Menampilkan postingan dari September, 2016

Korea Selatan Siapkan Serangan Pre-emptive untuk Hancurkan Korea Utara

Sistem pertahanan udara canggih THAAD, salah satu senjata canggih yang saat ini dimiliki Korea Selatan untuk melawan kekuatan nuklir negara tetangganya Korea Utara. Korsel bertekad akan melakukan serangan balik dan mematikan sehingga mampu menghapus menghanguskan negara komunis itu, jika Korut benar-benar berani menyerang mereka dengan kekuatan nuklirnya. (Foto: Istimewa)
“Setiap distrik di Pyongyang, terutama dimana pemimpin Korut mungkin bersembunyi, akan dihancurkan dengan rudal balistik dan artileri berkekuatan tinggi saat Korut menunjukkan tanda-tanda penggunaan senjata nuklir. Dengan kata lain, ibu kota Korut akan dijadikan debu dan dihapuskan dari peta,”
SEOUL -- Sikap provokasi dan yang terus-menerus dilontarkan Korea Utara (Korut), kini mulai ditanggapi Korea Selatan (Korsel) dengan tindakan yang lebih tegas. Dalam sikap diamnya, Korsel ternyata telah menyiapkan sebuah skenario perang penghabisan untuk mengalahkan dan membumi hanguskan Korut.

Hal ini diketahui setelah seorang sumber militer Korea Selatan (Korsel) mengungkap rencana rahasia Negeri Ginseng itu untuk meratakan ibu kota Korut, Pyongyang dengan tanah jika negara pimpinan Kim Jong-un itu menunjukkan tanda-tanda akan melakukan serangan nuklir. Pernyataan itu disampaikan beberapa hari setelah uji coba nuklir kelima yang dilakukan Korut pekan lalu.

Terungkapnya rencana bumi hangus Pyongyang itu terjadi setelah Kementerian Pertahanan Korsel melaporkan rencana bernama “Korea Massive Punishment & Retaliator (KMPR) pada Majelis Nasional sebagai respons uji coba di nuklir Korut.

“Setiap distrik di Pyongyang, terutama dimana pemimpin Korut mungkin bersembunyi, akan dihancurkan dengan rudal balistik dan artileri berkekuatan tinggi saat Korut menunjukkan tanda-tanda penggunaan senjata nuklir. Dengan kata lain, ibu kota Korut akan dijadikan debu dan dihapuskan dari peta,” kata seorang sumber militer yang tidak disebutkan namanya seperti dilansir Yonhap, Senin (12/9/2016).
Pasukan aliansi militer Korea Selatan dan Amerika Serikat saat melakukan latihan tempur menyerang Korea Utara. AS sering memprovokasi dan menciptakan kemarahan Korut dengan melakukan berbagai macam simulasi perang menghadapi Korut. (Foto: Istimewa)
Konsep operasi itu adalah serangan bom pre-emptive kepada Pemimpin Korut, Kim Jong-un dan pejabat-pejabat lainnya jika ada tanda-tanda mereka akan melakukan serangan nuklir. Menurut sumber itu Korsel siap untuk mengerahkan rudal Hyunmoo mereka yang saat ini masih dalam tahap uji coba.

Korea utara dan Korea Selatan sejatinya masih dalam posisi perang terbuka. Penghentian perang dilakukan hanya berdasarkan pada perjanjian genjatan senjata antara kedua belah pihak. Berbagai upaya perdamaian dan reunifikasi sudah dilakukan untuk menyatukan kembali dua negara yang sebenarnya masih satu bangsa ini, namun selalu menemui jalan buntu.

Bantuan militer tanpa batas yang diberikan Amerika Serikat kepada Korea Selatan, membuat Korut menjadi semakin agresif dan mencurigai kemungkinan serangan tiba-tiba Korsel dengan dibantu AS, untuk menjatuhkan negara komunis itu.

Kini konflik semakin memanas dan berbahaya setelah Korut berhasil menciptakan senjata nuklir dan mengancam akan menyerang semua negara yang dianggap menjadi ancaman, bahkan jika itu artinya harus menyerang daratan Amerika Serikat sekalipun. (*)

Sumber: Yonhap

Koalisi Barat dan ISIS Serang Tentara Suriah, Rusia Murka Lancarkan Balasan

Presiden Rusia, Vladimir Putin marah dan murka besar begitu mengetahui bahwa Amerika Serikat beserta pasukan koalisinya justru memanfaatkan waktu genjatan senjata yang diberikan Pemerintah Suriah, untuk menyerang sekutunya tersebut. Rusia pun langsung mengirimkan bala bantuan dan menyerang posisi ISIS dengan tanpa ampun. (Foto: express.co.uk)
DEIR EZ ZOR -- Serangan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat yang menewaskan puluhan tentara Suriah di wilayah Deir ez Zor, membuat Rusia murka. Guna melampiaskan kemarahannya, Rusia melakukan serangan secara serentak ke semua basis ISIS dan para pemberontak dukungan AS. 

Jet tempur Suriah dan Rusia menyerang posisi ISIS di Dayr al-Zawr menyusul pemboman AS yang menewaskan 62 tentara pemerintah dan memungkinkan kelompok Takfiri ISIS untuk mengambil keuntungan dari kesempatan itu.

TV Lebanon al-Mayadeen mengatakan serangan pada hari Senin (19/9/16) dilancarkan untuk menghapuskan beberapa posisi ISIS dan menimbulkan kerugian besar kepada mereka. Dua depot persenjataan dan beberapa kapal tanker minyak kelompok Takfiri hancur dalam serangan udara tersebut.


