Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Israel Klaim Berhasil Ciptakan Rudal Balistik Penakluk Timur Tengah

Israel melakukan uji coba penembakan rudal pencegat anti-balistik Arrow-2. Selain terus mengupgrade berbagai rudal balistik yang dimilikinya, Israel mengklaim telah berhasil menciptakan rudal balistik yang dianggap terkuat di Timur Tengah. (Foto: wired.com)
TEL AVIV -- Setelah Rusia memperkuat militer Suriah dengan sistem pertahanan udara S-300, Israel seperti kebakaran jenggot dan berusaha mencari berbagai macam cara untuk melumpuhkan kecanggihan rudal S-300 Suriah tersebut.

Israel bertekad akan mengembangkan senjata yang mampu menembus perisai S-300 yang melindungi langit Suriah. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel telah mengembangkan rudal ofensif yang bisa menghantam target di negara mana saja di seluruh wilayah Timur Tengah.

Hal itu disampaikan Netanyahu saat pidato tentang kemajuan negaranya dalam teknologi militer dan kedirgantaraan pada hari Senin di Israel Aerospace Industries (IAI). Pemimpin Zionis tersebut sesumbar, bahwa negaranya adalah satu-satunya yang mengembangkan rudal seperti itu.

"Perusahaan ini secara aktif mengembangkan rudal ofensif, serta persenjataan dengan kemampuan khusus yang tidak dimiliki negara lain," kata Netanyahu, seperti dikutip Times of Israel, Selasa (18/12/2018).

Selain itu, kata Netanyahu, Israel juga berusaha memperluas pijakannya di ruang angkasa dengan meluncurkan satelit mikro. "Ruang angkasa adalah lingkup besar yang negara Israel masuk," katanya.

Pernyataan PM Israel ini muncul di saat situasi di kawasan Timur Tengah masih tegang. Selama setahun terakhir, Israel telah berulang kali menyerang Suriah, dengan dalih menghilangkan kehadiran milisi pro-Iran dan pasukan Iran di negara tersebut.

Israel tidak menampik bahwa pengembangan rudal tersebut memang ditujukan untuk melawan Suriah dan sekutunya Iran. "Rudal-rudal itu bisa mencapai di mana saja di kawasan ini dan target apa pun. Ini adalah kekuatan ofensif Israel yang sangat penting bagi kami di semua sektor," ujar Netanyahu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memeriksa rudal canggih di Israel Aerospace Industries, Senin (17/12/2018). (Foto: / Twitter @IsraeliPM)
Sebelum Rusia memperkuat militer Suriah, rezim pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad memang kerepotan menghadapi gempuran Israel. Walau Suriah telah berulang kali mengecam serangan tersebut, yang dianggap sebagai agresi terbuka terhadap sebuah negara yang berdaulat, Israel tetap melenggang bebas karena didukung oleh Amerika Serikat.

Harus diakui, dengan bantuan AS dan sejumlah negara Barat lainnya, perkembangan teknologi rudal Israel menjadi yang terdepan di Timur Tengah. Sejumlah rudal balistik canggih melindungi wilayah zionis tersebut dari serangan musuh.

Untuk melindungi wilayah udaranya, Israel dilengkapi perisai misil anti-roket yang disebut Iron Dome. Israel sempat sesumbar bahwa Iron Dome adalah sistem pertahanan udara terkuat di dunia. Namun, seiring berkembangnya teknologi rudal yang dimiliki Pasukan Hamas dan Hizbullah, Iron Dome akhirnya perlahan-lahan kebobolan juga.

Dalam sejumlah serangan yang dilakukan Hamas, sistem Iron Dome tidak mampu melumpuhkan hujan roket yang dilancarkan para pejuang Palestina, saat menyerang basis-basis pertahanan Israel.

Saat ini, Israel bekerja sama dengan Amerika Serikat, mengembangkan misil pertahanan balistik terbaru yang dinamakan Arrow-3. Israel mengklaim, Arrow-3 mampu mencegat dan menghancurkan secara simultan lebih dari lima rudal balistik dalam 30 detik. 

Dikutip dari laman www.armyrecognition.com, Arrow-3 merupakan rudal anti balistik pencegat exoatmospheric yang menghancurkan target di luar atmosfir bumi. Rudal Arrow-3 dapat diluncurkan di satu tempat tanpa menunggu kepastian lokasi rudal balistik yang menjadi target untuk dihancurkan.

Sistem rudal Arrow-3 menghancurkan berbagai ancaman termasuk rudal yang membawa hulu ledak nuklir tanpa menimbulkan bahaya di bumi. Arrow-3 juga terkadang digunakan untuk mencegat satelit. Israel bahkan mengklaim rasio keberhasilan Arrow 3 dalam menjalankan tugasnya sekitar 99 persen.

Tentara Israel berjalan di dekat sistem pertahanan udara Irone Dome, sistem rudal permukaan-ke-udara (SAM), MIM-104 Patriot, dan rudal anti-balistik Arrow-3, saat melakukan latihan bersama, Juniper Cobra di Hatzor Pangkalan Angkatan Udara Israel di pusat Israel, 25 Februari 2016. (Foto: GETTY / Gil Cohen-Magen via al-monitor.com)

Hadapi Militer China dan Rusia, Jepang Bangun Kapal Induk Baru

Kapal Perang Perusak DDH183 Izumo class, Angkatan Bersenjata Maritim Jepang, terlihat selama upacara peluncurannya di Yokohama. (Foto: Reuters)
TOKYO -- Bangkitnya kekuatan militer China dianggap sebagai ancaman terbesar bagi Jepang. Negeri para samurai tersebut berupaya terus meningkatkan kekuatan militernya untuk bisa mengimbangi dan bahkan melampaui China.

Selama lebih dari dua dekade berjalan, Jepang telah membeli dan memproduksi berbagai alutsista, diantaranya pesawat tempur, rudal dan bahkan kini Jepang berencana akan membangun kapal induk, untuk melawan kapal induk Lioning milik Angkatan Laut China.

Jepang membangun kapal induk terbaru yang rencananya digunakan sebagai pangkalan militer bergerak, dan menjadi landasan pacu berbagai pesawat tempur Jepang, diantaranya adalah jet tempur F-35B Lightning yang dibeli Jepang dari Amerika Serikat (AS).

Jepang telah menandatangi kesepakatan pembelian 42 jet tempur siluman dari AS. Nanti pesawat tempur berteknologi generasi kelima tersebut akan ditempatkan di kapal perang JS Izumo dan JS Kaga.

Kapal perang Izumo class dan Kaga class sering disebut-sebut oleh para analis militer sebagai kapal perang "semi kapal induk," karena ukurannya yang sangat besar dan secara desain serupa dengan kapal induk.

Namun, kapal perang Izumo class dan Kaga class masih terlalu kecil untuk bisa menampung puluhan jet tempur F-35B. Sebelumnya kapal tersebut hanya mengangkut helikopter antikapal selam, karena Jepang belum memiliki pesawat yang mampu terbang dan mendarat di kapal.

Untuk itu Jepang berencana akan mengupgrade kemampuan dan ukuran kapal perang canggih itu, hingga memiliki kemampuan yang serupa dengan kapal induk yang sebenarnya. Japan Times melaporkan, pemerintah Jepang telah sepakat mengaplikasikan pedoman pertahanan baru untuk anggaran fiskal tahun 2009.

