“Indonesia memang harus buat pesawat tempur karena Indonesia ini negara besar, nomor tiga terbesar di dunia dengan daratan dan lautan begitu luasnya. Tentu harus punya kemampuan laut dan udara yang andal,”BANDUNG -- Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, dan memiliki wilayah yang begitu luas, kemampuan dalam menguasai teknologi pesawat tempur dianggap suatu hal yang mutlak, guna menjaga kedaulatan Indonesia di masa depan.
Untuk itu, Indonesia bertekad masuk deretan negara elite pembuat pesawat tempur tersebut. Tak tanggung-tanggung, Indonesia bekerja sama dengan Korea Selatan akan menciptakan jet tempur generasi 4,5 dengan kemampuan hampir setara dengan pesawat tempur siluman (stealth fighter) generasi 5.
Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KF-X/IF-X) direncanakan bakal menandingi kehebatan Dassault Rafale produksi Perancis, Eurofighter Typhoon buatan konsorsium Eropa, F/A-18 Super Hornet dan F-16 Fighting Falcon asal AS, serta Sukhoi Su-30 buatan Rusia.
Jakarta dan Seoul menandatangani kontrak cost share agreement atau kesepakatan berbagi biaya untuk mewujudkan KF-X/IF-X yang ditargetkan mengudara sembilan tahun lagi.
Kolaborasi antarpemerintah kedua negara diperkuat dengan kerja sama konkret melalui skema business to business antara PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dengan Korea Aerospace Industries (KAI) yang menyertakan kesepakatan transfer teknologi.
Mock up pesawat tempur KFX/IFX disebuah pameran kedirgantaraan. (Foto: Istimewa) |
Dalam pembuatan prototipe pesawat tempur multiperan itu, menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan Anne Kusmayati, PTDI akan membuat sayap, penguat di bagian bawah sayap, dan ekor.
Nantinya untuk tiap pesawat tempur K-FX/I-FX yang diproduksi, PTDI akan tetap membuat komponen-komponen tersebut. Itu sebabnya untuk menunjang penggarapan, PTDI membuat hanggar composing.
Pengerjaan jet tempur KF-X/IF-X akan dipusatkan di Sacheon, Provinsi Gyeongsang Selatan, kota yang menjadi lokasi markas dan pabrik utama Korea Aerospace Industries. Sebanyak 200 insinyur Indonesia di Sacheon selama satu-dua tahun, merancang desain pesawat. Para insinyur itu juga akan ikut mendesain seluruh komponen pesawat.
Dari total pekerja kedua negara yang terlibat pembuatan KF-X/IF-X, 30 persen lebih berasal dari Indonesia dan mayoritas sisanya dari Korea Selatan. Ini pula alasan pembuatan pesawat dipusatkan di Sacheon, bukan di Indonesia.
Eurofighter Typhoon buatan konsorsium Eropa. Salah satu pesawat tempur tercanggih saat ini yang ingin dilampaui kemampuannya oleh Indonesia dengan pembuatan pesawat tempur KFX/IFX. (Foto: Istimewa) |
“Itu menandakan insinyur Indonesia diperhitungkan Korea. Bahkan ada paket pekerjaan yang satu teknologinya hanya dimiliki orang Indonesia. Dia doktor dari ITB (Institut Teknologi Bandung), satu-satunya yang memiliki kemampuan inlight design. Jadi Korea tak memandang enteng Indonesia,” kata Anne.
Indonesia Mampu Produksi Jet Tempur Canggih
Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sama-sama bertekad menyukseskan program pembuatan jet tempur KF-X/IF-X ini. Masing-masing negara punya kepentingan atas proyek yang diinisasi oleh Korea Selatan itu.
“Indonesia memang harus buat pesawat tempur karena Indonesia ini negara besar, nomor tiga terbesar di dunia dengan daratan dan lautan begitu luasnya. Tentu harus punya kemampuan laut dan udara yang andal. Harus,” kata Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu saat menghadiri penandatanganan kontrak kerja sama Indonesia-Korea Selatan di Jakarta, 7 Januari.
“Kalau tak dimulai dari sekarang, kapan lagi Indonesia bisa membuat (pesawat tempur). Kalau membeli, semua bisa. Kalau membuat kan tidak semua bisa,” ujar Ryamizard.
Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu saat menyaksikan penandatanganan kontrak kerja sama Indonesia-Korea Selatan, dalam pembuatan pesawat tempur KFX/IFX. (Foto: Sindonews) |
“Pesawat kesatu dan kedua dibuat di Korea Selatan. Selanjutnya pembuatan pesawat ketiga akan dilakukan di Indonesia, dengan pengerjaan melibatkan 80 persen orang Indonesia,” kata Ryamizard.
Korea Selatan sebagai pihak yang menginisiasi proyek tersebut gembira dengan kerja sama antara negaranya dan Indonesia. Korsel pertama kali mengumumkan rencana mereka membuat pesawat tempur Maret 2001, saat Presiden Kim Dae-jung berpidato pada upacara kelulusan Akademi Angkatan Udara Korea.
“Ini titik awal kerja sama ilmuwan Indonesia dan Korea Selatan. Saya bertanggung jawab penuh dan optimistis proyek ini akan sukses,” kata Kepala Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan, Chang Myoung-jin.
Suasana kesibukan para teknisis di PT. Dirgantara Indonesia dalam memproduksi sejumlah pesawat pesanan negara asing. (Foto: Istimewa) |
Dana yang digelontorkan Indonesia untuk KF-X/IF-X, Rp18 triliun atau setara 1,65 triliun Won (US$1,3 miliar), ialah 20 persen dari total anggaran 8,6 triliun Won untuk pembuatan prototipe pesawat.
Sama seperti Korea Selatan, Indonesia rela merogoh kocek untuk mengegolkan KF-X/IF-X. Mengambil alokasi anggaran Kementerian Pertahanan, Indonesia menyuntikkan 20 persen dana dari total biaya yang dibutuhkan untuk tiap tahap pembuatan KF-X/IF-X.
“Untuk tahap EMD (engineering manufacturing development) saat ini dibutuhkan sedikitnya 8,3 triliun Won,” kata Anne. (*)
Sumber: cnnindonesia.com