ISIS mengontrol sebagian besar kota Dayr al-Zawr serta sebagian provinsi lainnya. Kelompok teroris terutama bergantung pada ladang minyak di provinsi itu untuk mendanai perang mengerikan di Suriah. Dayr al-Zawr secara efektif berada di bawah pengepungan Takfiri sejak awal tahun 2015.
Pesawat tempur pembom Sukhoi SU-34 Platypus, melakukan serangan balik dan membombardir posisi ISIS, pasukan pemberontak dukungan Amerika Serikat dan koalisi Barat. (Foto: Istimewa)

Diam-diam Israel Sudah Arahkan 200 Rudal Nuklir untuk Musnahkan Iran

Sebuah informasi sensitif telah bocor terkait keberadaan senjata nuklir Israel. Para peretas berhasil membobol surat elektronik salah satu mantan petinggi Amerika Serikat, yang menjelaskan bahwa sudah sejak lama Israel telah mengarahkan ratusan rudal nuklirnya untuk memusnahkan Iran. (Gambar: Istimewa)
WASHINGTON DC -- Sekali lagi kebohongan dan kemunafikan Amerika Serikat (AS) dibongkar oleh para peretas. Kali ini terkait dengan dukungan AS terhadap keberadaan senjata nuklir sekutu setianya zionis Israel. Baru-baru ini peretas yang tidak diketahui identitasnya berhasil membobol surat elektronik milik mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Colin Powell.

Dari hasil peretasan tersebut ditemui sejumlah informasi penting dan sensitif bocor ke publik terkait dengan keberadaan senjata nuklir negara zionis. Para peretas kemudian menayangkan informasi ini di situs DCLeaks Rabu lalu.

Seperti diberitakan Russia Today, Sabtu (17/9), dalam surel yang bocor itu terungkap Israel mempunyai 200 senjata nuklir yang mengarah ke Ibu Kota Teheran, Iran. Sureal itu juga menjelaskan bahwa Colin Powell, (Menlu AS saat itu) dengan kondisi tersebut Iran tidak akan berani menggunakan bom nuklir jika Negeri Mullah itu bisa membuatnya.

Terkait bocornya informasi penting dan sensitif ini, Juru bicara Powell Peggy Cifrino membenarkan surel yang bocor itu benar milik mantan menteri luar negeri AS tersebut, dan menjelaskan bahwa Powell mengirimkan surel itu kepada Jeffrey Leeds, rekan bisnis dan pemberi donor penting bagi Partai Demokrat.
Situs reaktor nuklir Dimona yang sangat dirahasiakan. Menurut sejumlah dokumen yang bocor, disinilah negara zionis Israel memproduksi senjata rahasiannya. (Foto: Istimewa)
Sedangkan, Juru bicara Kementerian Luar Negeri John Kirby menolak berkomentar atas kejadian ini dan tidak mau menjawab apakah Israel akan dikenakan sanksi serupa yang pernah dialami oleh Iran dan Korea Utara atas kepemilikan dan pengembangan senjata nuklir.

Keberadaan senjata nuklir Israel hingga saat ini selalu menjadi perdebatan di dunia. Selama ini Israel selalu membantah jika memiliki senjata nuklir, namun sejumlkah bukti yang begitu kuat dan terang menjelaskan bahwa negara zionis itu setidaknya memiliki hingga 400 misil berkemampuan nuklir.

Setiap isu mengenai penolakan nuklir Israel biasanya akan selalu gagal jika diajukan ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). AS sebagai sekutu setia selalu memveto setiap ada tuntutan yang mengganggu keberadaan senjata nuklir Israel itu. Hal ini bukan tanpa sebab, jika Israel terbukti menyembunyikan senjata nuklir, maka PBB wajib melucutinya.

Keberanian Republik Islam Iran dalam melawan penjajahan Israel di tanah bangsa Palestina, membuat negara zionis itu selalu dihinggapi rasa takut dan phobia. Iran dalam beberapa kesempatan sering melontarkan pernyataan akan membumi hanguskan dan memusnahkan Israel, jika negara zionis itu benar-benar menyerang mereka. Menanggapi itu, Israel selalu mendesak DK PBB dengan bantuan AS untuk memberikan hukuman dan menyerang Iran.
Perdana Menteri Israel berusaha memprovokasi para pemimpin dunia saat sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), terkait ancaman kekuatan nuklir Iran. Selama ini Israel selalu membesar-besarkan pengembangan nuklir Iran untuk mendapatkan simpati dunia. (Foto: Istimewa)

Putin: ISIS dan AS Manfaatkan Gencatan Senjata untuk Kumpulkan Kekuatan

Presiden Rusia, Vladimir Putin merasa dikadali dan ditipu oleh Amerika Serikat dan ISIS. Genjatan senjata yang disponsori Rusia untuk menghentikan pertempuran di Suriah, justru dimanfaatkan AS dan ISIS dengan mengkonsolidasi kekuatan mereka. AS kembali menyuplai ISIS dan pemberontak dengan persenjataan canggih guna melawan pemerintah Suriah. (Foto: Youtube)
"Kami melihat upaya untuk berkumpul kembali di antara teroris ini, kami melihat usaha-usaha di antara teroris-teroris ini untuk berkonsolidasi kekuatan. Ini benar-benar perbuatan pengecut!"
MOSKOW -- Presiden Rusia, Vladimir Putin benar-benar dibuat marah dengan sikap pengecut yang ditunjukkan kelompok teror ISIS dan para pemberontak lainnya. Pasalnya, niat hati ingin segera mengakhiri pertumpahan darah dan peperangan dengan jalan genjatan senjata, ISIS dan kelompok pemberontak justru memanfaatkan momen tersebut dengan memperkuat pertahanan mereka.

Presiden Vladimir Putin menuduh teroris Takfiri yang beroperasi di Suriah menyalahgunakan gencatan senjata yang baru-baru ini diterapkan di negara yang dilanda krisis itu untuk berkumpul kembali. Putin menuding Amerika Serikat juga memanfaatkan momen itu dengan mempersenjatai para pemberontak. 


Dia mengatakan bahwa AS tidak dapat membedakan antara yang disebut oposisi moderat di Suriah dan teroris Takfiri aktif di negara Arab itu.