Pedoman pertahanan baru Jepang akan memodifikasi kapal perusak Izumo menjadi kapal induk yang mampu mengangkut F-35B, varian F-35 yang bisa lepas landas secara vertikal. Kedua kapal tersebut kini telah ditarik kembali ke galangan kapal untuk direnovasi dan didesain ulang agar bisa menampung pesawat F-35B.

Jet tempur siluman F-35Bs saat mendarat di atas kapal perang USS America pada bulan November 2016. Jepang sekarang mempertimbangkan untuk menjadikan kapal perang Izumo class sebagai operator jet tempur F-35B selain sebagai landasan pacu helikopter antikapal selam. (Sumber foto: Lockheed Martin)
“Dengan perubahan drastis lingkungan keamanan di sekitar Jepang, pemerintah akan mengambil segala langkah untuk melindungi kehidupan dan aset rakyat Jepang. Kajian terhadap petunjuk pertahanan baru menunjukkan rakyat Jepang dan dunia membutuhkan pertahanan kita," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga dilansir CNN.

Kapal perusak kelas Izumo adalah kapal perang terbesar Jepang yang dibangun setelah kekalahan di Perang Dunia II. Menurut laporan The Independent, 19 Desember 2018, Jepang telah mengucurkan US$ 1,2 miliar atau Rp 17,2 triliun (kurs Rp 14,380.01/Dolar AS) untuk membuat Izumo pada 2013.

Izumo adalah kapal perusak namun memiliki ukuran besar dengan dek landasan yang bisa beralih fungsi dari kapal perusak menjadi kapal induk. Dilansir dari The Royal Institute of Naval Architect, rina.org.uk, Izumo dibuat setelah kapal kelas Hyuga senilai US$ 1,1 miliar atau Rp 15,8 triliun pada 2004 dan 2006.

Konstruksi Izumo dimulai pada 2011 di IHI Marine United di Yokohama. Uji pelayaran pada 29 September 2019 hingga resmi ditugaskan untuk Angkatan Pertahanan Laut Jepang pada 25 Maret 2015. The Royal Institute of Naval Architect melaporkan total produksi kapal tersebut sekitar US$ 1,5 miliar atau Rp 21,5 triliun.

Kapal perusak kelas Izumo memiliki panjang 248 meter dengan lebar 50 meter, tinggi 33,5 meter dan kedalaman 7,5 meter. Bobot bersih sekitar 19.500 ton, sementara bobot kotor 27 ribu ton. Kapal ini mampu mengangkut 400-500 awak dengan lima level tingkat.

Dek kapal Izumo mampu mengoperasikan 5 helikopter secara bersamaan, sementara hanggarnya bisa menampung 14 helikopter. Secara keseluruhan jika dek parkir difungsikan, maka total bisa menampung 25 helikopter lebih. Izumo mampu melaju dengan kecepatan maksimum 30 knot dengan Combined gas turbine and gas turbine (COGAG).

Selain pengangkut helikopter, Izumo juga dilengkapi dengan rudal pertahanan Mk 41 VLS dan ESSM. Dilengkapi dengan sistem tempur ATECS dan radar OPS-50 AESA, radar OPS-28 yang mampu melacak obyek permukaan, radar navigasi OPS-20, sonar OQQ-23, NOLQ 3D-1 untuk perang elektronik, dan varian sistem komunikasi lain. Kapal juga dilangkapi dengan enam Mk 137 peluncur torpedo dan sistem anti-torpedo OLQ-1.

Kapal induk kelas wahid Jepang milik Pasukan Bela Diri Jepang Jepang (JMSDF), DDH-184 Kaga terlihat di sebelah wahana helikopter JMSDF, Izumo di Yokohama, Jepang, 22 Maret 2017. (Sumber foto: Kyodo / via REUTERS)
Dalam panduan peningkatan pertahanan Jepang, telah mencantumkan China, Korea Utara dan Rusia sebagai entitas ancaman terbesar bagi Jepang. Ketiga negara tersebut dianggap memiliki kekuatan militer yang terus berkembang dan harus diwaspadai dan dipantau ketat setiap saat.

Sebagai catatan, sejak kebangkitan ekonomi China, negara komunis itu secara masif dan agresif terus meningkatkan kekuatan militernya. China meningkatkan jumlah personel Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), membangun berbagai jet tempur, memproduksi kapal induk dan mendirikan pangkalan militer di sejumlah negara di kawasan Asia dan Afrika.

Perilaku militer China yang dianggap tidak lumrah itu tentu saja dikhawatirkan Jepang. Ditambah lagi negara tersebut juga masih berkonflik dengan Rusia dalam memperebutkan gugusan kepulauan Kuril yang disengketakan kedua negara.

Menanggapi rencana Jepang tersebut, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan, Jepang sedang “bernyanyi dengan nada lawas” dan membuat “pernyataan tak berarti” tentang aktivitas pertahanan China yang normal saja.

“Apa yang dilakukan Jepang saat ini adalah meningkatkan dan mengembangkan hubungan China-Jepang dalam kerangka stabilitas dan perdamaian. China mengekspresikan ketidakpuasan dan perlawanan terhadap itu (peningkatan anggaran pertahanan),” ujar Hua.

Rusia pun menyatakan pernyataan senada dengan China. Moskow juga menyatakan akan membangun barak militer baru bagi tentaranya di kepulauan Kuril yang dikuasai dari Jepang pada akhir Perang Dunia II.

Terkait semakin memanasnya situasi militer di kawasan Asia, Analis keamanan Asia di Universitas Freie di Berlin, Corey Wallace mengatakan, Beijing terpaksa akan memberikan perhatian penuh terhadap peningkatan kemampuan kapal induk Jepang. “Itu akan membuat proyeksi militer China semakin ke arah konflik teritorial di Kepulauan Ryukyu, Jepang,” kata Wallace.

Tapi Wallace memperingatkan bahwa, walau sudah diupgrade, kapal induk Jepang tetap berukuran relatif kecil jika dibandingkan kapal induk AS kelas Nimitz 90.000 ton dan kapal induk China dan Liaoning dengan 58.000 ton.

Jepang meluncurkan kapal kedua dan terakhir sebagai wahana helikopter antikapal selam, kelas Izumo yang baru, di galangan kapal Jepang Marine United di Yokohama. Ini merupakan kapal perang terbesar yang dibangun Jepang sejak Perang Dunia II. (Sumber foto: Japan Marine United via sputniknews.com)

Menhan Malaysia Kagum dengan Industri Pertahanan Indonesia

Menteri Pertahanan Malaysia, Haji Mohamad bin Sabu saat bertemu dengan Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu. (Sumber foto: kemhan.go.id)
KUALA LUMPUR -- Menteri Pertahanan Malaysia, Haji Mohamad bin Sabu menyatakan ingin mencontoh industri pertahanan Indonesia yang telah sukses membuat dan memproduksi berbagai peralatan tempur seperti kapal perang, pesawat, tank, senapan serbu, amunisi dan berbagai alutsista lainnya.

Dilansir dari laman berita Astroawani.com, Sabu menyampaikan hal tersebut saat menghadiri pertemuan kerja sama Sidang General Border Commitee (GBC) Malindo ke-41 di Pullman Hotel, Legian Bali, Kamis, 15 November 2018.

Mohammad Sabu mengaku sangat kagum dengan Indonesia yang telah mampu memproduksi berbagai alutsista asli buatan dalam negeri.

Sabu berpendapat, melihat masifnya perkembangan industri pertahanan Indonesia, seharusnya negara-negara yang tergabung dalam ASEAN tidak perlu lagi harus mengimpor senjata dari negara-negara Barat.

