Kapal selam kelas Changbogo, Nagapasa 403 termasuk tipe U-209/1.400. (Foto: ANTARA/Zabur Karuru) |
“PT PAL mengambil keputusan bersama KKIP, Kemhan, dan TNI Angkatan Laut untuk melakukan joint-section. Joint section itu berjalan lancar, kita sudah bekerja sejak Mei 2017. Juli kita harapkan sudah selesai. Dua bulan ini kita lakukan pemasangan battery, instalasi. Masih ada 5 proses tahapan lagi. Tahun 2018 selesai"BANDUNG -- Direktur Utama PT PAL Budiman Saleh mengatakan, dua kapal selam pesanan militer Indonesia akan diterima TNI tahun ini. Tiga kapal selam yang akan dimiliki Indonesia itu dikerjakan lewat program bersama joint-section antara PT PAL dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Korea Selatan. Dua unit dibuat di Korea, satu unit di Indonesia.
“Pertama Nagapasa sudah operasional di Indonesia, yang kedua akan segera dikirim dari Korea. Dan yang ketiga sedang dibuat di PT PAL,” kata dia, Selasa, 9 Januari 2018.
Menurut Budiman, pemerintah awalnya meminta PT PAL membangun kemampuan untuk membuat kapal selam sendiri. PT PAL meminta PMN (Penyertaan Modal Negara). “Rp 2,5 triliun dipergunakan untuk membangun dari zero sampai full kapabilitas, tentu dengan dana tersebut kita tidak bisa muluk-muluk,” kata dia.
Budiman mengatakan, belakangan pemerintah menyanggupi menyuntik PT PAL Rp 1,5 triiun. Selanjutnya, PT PAL menggandeng DSME untuk membuat 3 unit kapal selam. Budiman mengatakan, satu kapal selam sudah rampung dan dikirimkan tahun lalu. Satu lagi akan menyusul dikirim tahun ini. Satu unit terakhir sedang dikerjakan di PT PAL di Surabaya, dan juga akan rampung tahun ini.
“PT PAL mengambil keputusan bersama KKIP, Kemhan, dan TNI Angkatan Laut untuk melakukan joint-section. Joint section itu berjalan lancar, kita sudah bekerja sejak Mei 2017. Juli kita harapkan sudah selesai. Dua bulan ini kita lakukan pemasangan battery, instalasi. Masih ada 5 proses tahapan lagi. Tahun 2018 selesai" kata dia.
Dia mengklaim, proses penyambungan badan kapal selam yang dilakukan di PT PAL berlangsung lancar. Budiman mengatakan, PT PAL masih menginginkan bisa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan membangun kapal selam dari nol.
“Proses penyambungan dan pengelasan sangat-sangat teliti, 'ero defect dan zero reject, sedangkan pengalaman di Korea Selatan itu dalam proses penyambungan itu 20 persen sampai 25 persen itu rejection. Kedua, instalasi barang-barang komponen elektronik dan equipment itu sangat gampang dan mudah. Kita bisa ikuti manual pemasangan dari komponen. Tapi pada saat penyambungan itu, bentuk dari kapal selam tidak boleh mengalami deformasi. Itu sangat krusial,” kata Budiman.
“Kita juga ingin mengajukan permohonan pada pemerintah agar bisa melakukan whole production,” kata dia. Namun, dia mengaku waktunya belum tepat karena keuangan negara tidak memungkinkan. “Kita tahu sama tahulah,” kata Budiman.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacud meresmikan kapal selam pertama yang dibuat di Korea Selatan saat tiba di Indonesia Agustus 2017 lalu untuk diserahkan pada TNI Angkatan Laut di Dermaga Ujung Koarmatim Surabaya.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, pemerintah memesan sedikitnya 111 unit beragam jenis alutsista untuk pemenuhan kebutuhan minimum TNI. “Alutsista ini ada 111 unit,” kata dia di PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, Selasa, 9 Januari 2018.(*)
Sumber: Tempo.co