"Kami melihat upaya untuk berkumpul kembali di antara teroris ini, kami melihat usaha-usaha di antara teroris-teroris ini untuk berkonsolidasi kekuatan. Ini benar-benar perbuatan pengecut!" kata Putin kepada wartawan di ibu kota Kirgistan, Bishkek, Sabtu (17/9/16).
Para pemberontak dukungan Amerika Serikat dari kelompok Free Syrian Army, kembali mengumpulkan dan mengkonsolidasi kekuatan mereka, setelah sebelumnya sempat hampir kalah dan hancur diserang pasukan Rusia, Suriah dan Iran. (Foto: Istimewa)
Namun, walau merasa dikadali, Presiden Rusia mengatakan negaranya masih berkomitmen dengan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Moskow-Washington sambil berharap AS juga menjaga komitmennya

Pada 9 September 2016, Rusia dan AS menyetujui sebuah kesepakatan tonggak di Suriah. Kesepakatan yang berlaku 12 September itu mendesak penghentian permusuhan di seluruh Suriah yang memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan dan berlangsungnya serangan gabungan AS-Rusia terhadap kelompok-kelompok teroris. Kesepakatan yang berlangsung selama seminggu ini merupakan usaha kedua AS dan Rusia untuk menyelesaikan krisis Suriah.


Sebelumnya, AS mengatakan bahwa aksi bersama dengan Rusia dalam melawan ISIS tidak mungkin dilakukan kecuali pasukan pemerintah Suriah mengakhiri serangan mereka terhadap unit-unit kelompok yang disebut sebagai "oposisi moderat."

Sementara dari sisi Rusia, Moskow mengatakan bahwa operasi antiteroris dengan AS hanya mungkin dilakukan jika Washington bisa memisahkan unit oposisi moderat dari unit organisasi teroris, seperti Jabhat Fateh al-Sham yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra. Moskow bahkan mencurigai Washington menggunakan kelompok-kelompok "oposisi moderat" untuk menggulingkan rezim Assad.

Para tentara Suriah di medan perang, kembali ke barak masing-masing guna mematuhi gencatan senjata yang sebelumnya telah diberlakukan. (Foto: istimewa)

Anggota DPRD Papua Simpatisan OPM Tolak Pangkalan Militer TNI di Biak

Kelompok separatis OPM dan para pendukungnya menolak rencana pembangunan pangkalan militer TNI di wilayah Biak Numfor dan Merauke, Papua. Penolakan juga datang dari anggota DPRD Papua simpatisan OPM, yang beralasan ahwa, penolakan itu murni datang dari rakyat Papua sendiri. (Foto: Istimewa)
“Kami masih menunggu petunjuk dari Ketua DPR Papua. Berdasarkan aspirasi masyarakat Biak ke DPR Papua, mereka minta rencana pembangunan pangkalan militer di Biak dihentikan,”
JAYAPURA -- Rencana Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk memperkuat sistem pertahanan udara di wilayah timur Indonesia, terutama Papua, mendapat penolakan keras dari kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka. Separatis OPM merasa terancam jika rencana TNI untuk membangun pangkalan militer di Biak dan Merauke benar-benar jadi dilaksanakan.

Suara-suara penolakan datang dari sebagian kecil anggota DPRD Papua yang selama ini menjadi pendukung utama OPM. Dalam penolakan tersebut, mereka selalu mengatasnamakan rakyat Papua, yang menyebut kalau rakyat Papua menolak keberadaan pangkalan militer TNI di wilayah itu.

Seperti disampaikan salah satu pendukung OPM yang menjabat Ketua Komisi I DPR Papua, Elvis Tabuni mengatakan, pekan lalu, masyarakat Biak Numfor menyampaikan aspirasi penolakan rencana pembangunan pangkalan militer ke DPR Papua.

“Dalam waktu dekat Tim Komisi I DPR Papua akan audensi dengan Menkopolhukam Wiranto. Tapi kami masih menunggu petunjuk dari Ketua DPR Papua. Berdasarkan aspirasi masyarakat Biak ke DPR Papua, mereka minta rencana pembangunan pangkalan militer di Biak dihentikan,” kata Elvis Tabuni, yang masih satu marga dan kerabat dengan komandan OPM Goliat Tabuni tersebut.
Anggota DPRD Papua pendukung OPM, Elvis Tabuni. (foto: Beritapapua)
Dia beralasan bahwa ketika itu ia tak berada di tempat. Namun aspirasi masyarakat Biak itu diterima perwakilan Komisi I DPR Papua. Tapi dari surat masuk ke ke Komisi I DPR Papua, Elvis mengklaim jika masyarakat menolak rencana pembangunan pangkalan militer itu.

Anggota DPRD Papua pendukung OPM lainnya, Orwan Tolli Wone mengatakan, penolakan pangkalan militer TNI tersebut murni dari keinginan rakyat. Orwan berpendapat, jika rencana pembangunan pangkalan militer di Kabupaten Biak Numfor dan Supiori jadi dilaksanakan, maka bisa membungkam kebebasan kehidupan masyarakat dan akan memberikan dampak yang kurang baik.

“Masyarakat menyatakan yang dibutuhkan rakyat bukan pangkalan militer tapi Sumber Daya Manusia, kesehatan, ekonomi rakyat Papua dan pembangunan,” kata Orwan seperti dilansir Jubi, Senin (29/8/2016).

Pembangunan pangkalan militer TNI di Biak dan Merauke sudah lama menjadi agenda pemerintah, namun selalu terhambat akibat terbatasnya anggaran. Keberadaan pangkalan militer di Biak dan Merauke sangat penting bagi sistem pertahanan Indonesia, demi membendung dan melindungi NKRI dari ancaman militer China disatu sisi dan Amerika Serikat beserta Australia di sisi lain.
Goliat Tabuni, salah satu komandan separatis OPM yang telah lama menciptakan kerusuhan dan penembakan di Papua. (Foto: Istimewa)

Roket Buatan China Gagal Meluncur Saat Uji Coba di Depan Jokowi

Uji coba peluncuran rudal C705 buatan China menemui kendala. Uji coba yang disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo tersebut, menemui kendala saat rudal C705 tidak bisa meluncur dan mengalami delay selama beberapa menit. (Foto: Istimewa)
"Kami belum beli masih kami ujicobakan. Kami baru akan kontrak dengan China. Kalau berhasil dalam uji coba ini kami lanjutkan. Kami beli,"
SITUBONDO -- Kejadian memalukan terjadi dalam Latihan Perang Armada Jaya ke-34 di Perairan Banongan Situbondo Jatim, Rabu (14/9/2016). Latihan perang yang dihadiri langsung Presiden Joko Widodo tersebut, gagal menguji coba salah satu peluru kendali (rudal) buatan China.