“Bukan kita mau berperang, tetapi daripada kita beli di negara luar, lebih baik dibeli dari kalangan negara ASEAN. Kalau ada pertukaran uang pun, cuma di kalangan negara ASEAN,” katanya.

Mohammad Sabu bahkan mengusulkan agar negara-negara ASEAN membangun industri pertahanan bersama, sehingga mampu membuat berbagai alutsista tanpa harus bergantung pada buatan Barat. 


“Kita tidak mau negara menjadi pengimport terus-menerus, kalau bisa, kita buat sendiri kapal-kapal patroli, kapal perang, dan sebagainya," tegas Mohamad Sabu.

Selain bicara soal industri pertahanan Indonesia, Menhan Malaysia itu juga bicara seputar kerja sama militer negeri jiran tersebut dengan militer Indonesia. 


Sejumlah kerja sama baru telah disepakati, diantaranya menambah pos pengawasan dan pos patroli Laut di perairan Laut Sulu, Filipina, yang berbatasan dengan kedua negara.
Panser Anoa, merupakan salah satu alutsista buatan Indonesia yang telah dibeli oleh militer Malaysia. (Foto: Istimewa)

Rudal S-300 Suriah Ubah Peta Kekuatan di Timur Tengah

Kebijakan pemerintah Rusia dengan menempatkan rudal sistem pertahanan udara S-300 di Suriah, membuat perimbangan kekuatan di Timur Tengah menjadi berubah. Militer Israel dan Amerika Serikat yang dulu sangat mendominasi di kawasan tersebut, kini mulai tertekan dengan kehadiran rudal pertahanan udara canggih tersebut. (Foto: debka.com)
TEL AVIV -- Media-media massa Israel menanggapi serius pengiriman sistem antirudal S-300 oleh Rusia ke Suriah. Stasiun televisi Israel Chanel 9, menyebut Angkatan Udara Israel akan menghadapi mimpi buruk. The Jerusalem Post mengatakan, keberadaan sistem rudal canggih S-300 akan benar-benar mendongkrak kapabilitas militer Suriah.

Sementara media Haaretz dalam headline-nya, menulis "Kehadiran S-300 di Suriah Membuat Israel Berpikir Dua Kali di Aksi Berikutnya". Haaretz menambahkan, saat ini jadi masa paling sulit bagi Tel Aviv menyikapi perkembangan ini. 


Sedangkan surat kabar Ynetnews menyebut kedatangan rudal S-300 di Suriah adalah kabar buruk bagi Israel.

Sebab, rudal balistik itu akan membatasi manuver armada udara Israel yang selama ini begitu leluasa menerbangi wilayah Lebanon dan Suriah. 


Bukan hanya Israel, Amerika Serikat (AS) dan negara-negara sekutu yang menjadi musuh utama Damaskus juga mencemaskan pengiriman rudal S-300 ke Suriah.

Kebijakan Moskow mengirim misil S-300 ke Suriah dipicu akibat ditembak jatuhnya pesawat pengintai Il-20 Rusia di atas langit Suriah. Peristiwa nahas tersebut menewaskan 15 tentara Rusia.

Menurut Rusia, pesawat itu secara keliru ditembak jatuh oleh rudal S-200 Suriah, yang sebetulnya diarahkan ke jet tempur Israel F-16 yang tengah menyerang negara tersebut. 


Namun, salah satu pilot F-16 berhasil menghindari tembakan itu dan mengalihkannya ke pesawat Rusia yang memiliki permukaan pantulan lebih besar. Tak terelakkan, pesawat Rusia menjadi sasaran empuk rudal S-200 dan meledak di udara.

Menanggapi hal ini, Moskow langsung mengambil langkah khusus demi mencegah terulangnya tragedi serupa. Karena itu, Moskow hendak melengkapi pertahanan udara Suriah dengan sistem yang dua kali lebih baik.

Selain mengirimkan sistem antirudal S-300, Menhan Rusia Sergei Shoigu menegaskan, Rusia akan menetapkan larang terbang di wilayah Latakia hingga lepas pantainya. Zona larangan terbang ini akan memangkas pergerakan Israel dan pesawat asing lainnya.


Lalu, sebenarnya secanggih apa misil pertahanan udara S-300 buatan Rusia tersebut, hingga mampu membuat Israel dan sekutunya seperti "terkencing-kencing" ketakutan?

Kecanggihan Rudal S-300 Buatan Rusia

S-300 (pelaporan nama NATO: SA-10 Grumble) adalah serangkaian sistem pertahanan rudal permukaan-ke-udara yang dikembangkan pada tahun 1970-an, dan menjadi tulang punggung pertahanan udara Rusia pada era Uni Soviet.

Kemampuan rudal sistem pertahanan udara S-300 dalam membentengi wilayah Iran dari serangan musuh. Sebelum Suriah, Iran telah lebih dulu membeli dan menginstal rudal S-300 di sejumlah titik strategis negara tersebut. (Infografis: graphicnews)
Misil canggih ini mengambil DNA dari rudal S-75 yang merupakan misil SAM pertama yang dimiliki Uni Soviet. S-75 adalah rudal legendaris, yang telah menembak jatuh pesawat mata-mata U-2 Amerika Serikat di atas ruang udara Uni Soviet pada tahun 1960, dan mempermalukan pemerintahan Presiden AS, Eisenhower.

Rudal yang dikembangkan dan diproduksi oleh perusahaan pertahanan Rusia, NPO Almaz-Antey tersebut, mempunyai jarak tembak 150 km dengan kecepatan 4 Mach. 


Dalam upgrade versi terbaru, daya jangkau S-300 ditingkatkan hingga mencapai 300 kilometer, dan memiliki alat pelacak jet dan roket. Rudal pintar ini juga mampu menyergap benda yang terbang rendah maupun tinggi (25M- 25KM).

Awalnya misil S-300 dikembangkan sebagai benteng pertahanan Angkatan Udara Uni Soviet dari serangan rudal jelajah dan rudal balistik Amerika Serikat dan sekutu. Kemampuan S-300 semakin berkembang dan kini mampu mendeteksi, menyergap dan menghancurkan Pesawat tempur, Helikopter, Drone, Roket Balistik, serta Peluru Kendali antar-benua (ICBM).


Walau masuk kategori alutsista keluaran lama, S-300 masih dianggap sebagai sistem pertahanan udara terkuat di dunia, sebelum keluarnya misil pertahanan udara generasi terbaru buatan Rusia lainnya seperti misil S-400 dan S-500. Sejumlah analis militer menyatakan S-300 Rusia setara dengan rudal Patriot AS, bahkan dalam beberapa spesifikasi, S-300 lebih unggul dari Patriot AS.
 
Sistem pertahanan S-300 dapat melacak hingga 12 target serangan, dimana enam baterai rudal lainnya bisa menyasar objek yang terpisah dan berbeda secara bersamaan. 


Misil S-300 adalah sistem pertahanan mobile yang dirancang untuk memukul mundur dan menghancurkan serangan udara besar-besaran, dimana tingkat akurasi yang diciptakan S-300 mampu menghancurkan 80 hingga 95 persen formasi pesawat tempur musuh.

Hingga kini, tidak ada satupun jet tempur di dunia yang bisa menandingi kecepatan misil S-300, yang mampu mencapai kecepatan di atas 7200 km / jam dan mampu mencapai ketinggian maksimum 98.000 kaki.


