”Nol jam akan datang ke medan perang di Sanaa. Negara itu harus diselamatkan dari kegilaan kelompok Houthi,”SANA'A -- Konflik di Yaman hingga kini terus bergejolak. Koalisi militer pimpinan Arab Saudi justru semakin brutal menyerang Yaman di tengah kecaman dunia internasional. Di sisi lain, rakyat Yaman terutama para pejuang Houthi juga semakin meningkatkan serangannya walau dengan kondisi persenjataan yang memprihatinkan.
Salah satu yang mengejutkan adalah kelompok milisi Houthi mengklaim telah menewaskan mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh dalam sebuah serangan terhadap kediamannya di Sanaa. Padahal Saleh pada awalnya adalah sekutu setia dari Houthi.
Melansir Reuters pada Senin (4/12), Houthi diketahui telah berhasil meledakkan kediaman Saleh. Melalui sebuah pernyataan yang diumumkan melalui radio Kementerian Luar Negeri Yaman yang dikontrol Houthi, disebutkan bahwa Saleh tewas dalam serangan itu.
Sumber dari Kongres Rakyat Yaman mengonfirmasi bahwa pemimpin mereka yang juga mantan presiden Ali Abdullah Saleh tewas pada hari Senin dalam bentrokan sengit dengan pemberontak Houthi di Ibu Kota Sanaa. Saleh dilaporkan dibunuh dengan puluhan tembakan di kepala dan perut.
Sebuah video menunjukkan Saleh terbaring di atas selimut yang dikelilingi oleh milisi Houthi yang merayakan kematiannya. Video klip pendek yang ditayangkan di saluran televisi pro-Houthi juga mengonfirmasi laporan bahwa Saleh tewas akibat ditembaki di bagian kepala.
Di awal konflik Yaman, Saleh memutuskan untuk berkoalisi dengan pasukan Houthi. Tentara Yaman yang setiap pada Saleh dan Houthi bersama-sama menggempur pasukan pro-pemerintah Yaman. Saleh dieksekusi karena dianggap telah mengkhianati perjuangan rakyat Yaman melawan agresor pimpinan Arab Saudi.
Pekan lalu Saleh membuat langkah yang mengejutkan. Saleh mengatakan ia siap untuk membuka era baru dalam hubungan dengan koalisi pimpinan Arab Saudi, jika koalisi Arab menghentikan serangan terhadap negaranya. Akibat pernyataan ini, hubungan Saleh, dan Houthi yang memang tengah memburuk, langsung meledak.
Mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh tewas setelah terjadi bentrokan bersenjata dengan kelompok milisi Houthi. (Foto: Istimewa) |
”Nol jam akan datang ke medan perang di Sanaa. Negara itu harus diselamatkan dari kegilaan kelompok Houthi,” kata Saleh dalam sebuah pernyataan pada hari Senin pagi atau beberapa jam sebelum dia dibunuh, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (5/12/2017).
Sebelum mantan presiden Yaman tersebut dibunuh, pada hari yang sama milisi pemberontak Houthi meledakkan rumah Saleh di pusat Ibu Kota Sanaa. Seorang sumber mengatakan kepada Al Arabiya bahwa Saleh meninggalkan rumahnya di Sanaa dengan satu mobil bersama dengan putranya dan dua anggota terkemuka partai Kongres Rakyat Umum Yaman.
Foto terbaru yang tersebar di media-media Yaman juga menunjukkan kelompok bersenjata Houthi menyerang mobil Saleh saat konvoi. Mobil Saleh, lanjut sumber tersebut, tiba di daerah Sayan, beberapa kilometer dari Desa Beit al-Ahmar di Sanhan. Rombongan Saleh kemudian dikepung tujuh mobil yang penuh dengan militan Houthi.
”Mobil yang membawa Saleh tidak bisa lepas karena tujuh mobil Houthi benar-benar menghalanginya,” kata sumber tersebut.
Menurut laporan media lokal, militan Houthi memaksa mantan presiden Saleh dan teman-temannya keluar dari mobil. Sejenak kemudian, perut dan kepala Saleh diberondong tembakan. Beberapa sumber mengatakan setidaknya 35 peluru amunisi ditembakkan.
Khaled, putra Saleh, dilaporkan terluka dan ditangkap oleh milisi Houthi. Sedangkan nasib Tariq Saleh, keponakan Saleh, dan Arif Zuka, Sekretaris Jenderal Partai Kongres, masih tetap menjadi misteri.
Kematian Saleh sempat dibantah oleh para pengikutnya, dan mengatakan bahwa dia terus memimpin dalam bentrokan melawan Houthi di ibukota Sanaa. Namun, beredarnya video pengeksekusian mantan pemimpin Yaman itu menepis semua desas desus.(*)
Sumber: Reuters/Al Arabiya