Presiden Jokowi menyaksikan langsung, saat rudal C705 buatan China mengalami delay sampai 5 menit ketika akan ditembakkan dari KRI Celurit. Belum diketahui persis kenapa rudal C705 lambat meledak dan tak menghancurkan target. Sejumlah teknisi dan penanggungjawab asal China berusaha memperbaiki rudal tersebut, namun tetap tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Presiden Jokowi menyaksikan peluncuran rudal itu dari atas KRI Banjarmasin melalui layar monitor. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan KSAL Laksamana TNI Ade Supandi tampak mendampingi Presiden Jokowi. Mereka sempat turun ke geladak tempat pendaratan heli.

Uji coba penembakan rudal itu sejatinya atas perintah Panglima Tertinggi TNI yang juga Presiden RI Joko Widodo. Melihat kegagalan uji coba rudal itu, Presiden Jokowi hanya menanggapi dengan senyum menyengir.
 Presiden Joko Widodo meninjau pelaksanaan latihan perang Armada Jaya 2016 dari atas Kapal KRI Banjarmasin di Laut Jawa, 14 September 2016. dok. Biro Pers Istana Kepresidenan. (Foto: Istimewa)

Konflik LCS Semakin Memanas, Filipina Nyatakan Siap Perang Hadapi China

Pemerintah Filipina menyatakan akan bersikap tegas terkait dengan klaim sepihak China yang mencaplok sebagian perairan negara itu. Demi mempertahankan kedaulatan negaranya Filipina bersumpah akan melawan China sekalipun itu artinya terjadi pertempuran militer skala besar antara kedua negara.(Foto: istimewa)
“Saya jamin ke China, jika Anda masuk di sini, itu akan menjadi berdarah, dan kami tidak akan memberikan kepada mereka dengan mudah. Ini akan menjadi tulang tentara kami. Kami tidak akan membiarkan negara manapun untuk memperdaya kami,”
MANILA -- Konflik di kawasan Laut China Selatan (LCS) semakin memanas, hingga kini China terus saja menganeksasi sejumlah pulau-pulau yang tersebar di LCS meski mendapat protes dari sejumlah negara yang mengaklaim kepemilikan pulau-pulau itu. Menyikapi sikap China itu, sejumlah negara di kawasan ASEAN mulai ikut memperkuat militer masing-masing.

Vietnam misalnya, telah menempatkan sejumlah kapal selam dan sistem pertahahan udara S-300 di kawasan itu guna membendung agresi militer China. Bahkan, Filipina yang selama ini dikenal memiliki kekuatan militer terlemah di kawasan, juga telah bersumpah akan menghadapi militer China meskipun harus terlibat dalam konfrontasi militer skala besar.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte secara berapi-api dia mengancam akan melakukan konfrontasi berdarah terhadap negara yang melanggar kedaulatan negaranya. Dia menegaskan Manila dengan senang hati akan memukul pihak manapun yang mencoba untuk mengambil kendali dari pulau karang Scarborough Shoals yang disengketakan.

Militer Filipina semakin mengintensifkan latihan mereka, guna mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terjadinya perang terbuka dengan China. (Foto: istimewa)
Pernyataan keras itu dikeluarkan pemimpin Filipina setelah sebelumnya dia juga mengeluarkan statemen kontroversial yang mengancam akan keluar dari PBB jika lembaga tersebut terus mempersoalkan agresivitas pemerintah dalam “perang melawan narkoba” yang telah mengakibatkan lebih dari 1.900 orang mati selama delapan minggu terakhir.

“Saya jamin ke China, jika Anda masuk di sini, itu akan menjadi berdarah, dan kami tidak akan memberikan kepada mereka dengan mudah. Ini akan menjadi tulang tentara kami. Kami tidak akan membiarkan negara manapun untuk memperdaya kami. Kami tidak akan membiarkan hal itu,” kata Duterte sebagaimana dikutip Sputnik dari Associated Press Minggu 28 Agustus 2016.

Filipina sebelumnya memenangkan gugatan di Pengadilan Arbitrase yang menolak klaim China di sebagian besar wilayah Laut China Selatan. China segera mengecam putusan itu hingga ketegangan semakin panas.

Kawasan Laut China Selatan yang memanas akibat klaim sepihak yang dilakukan China untuk menguasai kawasan tersebut. (Gambar: istimewa)

Ujicoba Rudal Nuklir Korea Utara Ciptakan Guncangan Gempa Dahsyat

Presiden Korea Utara Kim Jong Un kembali melakukan uji coba nuklir kelima. Uji coba senjata nuklir kali ini dianggap sebagai salah satu yang terkuat, karena mampu menciptakan guncangan gempa dahsyat. (Foto: Youtube)
KILJU -- Korea Utara kembali membuat resah dunia dengan kekuatan nuklirnya. merespon provokasi militer yang dilakukan Amerika Serikat dan Korea Selatan, negara komunis itu kembali melakukan uji coba nuklirnya. Uji coba kali ini diprediksi menjadi salah satu yang terbesar, karena mampu menimbulkan guncangan gemba hingga terasa ke sejumlah negara.

Kementerian Pertahanan Korea Selatan membenarkan kabar bahwa Korut diduga kembali melakukan uji coba nuklir. Uji coba yang diadakan di fasilitas nuklir Pyunggye-ri di wilayah Kilju itu menimbulkan guncangan yang serupa dengan gempa. Pejabat itu menambahkan, kekuatan dari ledakan nuklir Korut tersebut diduga sebesar 10 kiloton.