Bahkan pada pengembangan versi terbaru, misil S-300 mampu menembak jet tempur yang berusaha bersembunyi dari jangkauan radar dengan terbang rendah 20 kaki di atas permukaan laut.

Pengiriman misil S-300 ke Suriah akan mendongkrak kekuatan militer Damaskus secara signifikan. Sebab selama ini untuk mempertahankan ruang udara wilayahnya, Suriah hanya mengandalkan misil permukaan-ke-udara jangka panjang SA-5 atau biasa juga disebut S-200 buatan Uni Soviet yang diproduksi pada akhir 1960-an.

Rudal S-200 Suriah yang sudah tua hampir benar-benar tak berdaya melawan kecanggihan jet-jet tempur generasi terbaru, drone maupun rudal balistik Israel dan AS. Sistem pertahanan udara terbaru yang mereka miliki hanya rudal jarak pendek Pantsir S-1.

Rudal pertahanan udara S-300 mampu membentengi seluruh wilayah udara Suriah dari serangan Israel dan Amerika Serikat. (Infografis: RT.com)
Namun dengan memiliki S-300, Suriah mampu mendeteksi jet tempur Israel, 107 detik saat tinggal landas dari pangkalan udara Tel Aviv. Artinya Suriah mampu mengunci pergerakan jet tempur Israel bahkan hingga di dalam basis pertahanan terdalam sekalipun.

Misil S-300 yang dimiliki Suriah menjadi momen penting, sebab ini untuk pertama kalinya dalam sejarah Timur Tengah, bangsa Arab akan memiliki kemampuan untuk menembak jatuh pesawat tempur Israel di atas wilayah negara zionis tersebut.

Robert Hewson, editor IHS Jane, menggambarkan sistem S-300 sebagai alat yang tangguh dan dihormati oleh para perencana militer Barat. "Jika rencana Anda adalah melenggang ke wilayah udara Suriah dan memulai pengeboman, ini adalah kesalahan terbesar," kata Hewson.

Sebagai contoh, S-300 dapat mengeliminasi jet-jet tempur taktis dan pengebom canggih yang dilengkapi teknologi siluman. S-300 dapat menangkis rudal jelajah Tomahawk (salah satu senjata utama kapal perusak AS) dan rudal balistik dengan jangkauan hingga 2.500 km, serta rudal jarak pendek yang diluncurkan dari negara-negara tetangga Suriah.

Tak hanya itu, S-300 dapat beroperasi bahkan ketika sistemnya dikacaukan oleh perangkat peperangan elektronik lainnya. Selain sulit dilumpuhkan S-300 juga sangat sulit dideteksi pergerakannya.

S-300 akan semakin mematikan jika digunakan bersama-sama dengan artileri anti-pesawat (AAA) dan pesawat tempur. Cara kerjanya rudal S-300 mendorong pesawat musuh ke dalam "perangkap buta" di mana baterai AAA dan pesawat tempur menunggu mereka.

Salah satu yang paling ditakuti oleh AS dan sekutunya mengenai sistem pertahanan S-300 adalah, mampu menjiplak navigasi satelit, radar onboard dan sistem komunikasi pesawat tempur musuh yang berusaha menyerang sasaran.

Tidak cukup sampai disitu, perangkat S-300 juga mampu mengcopy dan menyalin semua data, sistem dan kecanggihan pesawat tempur musuh yang sudah masuk dalam jangkauan perangkap radarnya.

Saat ini Rusia sudah mengembangkan hingga tiga varian rudal S-300, dan beberapa sub varian lainnya yang memiliki kecanggihannya masing-masing. Diantara varian tersebut adalah: basis darat S-300P (SA-10), basis laut S-300F (SA-N-6), basis laut S-300FM (SA-N-20), S-300V (SA-12), S-300PMU-1/2 (SA-20), S-400 (SA-21) dan S-300VM (SA-X-23).

Versi S-300P diletakkan di atas truk mirip peluncur rudal balistik, S-300F untuk di kapal perang, dan terakhir S-300V yang dibopong kendaraan beralaskan track, mirip 9K37 Buk (SA-11 'Gadfly'). Yang terakhir ini juga dikenal dengan nama Antey-300.

Saat Iran menekan perjanjian kerja sama pembelian rudal S-300 dari Rusia, Israel sebenarnya sudah langsung melakukan penelitian untuk mencari cara melumpuhkan sistem pertahanan udara canggih tersebut.

Reuters melaporkan, Israel dengan dibantu AS, pada tahun 2015 pernah berlatih melawan sistem rudal S-300 yang dipasok oleh Rusia di Yunani. Yunani adalah satu-satunya negara anggota NATO yang membeli rudal S-300 buatan Rusia. Tapi hingga kini upaya itu belum juga berhasil.

Uji coba penembakan misil sistem pertahanan udara S-300 buatan Rusia. (Sumber foto: Reuters)

Israel dan AS Ketar-Ketir Hadapi Rudal S-300 Suriah

Israel dan sekutunya, Amerika Serikat mengecam keras kebijakan Rusia dengan mengirim sistem pertahanan udara rudal S-300 ke Suriah. (Sumber foto: AP)
DAMASKUS -- Surat kabar Israel Haaretz melaporkan, rezim Suriah telah menempatkan empat sistem pertahanan rudal anti-pesawat S-300 Rusia di belahan utara negara itu. Hal ini diketahui dari rilis rekaman yang diambil oleh satelit Israel yang menunjukkan salah satu peluncur sudah dipasok oleh Rusia ke Suriah.

Menurut Haaretz, salah satu sistem pertahanan udara S-300 dikerahkan di daerah Musyaf, sebelah utara kota Homs. Kawasan itu memiliki jaringan industri senjata Suriah di mana Iran dan Suriah telah berusaha memproduksi senjata presisi untuk Hizbullah. Israel telah menyerang wilayah itu beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir.

Sedangkang Izvestia, pada hari Jumat (19/10/2018), melaporkan, Rusia telah memasok militer Suriah dengan sistem pertahanan rudal S-300PM-2, versi lain dari S-300 yang lebih canggih. Pengiriman senjata pertahanan itu untuk melawan serangan Israel.

Misil S-300PM-2 yang dipasok ke militer Damaskus memiliki sistem radar dan komunikasi yang lebih canggih. Senjata pertahanan itu telah digunakan oleh tentara Rusia sejak 2010.

Laporan yang mengutip pejabat di Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, tiga baterai dari sistem S-300PM-2 telah ditransfer ke Suriah. Sistem baru ini merupakan pasokan tambahan dari baterai S-300 yang dikirim Moskow awal bulan ini. Secara bertahap, Rusia akan mengirimkan hingga delapan bateral misil S-300 ke Suriah.

"Pos komando pasukan Suriah dan unit pertahanan udara militer akan dilengkapi dengan sistem kontrol otomatis, yang telah disediakan hanya untuk Angkatan Bersenjata Rusia. Ini akan memastikan manajemen terpusat dari semua kekuatan pertahanan udara Suriah, fasilitas, pemantauan situasi di wilayah udara dan penetapan target yang cepat," kata Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu.


"Yang paling penting, S-300 akan memastikan identifikasi semua pesawat Rusia oleh pasukan pertahanan udara Suriah," tegas Shoigu, menjelaskan cara kerja misil S-300 di Suriah.
Uji coba penembakan misil sistem pertahanan udara S-300 buatan Rusia. (Sumber foto: Reuters)
Israel dan Amerika Serikat "Ketar-Ketir" Hadapi Misil S-300 Suriah

Israel dan Amerika Serikat (AS) mengecam keras pengiriman rudal S-300 ke Suriah. Bahkan Israel dan AS sudah melakukan berbagai macam cara untuk menghentikan masuknya rudal canggih tersebut ke wilayah Timur Tengah.

