Milisi Libya Dituduh Lakukan perbudakan dan Penjualan Organ Tubuh - Jalur Militer

Milisi Libya Dituduh Lakukan perbudakan dan Penjualan Organ Tubuh

Munculnya berbagai kelompok milisi bersenjata di Libya, membuat kriminalitas meningkat pesat di negara tersebut. Diantaranya maraknya kasus perbudakan dan perdagangan manusia. (Foto: istimewa)
“75 persen dari mereka dijual ke perbudakan di Libya, yang organnya dipanen, tubuh dimutilasi dan dipanggang seperti suya (kebab Afrika), berasal dari Nigeria selatan,”
ABUJA -- Seorang mantan menteri Nigeria mengungkap praktik mengerikan dari perdagangan budak di Afrika oleh geng di Libya. Menurutnya, orang-orang Afrika di Libya dijadikan budak, dijual, hingga dimasak seperti suya atau kebab Afrika.

Praktik perbudakan dan penjualan manusia ini juga pernah diungkap Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dalam laporannya bulan April lalu. IOM memperingatkan bahwa para migran dijual ke pasar budak.

Fani-Kayode
mantan Menteri Budaya Nigeria mengatakan, tiga perempat dari orang-orang yang ditahan oleh kelompok kriminal di Libya berasal dari Nigeria selatan.

“75 persen dari mereka dijual ke perbudakan di Libya, yang organnya dipanen, tubuh dimutilasi dan dipanggang seperti suya (kebab Afrika), berasal dari Nigeria selatan,” tulis mantan menteri tersebut.

”Dipanggang hidup-hidup. Ini adalah apa yang orang Libya lakukan kepada orang-orang Afrika sub-Sahara yang mencari titik transit ke Eropa. Mereka menjualnya ke perbudakan dan pembunuhan, mutilasi, penyiksaan atau kerja sampai mati,” lanjut Fani-Kayode, seperti dikutip IB Times, Kamis (30/11/2017).

Menanggapi peristiwa mengerikan tersebut, Presiden Nigeria Muhammadu Buhari mengatakan, pemerintah mulai membawa pulang warganya yang terdampar di Libya. Langkah itu diambil setelah laporan tentang praktik perbudakan yang mengerikan di Libya jadi sorotan global.


”Situasi di Libya, orang-orang yang dijual menjadi budak, sangat mengerikan dan tidak dapat diterima. Kami akan melakukan segalanya untuk melindungi warga dimanapun mereka berada, Nigeria mulai membawa pulang semua orang Nigeria yang terdampar di Libya dan tempat lain, ” tulis Buhari di akun Twitter-nya, seperti dikutip Reuters, Kamis (30/11/2017).
Para migran tiba di sebuah pangkalan angkatan laut setelah diselamatkan penjaga pantai Libya di Tripoli. (Foto: Reuters/Ismail Zitouny)
Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB mengatakan,  239 orang Nigeria terbang pulang dari Tripoli pada hari Selasa. Menurut organisasi ini, para migran Nigeria berisiko jadi korban eksploitasi, penahanan dan pelecehan saat terdampar di Libya. Mereka menyeberangi Laut Tengah dengan harapan menemukan hidup baru di Eropa.

Kampanye Hitam Negara Barat

Menanggapi tuduhan tersebut, Pemerintah Libya mencurigai laporan mengenai perbudakan yang terjadi di negaranya adalah kampanye hitam sejumlah negara barat. Laporan mengenai perbudakan di Libya dirilis oleh CNN Interasional.

"Pemerintah Rekonsiliasi Nasional Libya dikejutakan oleh kampanye media yang dilakukan oleh media internasional, dimana beberapa pejabat politik di negara-negara sahabat turut serta mendalanginya," ucap Duta Besar Libya untuk Indonesia, Sadegh M.O. Bensadegh, seperti dilansir Sindonews.com, Kamis (30/11).

"Hal ini membuat kami merasa khawatir mengenai tujuan sebenarnya dari kampanye ini, dari negara-negara yang menolak untuk menerima para migran masuk ke wilayahnya, dan tidak membantu menanggung beban untuk menghentikan fenomena ini. Libya adalah negara yang paling terkena dampak dan merupakan ancaman bagi keamanan kami, serta struktur sosial, dan bahkan menambah beban pada ekonomi yang sudah menderita," sambungnya.

Laporan itu pertama kali dirilis oleh media asal Amerika Serikat (AS), CNN. CNN merilis tayangan yang menunjukkan bahwa para pria migran dilelang sebagai budak di sektor pertanian di Libya. Para migran itu diselundupkan kelompok pedagang budak melintasi Sahara.

Bensadegh menuturkan, laporan yang dirilis CNN adalah tayangan praktil jual beli yang dilakukan oleh gangster lokal dan juga internasional. Dia menyatakan, pemerintah Libya menentang keras hal semacam ini.

"Pemerintah Rekonsiliasi Nasional menugaskan pihak-pihak berwenang untuk menyelidiki insiden tersebut dan mengungkapkan kebenaranya. Serta untuk menginformasikan opini publik lokal dan internasional sesuai dimensinya, dan membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan," ucap Bensadegh.

"Berdasarkan ajaran Islam dan tradisi masyarakat Libya, serta sesuai dengan perjanjian internasional yang mensponsori hak asasi manusia, kami menolak dan mengecam praktik apapun, dan dalam bentuk apapun penghinaan terhadap hak asasi manusia, atau merendahkan martabat kemanusiaan, dan melanggar hak-hak mereka di manapun di dunia ini," sambungnya.


Penggulingan diktator Libya Muammar Gaddafi telah menciptakan kekosongan kekuasaan yang memungkinkan penjahat terorganisir berkembang di Libya. Hingga kini, pemerintah Libya tidak mampu mengendalikan kelompok milisi bersenjata., yang menjadikan Libya seperti negara tanpa hukum.(*)

Sumber: CNN/Reuters/IB Times
ads 720x90

#Tags

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Comment
Disqus