“Berdasarkan hasil analisis, kami berkesimpulan bahwa Korut telah mengadakan uji coba nuklir,” ujar pejabat Kemhan Korsel, seperti dilansir Yonhap, Jumat (9/9/16).

Guncangan ini juga dibenarkan oleh China Earthquake Networks Center (CENC) yang menyatakan terjadi pada pukul 08.30 waktu setempat. Pihak CENC menambahkan, guncangan kuat terjadi di permukaan bumi.
Guncangan gempa yang ditimbulkan akibat uji coba senjata nuklir Korea Utara. (Gambar: Istimewa)
Menanggapi tindakan Korea Utara ini, Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dilaporkan langsung mengadakan rapat darurat di Gedung Biru (Istana Kepresidenan Korsel), membahas uji coba nuklir Korut.

Uji coba nuklir Korut yang menimbulkan guncangan gempa dahsyat itu langsung menimbulkan kekhawatiran beberapa negara. Langkah-langkah mengantisipasi tindakan Korut pun dilakukan sejumlah negara. 

Otoritas keamanan Amerika Serikat (AS) mengatakan terus menghubungi sekutunya di Semenanjung Korea untuk memastikan Korut memang mengadakan uji coba nuklir. Dewan Keamanan Nasional AS juga menyatakan terus memonitor situasi di sana.

Sedangkan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengatakan bakal mengajukan protes keras kepada Korut jika memang terbukti. Media Kyodo News mewartakan, Pemerintah Jepang telah mengajukan protes resmi atas tindakan Korut ini. Nota protes dikirim ke Pyongyang melalui jaringan diplomatis China.
Peluncuran rudal nuklir Korea Utara. (Foto: AFP)
Sementara itu, Kementerian Lingkungan China langsung mengadakan pengawasan radiasi di sepanjang perbatasan bagian timur lautnya. Ini merupakan wilayah perbatasan China dengan Korut.

Korea Utara Menantang

Uji coba nuklir Korea Utara juga menimbulkan kecemasan Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), yang mengecam dengan keras aksi gegabah dan membahayakan itu. DK PBB mengutuk Korut karena menimbulkan keresahan di kawasan semenanjung Korea dan Asia pada umumnya.

Kutukan dari DKK PBB itu sendiri dikeluarkan melalui pernyataan pers yang dirilis pada Selasa lalu. DK PBB semakin geram dengan peluncuran rudal Korut, sebab rudal yang ditembakkan pada Senin 5 September itu diduga jatuh di perairan zona ekonomi eksklusif Jepang.

Seakan tak gentar dengan ancaman apapun, mendengar kutukan DK PBB tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korut langsung merilis pernyataan melalui media Korean Central News Agency (KCNA).
Daya jangkau senjata nuklir Korea Utara yang mampu menjangkau seluruh wilayah Jepang, Korea Selatan, Australia dan sebagian dataran Amerika Serikat.

Pesawat Tempur Sukhoi SU-27 Rusia Tantang Poseidon AS di Laut Hitam

Pesawat pengintai Poseidon P-8A milik Amerika Serikat . Pesawat tempur Sukhoi SU-27 Rusia dikabarkan hampir menabrak Poseidon, di kawasan Laut Hitam. Akibat peristiwa ini Amerika Serikat langsung marah besar dan mengeluarkan kecaman. (Foto: The Aviationist)
“Jet tempur diterjunkan untuk menghalau masuknya satu unit pesawat. Pilot-pilot Rusia telah bertindak sesuai dengan aturan penerbangan internasional,”
WASHINGTON DC -- Militer Rusia kembali terlibat perseteruan dengan musuh abadinya Amerika Serikat di kawasan Laut Hitam. Hal ini disampaikan Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS), yang mengumumkan bahwa, sebuah jet tempur Rusia terbang hanya berjarak tiga meter dari pesawat pengintai milik Angkatan Laut (AL), Poseidon, di atas Laut Hitam. Pentagon menyebut manuver tersebut sangat berbahaya.

Kapten Penerbang AL Jeff Davis mengatakan, jet tempur Su-27 membuat manuver berbahaya pada Rabu 7 September 2016 terhadap pesawat Poseidon P-8A di Laut Hitam. Davis mengaku pesawat pengintai miliknya tengah melakukan operasi rutin di atas Laut Hitam, di wilayah ruang udara internasional.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, mengonfirmasi insiden tersebut. Ia menyebut Poseidon tidak menyalakan transponder mereka serta mendekati wilayah perbatasan Rusia di selatan sebanyak dua kali.


“Jet tempur diterjunkan untuk menghalau masuknya satu unit pesawat. Pilot-pilot Rusia telah bertindak sesuai dengan aturan penerbangan internasional,” sebut Konashenkov, seperti dimuat ABC News, Kamis (8/9/2016).

Pesawat tempur Sukhoi SU-27 Rusia, saat mengintersep pesawat pengintai Poseidon milik Amerika Serikat. (Foto: istimewa)
Keterangan tersebut dibantah salah satu pejabat senior Pentagon yang menyatakan Poseidon menyalakan transponder mereka sepanjang perjalanan. Menurut AS, jet tempur Rusia empat kali berusaha menghalau Poseidon. Manuver berbahaya hanya dilakukan satu kali selama 19 menit di udara.

Kapten Davis menambahkan, persinggungan antara kapal serta pesawat AL AS di Laut Hitam dengan unit milik Rusia terjadi secara rutin. Pun begitu, manuver yang dilakukan selalu dalam batas aman dan profesional.