Menteri Pertahanan Israel Moshe Yaalon mengatakan, pengiriman misil S-300 ke Suriah merupakan suatu hal yang tidak dapat diterima. Israel memperingatkan Rusia bahwa kebijakan Moskow untuk mengirim misil S-300 ke Suriah dapat membahayakan kawasan Timur Tengah.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga sudah berulang kali melakukan komunikasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, agar membatalkan pengiriman S-300 ke Suriah. 


Bahkan pada tanggal 9 Oktober, Netanyahu berbicara langsung dengan Wakil Perdana Menteri Rusia Maxim Akimov di Yerusalem, agar Moskow menghentikan pengiriman S-300 tersebut.

Israel membujuk Rusia dan beralasan tidak akan lagi menjadikan jet-jet tempur Rusia di Suriah sebagai target sasaran mereka. Israel berkilah, operasi militer yang mereka lakukan selama ini di Suriah hanya menyasar pabrik dan gudang-gudang persenjataan Iran yang sering digunakan oleh milisi Hizbullah.

Selain berusaha melobi Rusia, Pemerintah Israel, berusaha mempengaruhi Dewan Keamanan PBB agar mengambil sikap terkait tindakan Rusia tersebut. PM Netanyahu sempat mengadakan pertemuan dengan DK PBB untuk membahas perkembangan. Bersama sekutunya Presiden AS, Donald Trump, dia mendesak masalah ini diangkat di Majelis Umum PBB.

Sedangkan Menteri Energi Israel Yuval Steinitz mengatakan, Kabinet Keamanan Israel mengakui penempatan S-300 di Suriah adalah masalah yang problematik bagi militer Israel. "Dan itu bisa juga untuk Amerika. Ini adalah sistem yang tentu menyulitkan kami dan membutuhkan solusi untuk ditemukan," kata Steinitz dikutip dari Army Radio.

Seirama dengan Israel, AS pun mengutuk Rusia yang mengirim rudal S-300 ke Suriah. Jenderal Joseph Votel, Komandan pasukan AS di Timur Tengah mengatakan, pengerahan S-300 itu hanya akan memicu eskalasi dan respons spontan yang tidak perlu, dan menuding senjata anti-pesawat itu hanya untuk melindungi kejahatan rezim Iran dan Suriah.

Presiden Suriah Bashar al-Assad saat bertemu dengan sekutu kuatnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin. (Sumber foto: ndtv.com)

'Bau Busuk' Nepotisme Jokowi di Balik Pelantikan Jenderal Andika dan Maruli

Sejumlah pengamat dan aktivis HAM mempertanyakan kebijakan rezim Jokowi yang mengangkat para Jenderal TNI yang memiliki hubungan keluarga dengan sejumlah tokoh tim suksesnya. Jokowi diduga memiliki agenda terselubung untuk memenangkan dirinya dalam kontestasi politik di 2019.
"Ada kompetisi yang hilang dalam proses ini terkesan sejak awal mereka-mereka ini memang sudah disiapkan bahkan mengabaikan, cenderung abai terhadap kelayakan prestasi segala macam,"
JAKARTA -- Dalam kurun waktu kurang dari sebulan, dua menantu dari orang dekat Presiden Joko Widodo dilantik menempati dua posisi strategis di jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Paling baru, ada Brigadir Jenderal Maruli Simanjuntak yang resmi diangkat menjadi Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Danpaspampres). Diketahui dia adalah menantu dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.

Sebelum Maruli, ada Letnan Jenderal Andika Perkasa menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menggantikan Jenderal Mulyono. Andika diketahui merupakan menantu dari mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud (AM) Hendropriyono.

Direktur Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai pengangkatan Maruli dan Andika tidak terlepas dari unsur nepotisme. Hal itu karena keduanya dekat dengan pusaran kekuasaan.

"Kalau soal nepotisme sedikit banyak masuk dalam pertimbangan itu, bisa jadi poin plus oh itu orang kita kan gitu tapi kalau itu menjadi alasan utama saya kira itu yang keliru," ucap Fahmi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (3/12).

Ia juga menilai pengangkatan keduanya bisa berpotensi memecah soliditas di tubuh TNI lantaran kompetisi internal seakan hilang. Maruli dan Andika terlihat seperti sudah disiapkan sejak lama untuk menduduki dua posisi tersebut.

"Ada kompetisi yang hilang dalam proses ini terkesan sejak awal mereka-mereka ini memang sudah disiapkan bahkan mengabaikan, cenderung abai terhadap kelayakan prestasi segala macam," tutur dia.

Dengan begitu, imbuh Fahmi, perwira yang tidak dekat dengan kekuasaan kemudian berpotensi kehilangan semangat karena putus asa. Jika hal itu terjadi tentunya akan merugikan bahkan bisa membahayakan organisasi TNI dan negara.

Kendati begitu isu perpecahan di TNI karena pengangkatan keduanya bisa diredam dengan berbagai cara. Kendati bisa diredam, Jokowi dan jajarannya harus lebih berhati-hati lagi agar tidak menggoyang keutuhan TNI sebagai organisasi.
AM Hendropriyono dan Luhut B. Panjaitan, dua mantan jenderal TNI yang menjadi tim sukses utama pemenangan Jokowi saat pemilu Presiden 2014 lalu. (Foto: Istimewa)
"Kalau bicara potensi perpecahan saya kira ada tinggal nanti bagaimana itu dikonsolidasikan lagi tapi tentu saja luka tetap akan berbekas. Kalau bisa disembuhkan tapi saya kira akan tetap berbekas saya kira itu filosofi penting untuk dijaga artinya dalam hal ini jangan sampai terulang lah ya pola pengangkatan yang saya kira kurang rapih," tuturnya.

Jokowi Tersandera

Lebih lanjut, Fahmi mengatakan pengangkatan Maruli dan Andika mengesankan Jokowi tersandera lantaran terlalu menumpukkan kepercayaan pada orang-orang terdekatnya seperti Luhut dan Hendropriyono.

"Kesan begitu ada ya karena kalau saya melihat bahwa menumpukan kepercayaan dan kekuatan pada satu dua orang atau segelintir orang itu lebih banyak bahayanya ya mudaratnya daripada manfaatnya bagi Jokowi," ujar dia.

Jokowi terkesan tidak menciptakan kompetisi yang sehat di lingkungan TNI dengan pengangkatan Maruli dan Andika. Menurut dia, jika Jokowi bisa menciptakan kompetisi yang sehat di lingkungan TNI akan berdampak positif lantaran dia bisa memperkuat jaringan di sana.

"Karena mestinya kalau ada kompetisi sepanjang bisa mengelolanya lebih baik itu justru akan lebih menguntungkan. Karena dengan begitu dia bisa memperluas jaringannya kemudian memperluas pengaruhnya di lingkungan TNI," ucapnya.

"Dengan kesan ada anak emas seperti ini kesannya jadi kompetisi internal hilang, kompetisi tidak terjadi, dan ada penumpuan kepercayaan terhadap segelintir orang. Ini yang berbahaya bisa merugikan," tuturnya.

Sementara itu, pengamat militer Muradi menilai pengangkatan Maruli dan Andika sarat dengan unsur politis. Hanya saja, menurut dia tujuan keduanya diangkat bukan untuk memenangkan petahana di Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.

