membuat hampir semua sistem pertahanan udara regional tidak efektif.
Amerika dan Barat bisa saja membanggakan alutsista mereka dari segi kuantitas teknologi dibandingkan dengan kualitas, namun dengan harga produksi yang sangat murah, China bisa dengan mudah memproduksi J-20 secara besar-besaran jika konflik benar-benar terjadi.
Sejarah mencatat, saat perang Dunia II, imperium militer Jepang justru memilih memperbanyak pesawat tempur mereka saat mengetahui kecanggihan pesawat tempur AS dan sekutu lebih unggul di semua lini.
Terbukti, 'gerombolan' pesawat tempur Jepang mampu menyerang dan menghancurkan pertahanan Amerika dan pasukan Sekutu di sejumlah titik strategis di kawasan Asia-Pasifik.
Belajar dari sejarah, di atas kertas jet tempur F-35 Lightning buatan AS tentu saja lebih unggul dan superior dibandingkan J-20 buatan China. Namun, dipertempuran yang sesungguhnya, kedigdayaan F-35 masih harus dibuktikan. (jm)
Sumber: cnn.com / scmp.com / f35.com