Pesawat tempur Sukhoi SU-27 Rusia saat mengejar pesawat pengintai Poseidon milik Amerika Serikat. (Foto: istimewa)

Balas Provokasi Ukraina, Rusia Tempatkan S-400 dan Senjata Nuklir di Crimea

Rusia mengerahkan dan melakukan latihan militer besar-besaran di semenanjung Crimea. Hal ini dilakukan guna menanggapi aksi provokasi yang dilakukan militer Ukraina di wilayah itu yang menewaskan sejumlah warga Rusia. (Foto: Istimewa)
”Rusia jelas berhak, jika diperlukan, untuk menyebarkan senjata nuklir di mana saja di wilayah nasional, termasuk di Semenanjung Crimea!,”
CRIMEA -- Menanggapi pergerakan militer NATO dan Amerika Serikat yang semakin mendekati perbatasan Rusia, disikapi negara itu dengan mengerahkan kekuatan militer di sepanjang perbatasan. Salah satunya adalah di wilayah Crimea, yang sejauh ini belum juga lepas dari gangguan Ukraina dan NATO.

Rusia unjuk kekuatan dengan latihan militer besar-besaran di wilayah Semenanjung Crimea, dua tahun setelah mengambil alih wilayah itu dari Ukraina. Latihan yang disebut Kavkaz 2016 itu digelar di darat laut, dan udara di sepanjang distrik militer selatan Rusia yang berbatasan dengan Ukraina.

“Rusia mengirimkan pesan yang sangat jelas dengan latihan skala besar yang kompleks ini. Pasukan mereka ada di Krimea dan siap bertempur sewaktu-waktu. Apa yang mereka lakukan pada latihan militer ini menyimulasikan invasi terhadap Crimea dan mereka melakukan simulasi untuk menghadapi invasi tersebut,” kata Fred Pleigen, koresponden di markas militer Opuk Krimea kepada CNN, Sabtu (10/9/2016).


Pengerahan militer besar-besaran ini tak lepas dari aksi provokasi militer Ukraina. Pemerintahan Ukraina, yang menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych, sebelumnya memobilisasi militernya dan melakukan provokasi di sepanjang perbatasan Crimea. Menurut Perdana Menteri Ukraina, Arseniy Yatsenyuk, hari ini negaranya "berada di ambang bencana." Di Crimea, pasukan Ukraina berhadap-hadapan dengan militer Rusia yang mengepung pangkalan mereka, ungkap stasiun berita BBC.
Konvoi pasukan elit militer Rusia saat akan menuju Crimea. (Foto: Istimewa)
Latihan militer Rusia di Crimea ini melibatkan lebih dari 12 ribu prajurit, puluhan pesawat tempur yang berlatih pertarungan di udara, pengeboman serta pasukan darat yang melakukan latihan serangan amfibi. Kementerian Pertahanan Rusia menegaskan bahwa latihan tersebut bukanlah sebuah provokasi. Latihan perang di Crimea difokuskan untuk berlatih memukul mundur serangan bawah air oleh penyabot.

“Manuver ini telah direncanakan sebelumnya. Kami tidak ingin memprovokasi siapapun. Kami hanya menguji kesiapan pasukan kami untuk menghalau serangan terhadap negara kami,” demikian disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia.

Rusia Kerahkan S-400 dan Senjata Nuklir di Crimea

Selain melakukan pengerahan dan latihan militer besar-besaran di Crimea, tak tanggung-tanggung, Rusia juga menempatkan sistem pertahanan udara S-400 Triumf ke wilayah itu. Bukan itu saja Rusia bahkan berencana menempatkan senjata nuklir di wilayah itu menanggapi sikap Amerika Serikat yang juga menanam senjata nuklir di Polandia dan Lituania.


Pengiriman sistem rudal mutakhir ini ini diumumkan kantor layanan pers Distrik Militer Selatan Rusia pada hari Jumat (12/8/2016), setelah situasi Crimea memanas, di mana Moskow menuduh Ukraina meluncurkan serangan yang menewaskan dua anggota FSB Rusia.
Senjata nuklir Rusia, salah satu kebijakan Moskow adalah menempatkan senjata pemusnah massal ini di semenanjung Crimea. (Foto: istimewa)
”Resimen rudal antipesawat dari Angkatan Udara dan Pertahanan Udara Angkatan Darat 4 dari Distrik Militer Selatan yang berbasis di Republik Crimea telah menerima sistem rudal pertahanan udara S-400 Triumf yang modern untuk operasi,” bunyi pernyataan itu, seperti dikutip kantor berita ITAR-TASS.

S-400 Triumf adalah sistem rudal antipesawat terbaru yang masuk ke layanan militer Rusia pada tahun 2007. Senjata ini dirancang untuk menghancurkan pesawat, kapal pesiar dan rudal balistik, termasuk rudal jarak menengah, dan juga dapat digunakan terhadap sasaran di darat. S-400 dapat menembak target pada jarak 400 km dan pada ketinggian hingga 30 km.


Seakan belum cukup puas Kremlin juga menyatakan akan menempatkan senjata nuklir di semenanjung Crimea. Rusia menegaskan memiliki hak untuk mengerahkan senjata nuklir di mana saja di wilayahnya, termasuk di Crimea. Penegasan itu disampaikan Kementerian Luar Negeri Rusia.

”Rusia jelas berhak, jika diperlukan, untuk menyebarkan senjata nuklir di mana saja di wilayah nasional, termasuk di Semenanjung Crimea!,” kata Direktur Departemen Non-Proliferasi dan Kontrol Senjata Kementerlian Luar Negeri Rusia, Mikhail Ulyanov, seperti dilansir kantor berita RIA Novosti, Senin (1/6/2015).

Daya jangkau sistem pertahanan udara S-400 Triumf saat ditempatkan di wilayah Crimea, Rusia. (Gambar: Istimewa)

Hadapi Agresi Militer China, Jepang Jalin Aliansi Pertahanan dengan RI

Pemerintah Jepang berusaha menjalin aliansi pertahanan dengan Indonesia guna menghadapi agresi militer China di kawasan Laut China Selatan. Mengikuti pergerakan China, kini Jepang juga kembali memperkuat postur pertahanan militernya. (Foto ilustrasi: istimewa)
"Tapi intinya Jepang tetap harapkan hubungan yang terus meningkat antara Jepang dan Indonesia. Kalau hubungan yang menyangkut ekonomi sudah ditangani oleh menteri ekonomi, tapi di wilayah saya ada satu keinginan untuk memperkuat kerjasama di bidang Pertahanan,"
JAKARTA -- Semakin agresifnya pergerakan armada militer China di Laut China Selatan, membuat Pemerintah Jepang semakin meningkatkan kewaspadaannya. Selain membangkitkan kembali kekuatan militernya yang selama puluhan tahun tertidur, Jepang juga berusaha menjalin aliansi dan kerjasama pertahanan dengan sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara.