Keduanya diangkat dengan mempertimbangkan loyalitasnya terhadap kepala negara. Sosok Maruli dan Andika, kata dia, akan lebih mudah untuk dikendalikan oleh Jokowi dalam hal menjalankan fungsinya sebagai TNI.
Presiden Joko Widodo melantik Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang baru , di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/11/2018). (Foto: ANTARA / Wahyu Putro A.)

Pengangkatan KSAD Berunsur Politik untuk Menangkan Jokowi di 2019

Sejumlah pengamat dan aktivis HAM mempertanyakan niatan rezim Jokowi yang mengangkat para Jenderal TNI yang memiliki hubungan keluarga dengan sejumlah tokoh tim suksesnya. Jokowi diduga memiliki agenda terselubung untuk memenangkan dirinya dalam kontestasi politik di 2019.
"Janganlah TNI dikorban untuk politik praktis lagi. Bangsa ini tidak akan maju jika masalah akal sehat, keadilan dan kebenaran ditutupi,"
JAKARTA -- Kebijakan Presiden Joko Widodo dengan mengangkat menantu Luhut Binsar Panjaitan, Brigadir Jenderal Maruli Simanjuntak sebagai Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Danpaspampres) dan menantu AM Hendropriyono, Jenderal Andika Perkasa sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), menjadi pertanyaan besar bagi para pengamat.

Bahkan sejumlah pengamat sudah jauh-jauh hari mengkritisi rezim Jokowi soal pengangkatan dua menantu tim sukses utamanya tersebut, yang dianggap tidak lumrah dan bahkan melabrak pakem jenjang karir para Jenderal di tubuh TNI

Saat Jokowi menaikkan dengan "kilat" jenjang karir Jenderal Andika Perkasa menjadi Komandan Paspampres, Pengamat militer dari Presiden University, Anak Agung Banyu Perwita, menyatakan jabatan yang diberikan kepada Andika merupakan politik balas budi Jokowi kepada Hendropriyono yang telah mendukungnya dalam pilpres 2014 lalu.

Perwita menyatakan pengangkatan jabatan di militer berdasarkan tali hubungan keluarga adalah hal yang tidak biasa dan menduga tidak menutup kemungkinan adanya unsur KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) dalam pengangkatan Andika, karena adanya faktor tokoh tim suksesnya, yakni Hendropriyono di belakang Andika.

"Memang agak jarang jabatan di militer karena faktor itu (KKN). Meski penunjukan beliau jadi persoalan karenan ada tali hubungan dengan Hendropriyono, ya wajar," tuturnya," seperti dikutip dari laman Okezone.com, Kamis (16/10/2014).

Hal senada juga disampaikan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Pane di tahun sebelumnya. 


IPW menilai pengangkatan Mayjen Andika Perkasa sebagai Dan Paspampres dan Kolonel Inf Maruli Simanjuntak sebagai Dan Grup A Paspampres merupakan penyimpangan dari konsep Revolusi Mental yang digagas oleh Presiden Joko Widodo.

Pane mengatakan esensi dari Revolusi Mental ialah penegakan supremasi hukum, perbaikan birokrasi, pemberantasan korupsi, bebas kolusi, maupun nepotisme, sedangkan kedua jenderal tersebut adalah dua keluarga dekat anggota tim suksesnya.


"Hendropriyono dan Luhut adalah tim sukses Jokowi. Sepertinya ada upaya balas jasa yang dilakukan Jokowi terhadap kedua jenderal purnawirawan itu," katanya seperti dikutip dari kabar24.bisnis.com, Kamis (23/10/2013).
AM Hendropriyono dan Luhut B. Panjaitan, dua mantan jenderal TNI yang menjadi tim sukses utama pemenangan Jokowi saat pemilu Presiden 2014 lalu. (Foto: Istimewa)
Jika dugaan (KKN) tersebut benar, Neta berpendapat kabinet yang disusun Jokowi juga akan terjebak dalama nepotisme dan upaya balas jasa, tidak dapat merealisasikan kabinet yang profesional. Dia berharap Jokowi dapat bersikap konsisten dengan menjauhkan politik kolusi sehingga konsep bekerja untuk bekerja bisa berjalan efektif.

Sekarang, seperti sudah disetting dan diplot jauh-jauh hari, Jokowi kembali mendongkrak karir kedua menantu orang kepercayaannya tersebut secara cepat dengan mengangkat menantu Luhut Binsar Panjaitan, Brigadir Jenderal Maruli Simanjuntak sebagai Danpaspampres dan menantu AM Hendropriyono, Jenderal Andika Perkasa sebagai KSAD TNI.


Aktivis HAM Haris Azhar, yang menilai pemilihan Andika sebagai KSAD mengandung tanda tanya besar. Ia memahami pemilihan adalah hak presiden sesuai yang tercantum dalam UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, namun bukan berarti tidak melekat syarat akuntabilitas terhadap nama pemimpin TNI AD tersebut.

Haris mengatakan, nama Andika pun tak bersih-bersih amat dari kasus HAM. Andika diberatkan posisinya oleh Hendropriyono. Saat berkarier di militer, Hendropriyono diduga terkait dengan peristiwa pelanggaran HAM di Talangsari pada 1989. Saat menjadi kepala BIN dia pun diberatkan dengan peristiwa pembunuhan aktivis HAM Munir.

Haris mengingatkan bahwa Hendropriyono dikenal mendukung Jokowi pada masa pencalonan Gubernur DKI Jakarta pada 2012 dan pilpres 2014 silam. Atas dasar itu, ia mengkhawatirkan TNI AD bakal digiring untuk melindungi kepentingan rezim Jokowi terutama jelang Pemilu 2019.

"Potensi main gebuk akan besar sekali. Kita ingat bagaimana Orde Baru mengandalkan tentara. Hendro adalah lulusan Orba. Jadi, rumus dan jurusnya nanti akan mirip, paling senjatanya aja yang agak berubah," kata Haris seperti dilansir dari cnnindonesia.com.

Menurut Haris, Jokowi harus bisa menjelaskan ukuran dan akuntabilitas pemilihan nama tersebut. Kenapa Andika dipilih, sementara ada banyak jenderal dalam KSAD yang bagus dan cerdas.

"Kenapa jokowi harus gugurkan kapasitas mereka hanya karena Hendropriyono? Pantas saja kasus Munir tidak selesai, pantas saja kasus-kasus pelanggaran HAM yang berat tidak tuntas, karena Jokowi memang menikmati bangunan rezim dari orang yang melanggar HAM," kata dia.

Presiden Joko Widodo melantik Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang baru , di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/11/2018). (Foto: ANTARA / Wahyu Putro A.)
Haris pun meminta DPR RI untuk mempertanyakan keputusan Jokowi melantik Andika sebagai KSAD TNI. "Janganlah TNI dikorban untuk politik praktis lagi. Bangsa ini tidak akan maju jika masalah akal sehat, keadilan dan kebenaran ditutupi," kata Haris.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Direktur Imparsial Al Araf, yang mempertanyakan alasan Presiden Jokowi memilih Jenderal Andika Perkasa sebagai KSAD, karena Jokowi memilih sosok yang paling junior.


Al Araf mengatakan pihaknya mencatat 10 nama potensial calon pengganti Mulyono yang terdiri dari jebolan angkatan Akademi Militer (Akmil) tahun 1984, 1985, 1986, dan 1987. Andika diketahui sebagai lulusan angkatan 1987.


