Pesawat tempur Sukhoi SU-30BM TNI AU, saat mengadakan latihan tempur dengan pesawat tempur F/A-18E/F Super Hornet Angkatan Udara Australia. (Foto: Istimewa) |
"Alutsita saat ini yang kita miliki tidak sebanding dengan luas wilayah yang diawasi,"JAKARTA -- Walau Indonesia saat ini masuk dalam 15 negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia, namun jika dilihat dari luasnya wilayah yang harus dilindungi, Indonesia dianggap masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, terutama dalam hal persenjataan atau alutsista.
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna mengatakan alat utama sistem persenjataan atau alutsista yang dimiliki TNI AU masih kurang memadai dalam mengawasi wilayah Indonesia yang begitu luas.
Hal itu disampaikan Agus saat menyampaikan sambutan pada seminar nasional kedirgantaraan di kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta.
"Ini jujur saya sampaikan kepada para peserta seminar yang bisa mengambil langkah stategis ke depan, Alutsita saat ini yang kita miliki tidak sebanding dengan luas wilayah yang diawasi," kata Agus, Senin (25/4).
Pada aspek penindakan, kata Agus, TNI Angkatan Udara masih mengedepankan unsur pesawat tempur. Sementara, dalam pengamanan pada sisi illegal fishing, illegal logging, trafficking, imigran gelap, diperlukan satu alutsista yang bisa menjangkau secara cepat.
Penyebaran pangkalan skuadron pesawat tempur TNI Angkatan Udara. (Gambar: Istimewa) |
"Dengan kemampuan sekarang ini alutsista angkatan udara bisa enggak mendukung atau mewujudkan poros maritim dunia ini?" kata Agus.
Tugas TNI AU dalam mewujudkan kebijakan pemerintah itu, tambah Agus, sejalan dengan perannya dalam mengcover semua kegiatan Naval Forces atau forum internasional untuk kekuatan maritim.
Indonesia Timur Paling Terancam
Pendapat yang sama juga disampaikan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, yang mengakui saat ini kekurangan alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang mumpuni di Indonesia bagian timur.
Untuk TNI Angkatan Laut, Gatot bahkan mengaku, hanya memiliki dua unit kapal selam untuk menjaga perairan Indonesia bagian Timur.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. (Foto: Istimewa) |
Pihaknya pun menggunakan siasat dan strategi untuk mengisi pertahanan menggunakan alutsista yang ada. Namun Gatot juga akan mengajukan penambahan alutsista baru.
"Jadi (penggunaanya) ya saling bergantian dengan negara maritim yang besar kayak gini," kata gatot.
Penambahan jumlah kapal selam ini, menurut Gatot, dibutuhkan sebagai kekuatan ideal sebuah negara dalam menjaga wilayah perairan. "Penambahannya kalau kita punya satu kesatuan yang mampu berperang sendiri saja. Minimal depan itu tiga di belakang tiga," kata Gatot.
Peningkatan Kualitas Alutsista
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan sudah meminta PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dan PT PAL untuk memperbaiki kualitas produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang mereka produksi untuk pertahanan Indonesia.
"Kekurangan-kekurangan itu saya minta (pada perusahaan alutsista), saya tekankan jangan terjadi lagi," kata Ryamizard di Jakarta, Jumat. Ia mengungkapkan bahwa alutsista buatan dalam negeri masih memiliki kekurangan.
"Ada pesawat baru terbang 100 jam sudah bermasalah. Bikin kapal nggak jadi-jadi. Ada bagian (alutsista) yang retak," ungkap dia.
Tidak hanya produk alutsista Badan Usaha Milik Negara (PT DI, PT Pindad, PT PAL), produk alutsista yang dihasilkan oleh perusahaan swasta dalam negeri juga tak luput dari kekurangan.
"Kenapa ini saya buka, karena saya berdosa kalau ini ditutup-tutupi," ujar purnawirawan jenderal TNI tersebut. Namun, Ryamizard mengatakan akan tetap memakai produk alutsista dalam negeri di samping juga membeli produk luar negeri.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat tersebut menekankan bahwa pemutakhiran alutsista militer Indonesia perlu dilakukan. "Karena sudah ada yang 30 sampai 40 tahun tidak diganti," jelas dia. Ke depan, Ryamizard mengharuskan pemeliharaan alutsista yang diutamakan. (*)
Sumber: CNN Indonesia/TribunNews/Antara