Salah satu fokus utama Jepang adalah menjalin aliansi pertahanan dengan Indonesia yang merupakan negara terbesar dan terkuat di AsEAN. Peningkatan kerjasama pertahanan ini dicetuskan saat Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto bertemu dengan Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yasuaki Tanizaki di kantornya Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

Dalam pertemuan itu, Wiranto menjelaskan banyak pembahasan yang dibicarakan terkait dengan hubungan kedua negara, khususnya di bidang Polhukam, baik di dalam maupun luar negeri.

Mantan panglima ABRI itu memberitahukan, Jepang meminta informasi mengenai dengan perkembangan situasi nasional melalui berbagai media, dan sikap tegas Indonesia dalam konflik Laut China Selatan.

Utusan khusus pemerintah Jepang saat bertemu Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri RI, dalam rangka memperkuat hubungan pertahanan antara kedua negara.(Foto: istimewa)
"Ini banyak Dubes yang mau ketemu saya. Kita bicarain hal yang menyangkut kedua negara yang tentu masuk wilayah Polhukam," kata Wiranto usai gelar rapat di kantornya, Kamis (26/8/2016).

Inti pertemuan yang digelar secara tertutup tersebut, Wiranto menyatakan bahwa Negeri Sakura itu mengharapkan hubungan yang meningkat dengan Indonesia. Khsususnya, di bidang pertahanan dan keamanan kedua negara, dan isu-isu yang terjadi di kawasan terutama menyikapi agresi militer China di LCS.

"Tapi intinya Jepang tetap harapkan hubungan yang terus meningkat antara Jepang dan Indonesia. Kalau hubungan yang menyangkut ekonomi sudah ditangani oleh menteri ekonomi, tapi di wilayah saya ada satu keinginan untuk memperkuat kerjasama di bidang Pertahanan dan kita sudah tanda tangani kesepakatan bersama terutama untuk membangun industri pertahanan yang saya kira Jepang sangat maju juga," pungkasnya.


Selama ini Jepang selalu mendesak Indonesia untuk bersikap tegas terkait kebijakan China yang mengklaim secara sepihak hampir 90 persen kawasan Laut China Selatan. Klaim China itu merampas wilayah kedaulatan sejumlah negara diantaranya Vietnam, Filipina, Brunai, Malaysia, dan Taiwan.
Sebuah kapal penjaga pantai China yang dipersenjatai sempat berhadap-hadapan dengan kapal perang Jepang di kawasan Laut China Selatan. (Foto: istimewa)

Ekonomi Terus Memburuk, Jokowi Batalkan Pembelian Pesawat Amfibi US-2

Pesawat amfibi ShinMaywa US-2 buatan Jepang yang sempat diberitakan akan dibeli Indonesia. Namun, pengurangan anggaran militer yang dilakukan Presiden Joko Widodo, membuat rencana pembelian itu hanya tinggal harapan. (Foto: Istimewa)
JAKARTA -- Indonesia Sempat digembar-gemborkan akan membeli pesawat amfibi ShinMaywa US-2 buatan Jepang, kini berita itu kembali hanya menjadi dongeng semata. Pasalnya rezim pemerintahan Presiden Joko Widodo tiba-tiba beralasan bahwa Indonesia tidak dalam kondisi membutuhkan pesawat amfibi terbesar di dunia itu.

Hal ini disampaikan saat Jepang melalui Duta Besarnya untuk Indonesia, Yasuaki Tanizaki menawarkan pesawat amfibi produksi Jepang. Tawaran itu disampaikan dalam pertemuannya dengan Menkopolhukam, Wiranto, ketika membahas penguatan kerja sama pertahanan antarkedua negara.

“Tadi topik yang sangat menonjol yakni Jepang menawarkan pesawat amfibi yang memang cukup menarik bagi negara maritim seperti Indonesia,” kata Wiranto saat ditemui di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat 26 Agustus 2016.

Menurut dia, pesawat yang bisa lepas landas dan mendarat di wilayah darat dan air ini sangat bagus untuk menghadapi ancaman kebakaran hutan yang tahun lalu sempat menjadi isu serius di Tanah Air.

“Saya kira pesawat amfibi memang sangat bagus untuk dimodifikasi menjadi bagian dalam upaya memadamkan api. Dia bisa mendarat di perairan, menyedot air langsung kemudian menyemprotkan air ke beberapa titik kritis hutan yang terbakar,” ungkap Wiranto.
Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yasuaki Tanizaki saat bertemu Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang salah satunya sempata membahas rencana pembelian pesawat amfibi buatan Jepang. (Foto: Istimewa)
Meskipun mengakui pentingnya kegunaan pesawat multifungsi itu, Menko Polhukam menjelaskan belum ada pembahasan tentang niat Indonesia membeli pesawat amfibi dari Jepang.

Pada November 2015, wacana pembelian pesawat amfibi Jepang oleh pemerintah Indonesia sempat mengemuka. Tipe pesawat terbang yang dimaksud yaitu ShinMaywa US-2 yang disebut-sebut seharga 100 juta dolar Amerika Serikat per unit.

Batalnya pembelian pesawat amfibi multifungsi itu dinilai sejumlah kalangan adalah imbas dari pengurangan anggaran militer yang dilakukan rezim Jokowi. Seperti diketahui, memburuknya perekonomian nasional semenjak Jokowi menduduki kursi RI-1 berimbas pada alokasi anggaran pertahanan ketiga matra. 