Sepuluh nama yang sempat disodorkan Al Araf dkk ke Komnas HAM untuk ditelaah adalah Letjen Agus Surya Bakti (Sesmenkopolhukam) Akmil angkatan 1984, Letjen Doni Monardo (Sekjen Watannas) Akmil angkatan 1985, Letjen Tatang Sulaiman (Wakasad) Akmil angkatan 1986, dan Letjen Andika Perkasa (Pangkostrad) Akmil angkatan 1987.

Selanjutnya Letjen Anton Mukti Putranto (Dankodiklat TNI AD) Akmil angkatan 1987, Letjen Muhammad Herindra (Irjen TNI) Akmil angkatan 1987, Mayjen Joni Supriyanto (Pangdam Jaya) Akmil angkatan 1986, Mayjen Besar Harto Karyawan (Pangdam Siliwangi) Akmil angkatan 1986, Mayjen Wuryanto (Pangdam Diponegoro) Akmil angkatan 1986, dan Mayjen Arip Rahman (Pangdam Brawijaya) Akmil angkatan 1988.

Jika diukur dari konteks regenerasi, kata Al Araf, maka Jokowi seharusnya lebih mempertimbangkan angkatan yang lebih senior untuk dipilih menggantikan Mulyono. Hal ini, kata dia, pun untuk menjaga dinamika di dalam tubuh TNI AD.

"Pengangkatan Andika akan mengganggu dinamika, regenerasi di dalam tubuh TNI AD," kata Al Araf seperti dilansir dari CNNIndonesia.com, Kamis (22/11).

Menurut Al Araf, bila Jokowi ingin memilih sosok paling muda seharusnya memilih orang yang memiliki catatan positif dan terbukti dengan penghargaan yang diperoleh selama perjalanan kariernya, seperti penghargaan Adhi Makayasa. Adhi Makayasa adalah penghargaan yang diberikan kepada lulusan terbaik setiap matra dari Akademi Militer.

Sebuah diskusi ilmiah yang membedah dugaan keterlibatan mantan ketua BIN Purnawirawan Jenderal AM Hendropriyono dalam pembantaian Talangsari di Lampung. (Foto: satuharapan.com)
Jika sosok demikian yang dipilih, kata Al Araf, Jokowi terlihat memilih atas dasar alasan yang kuat, yakni karena orang tersebut memiliki catatan positif.

"Kalau pilih angkatan 1987, kenapa enggak memilih mereka yang memiliki bintang Adhi Makayasa. Pak Herindra, ia bintang 3 juga, angkatan '87 sama dengan Pak Andika, tapi dia menyandang Adhi Makayasa. Kenapa enggak memilih dia (Herindra)?," ucap Al Araf.


Atas dasar itu, Al Araf mengatakan tak memungkiri kemudian ada kecurigaan bahwa pilihan KSAD diserahkan kepada Andika ada unsur politisnya. Secara pribadi, Andika pun dikenal sebagai menantu mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono, yang diketahui merupakan salah satu orang yang secara politik dekat dengan Jokowi.


Al Araf berpendapat, pemilihan Andika sebagai KSAD bernuansa kepentingan politik Jokowi menghadapi pemilu 2019. Sebab tanpa didasari alasan yang kuat. Hal ini akan memunculkan pertanyaan pada citra TNI yang sedianya netral dalam pemilu.

"Ini menjadi faktor yang berdimensi politis dalam pergantian KSAD dengan alasan kekerabatan. Potensi asumsi-asumsi dugaan publik tentang potensi abuse kepada TNI AD dalam konteks Pemilu 2019 jadi semakin besar. Oleh karenanya menurut saya ini suatu hal yang sangat tidak strategis secara politik," kata Al Araf.

Andika memulai karir militernya sejak 1987 sebagai Komandan Pleton Kopassus. Kemudian pada tahun 2000, Jenderal Andika menyelesaikan pendidikan militernya di Seskoad dan meraih gelar doktor dari George Washington University.

Karier militer Andika melesat secara "instan" di era pemerintahan Jokowi. Dua hari atau tepatnya pada 22 Oktober 2014 setelah Joko Widodo dilantik menjadi Presiden RI ke-7, Andika mendapat promosi sebagai Komandan Paspampres. Bintang dua dengan pangkat mayor jenderal pun tersemat di pundaknya.

Alhasil, Andika tercatat menjadi orang pertama yang menyandang pangkat mayor jenderal di antara rekan sesama angkatannya di Akmil 1987. Setelah mengawal Presiden Jokowi sekitar satu setengah tahun, Andika dimutasi menjadi Panglima Kodam XII/Tanjungpura pada Mei 2016.

Lalu pada awal Januari 2018, Andika mendapat promosi kenaikan pangkat menjadi letnan jenderal dengan posisi Komandan Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan (Dankodiklat) TNI. Selang tujuh bulan kemudian, Andika kembali mendapat promosi untuk menjabat sebagai Panglima Komando Strategis TNI AD (Pangkostrad).

Para demonstran dengan menggunakan topeng wajah aktivis HAM Munir, berunjuk rasa menuntut penyelesaian kasus pembunuhan Munir. AM Hendropriyono diduga turut memiliki andil besar dalam pembunuhan aktivis kemanusiaan tersebut. (Foto: ANTARA /Irsan Mulyadi)

Jokowi Angkat 2 Menantu Tim Suksesnya Sebagai Petinggi TNI

Jokowi mengangkat menantu Luhut Binsar Panjaitan, Brigadir Jenderal Maruli Simanjuntak menjadi Danpaspampres dan menantu AM Hendropriyono, Jenderal Andika Perkasa sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Kedua mantan jenderal tersebut merupakan tim sukses yang membantu Jokowi menduduki kursi RI-1.
"Ini menjadi faktor yang berdimensi politis dalam pergantian KSAD dengan alasan kekerabatan. Potensi asumsi-asumsi dugaan publik tentang potensi abuse kepada TNI AD dalam konteks Pemilu 2019 jadi semakin besar,"
JAKARTA -- Setelah rezim pemerintahan Presiden Joko Widodo mengangkat teman dekatnya yakni Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI menggantikan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, terjadi mutasi dan perombakan besar-besaran di tubuh TNI, terutama di matra TNI AD.

Dan yang terbaru yang menjadi perbincangan masyarakat adalah pengangkatan secara "instan" dua jenderal TNI yang merupakan keluarga orang dekat dan kaki tangan Jokowi yakni Luhut Binsar Panjaitan dan AM Hendropriyono.

Presiden Jokowi mengangkat menantu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, yakni Brigadir Jenderal Maruli Simanjuntak menjadi Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Danpaspampres), yang sebelumnya menempati posisi sebagai Kasdam Diponegoro.

Promosi jabatan tersebut tertuang dalam surat yang ditandatangani langsung oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto melalui Surat Keputusan Nomor Kep/1240/XI/2018 soal Pemberhentian dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan TNI.

Maruli menjadi Danpaspampres menggantikan posisi Mayor Jenderal Suhartono. Suhartono sendiri dimutasi untuk menjabat sebagai Komandan Komando Maritim. Bersama dengan surat keputusan itu, Panglima TNI menunjuk Mayor Jenderal Besar Harto Karyawan sebagai Panglima Komando Strategis Cadangan TNI AD (Pangkostrad).

Tidak sampai disitu, Jokowi kemudian juga mengangkat menantu Hendropriyono, Jenderal Andika Perkasa sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), menggantikan Jenderal Mulyono yang akan pensiun pada Januari 2019.

