Pasukan keamanan Turki pro pemerintah menangkap para tentara yang melakukan kudeta untuk menjatuhkan pemerintahan Presiden Erdogan. (foto: Twitter) |
"Ada beberapa Gulenis (anggota kelompok gulen) terkenal yangmengisyaratkan pemberontakan dalam beberapa bulan terakhir,"ANKARA -- Walau pihak Militer Turki yang melakukan kudeta mengatakan pada Jumat bahwa mereka telah mengambil alih kekuasan, tetapi Presiden Tayyip Erdogan berjanji bahwa kudeta akan digagalkan.
Jika berhasil, penggulingan Erdogan, yang telah memerintah Turki sejak tahun 2003, akan menjadi salah satu perubahan terbesar di Timur Tengah dalam beberapa tahun, mengubah salah satu sekutu AS paling penting di wilayah tersebut sementara perang berkecamuk di perbatasan.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dilaporkan dalam keadaan selamat, demikian dikatakan oleh seorang sumber dari kantor kepresidenan, di tengah laporan bahwa militer Turki telah melancarkan kudeta pada Jumat (15/7/2016).
Sumber itu juga mengatakan bahwa kudeta dilancarkan oleh sebagian anggota angkatan bersenjata tak tidak direstui oleh pusat komando.
"Kami akan mengatasi hal ini," kata Erdogan, yang berbicara pada panggilan video via ponsel di depan kamera penyiar CNN di Turki. Dia meminta para pengikutnya untuk turun ke jalan untuk membela pemerintahnya dan mengatakan komplotan kudeta akan membayar harga yang berat.
Seorang pejabat mengatakan Erdogan berbicara dari Marmaris di pantai Turki, di mana ia sedang berlibur. Erdogan mengatakan ia dengan cepat akan kembali ke Ankara.
Perdana Menteri Binali Yildirim mengatakan pemerintah terpilih tetap di kantor. Namun, ternyata mereka berada di balik kudeta.
Sementara itu Perdana Menteri Turki, Binali Yildirim membantah klaim militer. Ia mengatakan bahwa upaya kudeta bisa digagalkan dan para petugas keamanan telah dikerahkan untuk mengambil tindakan yang diperlukan.
Presiden Erdogan bicara soal kudeta melalui via phone. (foto: Aljazeera) |
Tersangka Kudeta Militer
Kelompok Gulen disinyalir menjadi motor dibalik kudeta militer Turki untuk menggulingkan Pemerintahan Presiden Reccep Tayyip Erdogan.
The Guardian melaporkan, seorang sumber di lingkaran Presiden Reccep Tayyip Erdogan menyampaikan kepada media di London, Inggris, tentang kelompok Gulen yang menginfiltrasi militer dan melakukan serangkain kegiatan yang dilarang oleh yang pemerintahan sah saat ini.
"Ada beberapa Gulenis (anggota kelompok gulen) terkenal yangmengisyaratkan pemberontakan dalam beberapa bulan terakhir," demikian kata sumber tersebut, Sabtu (16/7).
Meski demikian, belum ada pernyataan resmi dari pemerintahan di Ankara, soal siapa dalang di balik aksi militer yang saat ini sedang menguasai ibu kota untuk menggulingkan Pemerintahan Perdana Menteri Binali Yildirim dan Presiden Erdogan.
Akhir Mei lalu, Presiden Erdogan menyatakan kelompok Gulen sebagai faksi politik ilegal. Bahkan, dikatakan presiden dari Partai Keadilan dan Pembangunan Turki (AKP) itu, kelompok Gulen merupakan bagian dari aksi terorisme di negara itu.
Turki resmi melarang dan menyatakan anggota Gulen sebagai kelompok terorisme. Kelompok Gulen diketahui berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS) namun kerap melakukan aktivitas politik di Turki.
Kelompok tersebut dikuasai oleh seorang agamawan bernama Fethullah Gulen yang saat ini mendapat perlindungan dari Gedung Putih. Pemerintah Turki beberapa kali mendesak agar Washington mengekstradisi Gulen untuk diadili dipengadilan, tapi permintaan tersebut kerap ditentang oleh AS.
Tanggapan Pemimpin Dunia
Sejumlah pemimpin dunia dari Rusia, Uni Eropa, Iran, dan PBB menyatakan prihatin atas peristiwa upaya kudeta di Turki pada Jumat waktu setempat.
Pasukan militer Turki memblokade jembatan utama di selat Bosphorus. (foto: Twitter) |
Peskov mengatakan bahwa peristiwa tersebut masih terlalu dini untuk dimengerti apa yang sebenarnya terjadi. Namun, dia juga menegaskan bahwa pihaknya prihatin dan ingin agar Turki kembali ke dalam stabilitas sesuai dengan hukum.
Dia mengatakan, siapapun yang berkuasai di Turki saat ini, merupakan kewajiban bagi mereka untuk memastikan keamanan warga Rusia di sana.
Sementara itu di Brussel, kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, meminta semua pihak di Turki untuk tetap tenang.
"Saya terus menghubungi delegasi Uni Eropa di Ankara dan Brussel dari Mongolia," kata Mongherini yang kini tengah menghadiri pertemuan puncak Uni Eropa-Asia di Mongolia. "Saya meminta semua pihak menahan diri dan menghormati institusi demokrasi," kata dia di media sosial Twitter.
Sementara itu Iran juga menyatakan keprihatinan mendalam mengenai krisis di negara tetangganya. "Stabilitas, demokrasi, dan keamanan warga Turki adalah hal utama. Persatuan dan keamanan adalah hal terpenting," kata Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, di Twitter.
Seruan untuk tetap tenang juga disuarakan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, yang juga menyatakan bahwa PBB tengah mencari kejelasan mengenai situasi di Turki.
"Sekretaris jenderal saat ini tengah mengikuti dengan seksama perkembangan di Turki. Dia mengetahui adanya laporan upaya kudeta di negara tersebut. PBB juga mencari kejelasan mengenai situasi di lapangan dan meminta semua pihak untuk tetap tenang," kata juru bicara Ban, Farhan Haq. (*JM)