Program MEF yang sebelumnya sempat sudah dijalankan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memperkuat postur militer Indonesia juga terancam batal dan gagal di tengah jalan.
Pesawat amfibi ShinMaywa US-2 buatan Jepang dengan kecanggihan mampu lepas landas diperairan dengan kondisi ombak yang kencang. (Foto: Istimewa)

Rusia Kirim Pasukan Tambahan ke Aleppo untuk Hancurkan ISIS

Konvoi pasukan Rusia saat akan menuju ke wilayah Aleppo Selatan, Suriah. Pemerintah Suriah dengan dibantu Rusia, Iran dan pejuang Islam lainnya akan segera melakukan serangan penghabisan untuk menumpas kelompok teroris ISIS dari kota Aleppo. (Foto: Al-masdar)
ALEPPO -- Rusia sepertinya benar-benar ingin segera mengakhiri pergerakan kelompok ISIS di negara sekutunya Suriah. Untuk melakukan serangan penghabisan, Rusia kini mengirimkan armada militer besar-besaran ke kota Aleppo yang sebelumnya dikuasai ISIS dan kelompok pemberontak lainnya.

Pada Senin pagi, 27/08/16, aktivis lokal di propinsi Aleppo melaporkan bahwa konvoi besar tentara Rusia terlihat bergerak di sepanjang Jalan raya Castillo menuju ibukota provinsi. 


Konvoi tentara Rusia bersama kendaraan lapis baja itu berasal dari Latakia menuju ibukota provinsi Aleppo, dan tiba di sana pada Senin sore.

Menurut sumber militer di Aleppo, konvoi besar itu terdiri dari 120 tentara termasuk sejumlah kendaraan lapis baja dan peralatan berat. Kemungkinan kedatangan mereka untuk berperan sebagai penasihat militer, karena rencana pertempuran berat yang akan dilancarkan Tentara Suriah di Aleppo.

Hizbullah Serbu Basis ISIS

Mengikuti langkah Rusia, organisasi pejuang Hizbullah juga meningkatkan kekuatan tempur mereka di Aleppo dengan menyerang daerah-daerah yang selama ini menjadi basis pertahanan ISIS. Bersama Angkatan Bersenjata Suriah, bersama Hizbullah, pada Selasa, 29/08/16, melancarkan serangan baru di selatan Aleppo menargetkan Technical College yang saat ini di bawah kendali kelompok Takfiri dukungan Turki, Jaysh al-Fateh.

Tentara Rusia saat menjuga sejumlah lokasi di Kota Damaskus, Suriah. (Foto: Istimewa)

Pertempuran Sengit Terjadi, Militer Turki Bombardir Posisi Muslim Kurdi

Pasukan militer Turki memasuki Suriah dan mendirikan kamp pertahanan di perbatasan kedua negara. Meski pemerintah Suriah sudah melayangkan penolakan hadirnya militer Turki dalam wilayah kedaulatannya, namun Turki dengan alasan ingin memerangi muslim Kurdi, tetap membombardir Suriah. (Foto: Istimewa)
DIYARBAKIR -- Setelah pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan mulai mampu mengendalikan situasi pasca terjadinya kudeta yang dilakukan sekelompok militer Turki, kini Erdogan kembali meningkatkan perannya dalam medan perang Suriah. Turki meningkatkan intensitas serangan mereka ke Suriah. 

Pada Selasa 23 Agustus 2016, mereka bahkan memerintahkan warga di perbatasan dengan Suriah untuk mengosongkan kota. Sebab, pasukan Turki bersama pemberontak Suriah beralasan hendak menyerang kelompok teroris ISIS.

Serangan jet tempur dan juga artileri milik Turki berhasil menyentuh target mereka di Suriah. Namun, seperti dimuat Reuters, Minggu (28/8/2016), serangan tersebut ternyata menyasar kota yang diduduki oleh pasukan militan suku Kurdi, YPG. Belum ada pernyataan dari pihak YPG sejauh ini. 

Namun, pasukan yang berhubungan dekat dengan YPG menuturkan, tidak ada militan Kurdi di wilayah tersebut saat diterjang serangan Turki. Ankara sendiri menyatakan serangan mereka ke Suriah tidak hanya menargetkan ISIS, tetapi juga pasukan Kurdi.
Konvoi tank berat Turki saat memasuki Suriah. (Foto: Istimewa)
Kelompok pengamat Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) menyatakan, jet tempur Turki melakukan serangan di Manbij yang belum lama ini berhasil direbut Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dari tangan ISIS. SDF bersama militan Kurdi mendapat dukungan penuh dari koalisi Amerika Serikat (AS) untuk menyingkirkan ISIS dari wilayah tersebut.

Puluhan Warga Sipil Kurdi Tewas Jadi Korban

Pergerakan militer Turki yang membabi buta di Suriah untuk menarget kelompok Muslim Kurdi hingga kini terus berlanjut. Pasukan Turki dan sekutunya terus bergerak merebut daerah-daerah yang dikuasai militan Kurdi di Suriah. Serangan udara dan tembakan artileri menghujani lokasi-lokasi yang diyakini dikuasai oleh milisi Muslim Kurdi atau YPG.

Militer Turki mengatakan telah menewaskan 25 militan Kurdi, namun mereka membantah ada warga sipil yang turut menjadi korban. Sedangkan Kelompok pengamat hak asasi manusia melaporkan, operasi militer lintas batas negara yang telah memasuki hari kelima itu menewaskan sedikitnya 35 warga sipil.

Laporan kelompok Pengamat Hak Asasi Manusia Suriah yang dilansir Dari Reuters, Senin (29/8/2016) mengatakan pasukan Turki telah menguasai Desa Jub al-Kousa dan Al-Amarna yang terletak di sebelah selatan Jarablus setelah melalui pertempuran sengit. Pertempuran tersebut menewaskan 20 warga sipil di Jub al-Kousa dan 15 lainnya di Al-Amarna. Sejumlah penduduk juga dikabarkan mengalami luka-luka.
Para wanita Kurdi terpaksa ikut angkat senjata demi melindungi diri mereka akibat agresi militer yang dilakukan Turki. (Foto: Istimewa)