Suami Dyah Erwiyani, anak pertama Hendropriyono, ini sebelumnya menjabat panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) sejak 23 Juli 2018. Sedangkan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono sendiri tercatat sebagai salah satu anggota tim sukses pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam Pilpres 2014 lalu.

Karier militer Andika melesat tajam di era pemerintahan Jokowi. Dua hari atau tepatnya pada 22 Oktober 2014 setelah Joko Widodo dilantik menjadi Presiden RI ke-7, Andika mendapat promosi sebagai Komandan Paspampres. Bintang dua dengan pangkat mayor jenderal pun tersemat di pundaknya.


Alhasil, Andika tercatat menjadi orang pertama yang menyandang pangkat mayor jenderal di antara rekan sesama angkatannya di Akmil 1987. Setelah mengawal Presiden Jokowi sekitar satu setengah tahun, Andika dimutasi menjadi Panglima Kodam XII/Tanjungpura pada Mei 2016.

Lalu pada awal Januari 2018, Andika mendapat promosi kenaikan pangkat menjadi letnan jenderal dengan posisi Komandan Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan (Dankodiklat) TNI. Selang tujuh bulan kemudian, Andika kembali mendapat promosi untuk menjabat sebagai Panglima Komando Strategis TNI AD (Pangkostrad).

AM Hendropriyono dan Luhut B. Panjaitan, dua mantan jenderal TNI yang menjadi tim sukses utama pemenangan Jokowi saat pemilu Presiden 2014 lalu. (Foto: Istimewa)
Kini Andika mampu melengkapi empat bintang di pundaknya sebagai seorang jenderal di pucuk pimpinan tertinggi TNI AD. Posisi KSAD yang dijabat Andika Perkasa kini menjadi posisi paling strategis. Sebab, memiliki prospek kuat menjadi Panglima TNI berikutnya menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan pensiun dua tahun lagi.
 
Pengangkatan Orang Terdekat Jokowi Mengandung Unsur Politis

Kebijakan Jokowi yang secara "telanjang" mengangkat para Jenderal yang memiliki kedekatan langsung dengannya menjadi pertanyaan bagi sebagian masyarakat dan pengamat. 


Direktur Imparsial Al Araf mempertanyakan alasan Presiden Jokowi memilih Jenderal Andika Perkasa sebagai KSAD, karena Jokowi memilih sosok yang paling junior.

Al Araf mengatakan pihaknya mencatat 10 nama potensial calon pengganti Mulyono yang terdiri dari jebolan angkatan Akademi Militer (Akmil) tahun 1984, 1985, 1986, dan 1987. Andika diketahui sebagai lulusan angkatan 1987.

Sepuluh nama yang sempat disodorkan Al Araf dkk ke Komnas HAM untuk ditelaah adalah Letjen Agus Surya Bakti (Sesmenkopolhukam) Akmil angkatan 1984, Letjen Doni Monardo (Sekjen Watannas) Akmil angkatan 1985, Letjen Tatang Sulaiman (Wakasad) Akmil angkatan 1986, dan Letjen Andika Perkasa (Pangkostrad) Akmil angkatan 1987.

Selanjutnya Letjen Anton Mukti Putranto (Dankodiklat TNI AD) Akmil angkatan 1987, Letjen Muhammad Herindra (Irjen TNI) Akmil angkatan 1987, Mayjen Joni Supriyanto (Pangdam Jaya) Akmil angkatan 1986, Mayjen Besar Harto Karyawan (Pangdam Siliwangi) Akmil angkatan 1986, Mayjen Wuryanto (Pangdam Diponegoro) Akmil angkatan 1986, dan Mayjen Arip Rahman (Pangdam Brawijaya) Akmil angkatan 1988.

Jika diukur dari konteks regenerasi, kata Al Araf, maka Jokowi seharusnya lebih mempertimbangkan angkatan yang lebih senior untuk dipilih menggantikan Mulyono. Hal ini, kata dia, pun untuk menjaga dinamika di dalam tubuh TNI AD.


"Pengangkatan Andika akan mengganggu dinamika, regenerasi di dalam tubuh TNI AD," kata Al Araf seperti dilansir dari CNNIndonesia.com, Kamis (22/11).

Menurut Al Araf, bila Jokowi ingin memilih sosok paling muda seharusnya memilih orang yang memiliki catatan positif dan terbukti dengan penghargaan yang diperoleh selama perjalanan kariernya, seperti penghargaan Adhi Makayasa. Adhi Makayasa adalah penghargaan yang diberikan kepada lulusan terbaik setiap matra dari Akademi Militer.

Jika sosok demikian yang dipilih, kata Al Araf, Jokowi terlihat memilih atas dasar alasan yang kuat, yakni karena orang tersebut memiliki catatan positif.

Presiden Joko Widodo melantik Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang baru , di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/11/2018). (Foto: ANTARA / Wahyu Putro A)

Iran Klaim Berhasil Produksi Jet Tempur Generasi Keempat

Iran melakukan uji terbang jet tempur Kowsar buatan dalam negeri yang diklaim merupakan pesawat tempur generasi keempat pada 21 Agustus 2018. (Foto: Tasnimnews.com)
"Dalam waktu dekat, jet-jet tempur ini akan diproduksi dan digunakan untuk melayani kebutuhan Angkatan Udara,"
TEHERAN -- Republik Islam Iran mengklaim telah berhasil memproduksi jet tempur canggih buatan dalam negeri, jet tempur tersebut kini memasuki proses produksi skala besar untuk memperkuat militer negara itu.

Iran bahkan sempat memamerkan salah satu prototipe jet tempur yang dinamai Kowsar tersebut pada Agustus lalu.

"Dalam waktu dekat, jet-jet tempur ini akan diproduksi dan digunakan untuk melayani kebutuhan Angkatan Udara," kata Menteri Pertahanan Iran Amir Hatami dalam peresmian pembuatan jet tempur tersebut, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (3/11).

Dalam gambar yang ditunjukkan televisi Iran, pada 21 Agustus lalu, Presiden Hassan Rouhani terlihat duduk di kokpit Kowsar, yang diklaim merupakan jet tempur generasi keempat, pada ajang Industri Pertahanan Nasional.

Cuplikan tes terbang Kowsar juga sudah diedarkan oleh berbagai media resmi, walaupun tayangan langsung harus terputus sebelum jet lepas landas. Iran mengatakan Kowsar "100 persen buatan dalam negeri".

Media Iran melaporkan bahwa jet baru tersebut dilengkapi dengan sistem avionik terkini dan radar multiguna. Pesawat itu diklaim Teheran sanggup membawa berbagai jenis senjata dan akan digunakan untuk mendukung misi jangka pendek angkatan udara.

Pemerintah Iran menyatakan akan memproduksi secara besar-besaran jet tempur Kowsar secepatnya, guna mengantisipasi meningkatnya konflik antara negeri paramullah tersebut dengan Amerika Serikat, sejak era kepemimpinan Presiden Donald Trump.

Namun, sejumlah pengamat dan analis militer meyakini bahwa Kowsar adalah jiplakan dari jet tempur F-5 buatan Amerika Serikat yang hanya dimodifikasi. AS memproduksi F-5 sekitar 1960-an.

Iran memproduksi secara massal jet tempur Kowsar yang diklaim 100 persen buatan dalam negeri, di Perusahaan Industri Manufaktur Pesawat Iran di Provinsi Isfahan pada 3 November 2018. (Foto: defanews.ir)