Mahasiswa Papua pendukung OPM, melakukan aksi makar di Kota Yogyakarta mendukung organisasi sayap politik ULMWP bergabung dalam MSG. |
“Karena gerakan separatis. Kalau keluar (dari asrama) itu nantang orang Jogja. Pasti perang. Kami siap perang,”JAYAPURA -- Ketegasan Sri Sultan Hamengkubuwono X, untuk tidak memberikan ruang pergerakan para komplotan separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kota Yogyakarta, ternyata tidak ditanggapi positif oleh semua kalangan.
Sejumlah pihak dan tokoh yang umumnya menjadi pendukung dan simpatisan OPM, justru mendesak Sri Sultan meminta maaf kepada warga Papua yang menurut mereka sudah diintimidasi.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Aktivis HAM Papua, Pastor John Djonga. Ia mengatakan peristiwa di Daerah Istimewah Yogyakarta itu ancaman keras, karena mahasiswa sudah tidak aman lagi hidup di Yogyakarta, berarti bukan saja ancaman Indonesia tapi pukulan keras pada Pemerintahan Jokowi bahwa rakyat sudah tidak aman hidup.
“Masih menangkap orang Papua padahal ini rakyatnya. Dengan peristiwa ini sungguh sangat memalukan kalau kita lihat secara nasional. Sebab, peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi ini tidak bersatu untuk melindungi dan mengambil hati serta melindungi mereka,” kata Pastor John kepada Jubi di Jayapura, Senin (25/7/2016)
Menurut Djonga, peristiwa ini, tampaknya Presiden Jokowi tidak turun tangan untuk mengambil secara darurat, dan ekstra kekuatan, maka keinginan mahasiswa Papua di DIY itu wajar saja. “Anak-anak Papua yang ada di luar (seluruh Indonesia) mereka bisa pulang ke Papua,” katanya.
“Terkait pernyataan Sultan, saya minta Sultan sebagai negarawan. Maka dia harus meminta maaf kepada bangsa Papua, dan tarik kembali pernyataannya itu karena sudah salah. Negara ini diberi kebebasan kok, ada UU bebas berekspresi.
Apalagi kalau memang apa yang mereka buat itu juga tidak melanggar UU dan apa yang dibuat oleh pemerintah Yogyakarta. Saya pikir tidak ada soal itu. Menurut saya, kalau statemen dari Sultan itu benar, maka sangat memalukan,” tuturnya.
Aktivis HAM Papua pro ULMWP, Pastor John Djonga |
“Dan dia harus turun tangan, tidak usah dia datang ke Papua bangun banyak-banyak proyek lagi. Kalau orang tidak aman di negaranya, untuk apa masih setia kepada negara itu. Ini yang penting. Jokowi harus meminta kepada pak Sultan supaya segara meminta maaf kepada orang Papua dan segera menarik atas semua pernyataannya yang sangat memalukan itu sebagai seorang negarawan dan sebagai nasionalis itu,” katanya.
Sementara itu, Ketua Presidium Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Anjelus Wakekako menilai, tindakan represif itu menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM dan pencederaan keberagaman dengan penghujatan rasial yang dilakukan oleh ormas reaksioner Yogya maupun personil gabungan kepolisian DIY.
“Dalam menerjemahkan demokrasi, negara seharusnya menjamin kehadirannya dalam menjamin kebebasan berpendapat dan melindungi hak-hak dasar setiap individu. Hujatan berbau rasialis yang dilontarkan ormas-ormas reaksioner merupakan bentuk kehadiran tidak terpuji dan bentuk pencideraan terhadap keberagaman,” ujar Anjelus.
Menurutnya, mahasiswa Papua di DIY merupakan sesama anak negri yang harus saling dijaga. Ormas- ormas harus mampu menempatkan dirinya dengan bijak sehingga tidak terkesan menindas.
DPRD Papua Menemui Sri Sultan
Legislator Papua, Laurenzus Kadepa yang ikut dalam tim DPR Papua mengatakan, tim dipimpin Wakil Ketua III DPR Papua, Yanni tiba di Yogya, Minggu (24/7/2016). Direncanakan, Selasa (26/7/2016), tim akan bertemu mahasiswa Papua di Yogyakarta. Setelah itu tim DPR Papua juga akan bertemu kepolisian setempat.
“Tim terdiri dari Komisi I DPR Papua bidang Politik, Hukum dan HAM yakni Ketua Komisi I, Elvis Tabuni, Sekretaris Komisi I, Mathea Mamoyau, anggota Komisi I selain saya ada juga Wilhelmus Pigai, Tan Wie Long dan Wakil Ketua Komisi II, Madai Gombo,” kata Kadepa via pesan singkatnya kepada Jubi, Senin (25/7/2016).
Aparat kepolisian dengan dibantu berbagai organisasi massa, saat melakukan pengepungan asrama mahasiswa Papua, yang selama ini menjadi penggerak dan pendukung separatis OPM di Kota Yogyakarta. |
“Kami ingin mendengar langsung keterangan dari mahasiswa seperti apa dan kepolisian seperti apa. Nantinya tentu akan ada langkah-langkah penyelesaian yang akan dilakukan pihak DPR Papua. Pertemuan dengan DPRD dan Sultan Yogyakarta, kami masih berusaha melobi,” ucapnya.
Sementara Ketua Komisi I DPR Papua, Elvis Tabuni mengatakan, tim DPR Papua ke Yogyakarta seijin Ketua DPR Papua. Parlemen diutus secara kelembagaan.
“Kami ingin mendengar langsung kronologis kejadian itu. Selama ini kan hanya didengar dari media dan berbagai informasi dari berbagai sumber lainnya termasuk media sosial. Kami akan ambil data dan akan dikoordinasikan dengan pimpinan,” kata Elvis.
Apalagi katanya, informasi yang didapat pihaknya, ada ormas yang ikut insiden Asrama Mahasiswa Papua di Yogyakarta.
“Mahasiswa Papua juga warga negara. Kalau informasi yang selama ini kami dengar benar adanya, itu jelas presenden buruk dalam demokrasi,” ucapnya.
Mahasiswa Papua Pro OPM Ancam Hengkang dari Yogya
Yona Pulalo, mahasiswi pascasarjana Univesitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang ikut dalam pertemuan antara tim pencari solusi utusan Provinsi Papua di Asrama Kamasan I, Jl Kusuma Negera, pada Selasa (26/7/2016) mengatakan pertemuan dengan Sri Sultan Hamengkubuwono dan Kapolda DIY akan dilangsungkan pada hari ini, Rabu (27/7/2016).
Pertemuan tersebut juga rencananya akan diikuti oleh tujuh orang mahasiswa yang ditunjuk untuk mengawal tim itu, hingga mendapatkan solusi untuk jaminan keamanan dan kenyamanan mahasiswa Papua di sana.
Ratusan warga melakukan aksi unjuk rasa menolak berkembangnya separatis OPM di Kota Yogyakarta. |
Terkait tempat pertemuan, Yona menjelaskan bahwa mereka masih menunggu pemberitahuan lebih lanjut dari pihak kesultanan dan Polda DIY. “(Tempat) pertemuannya masih menunggu jawaban surat DPRP ke Polda DIY dan Kesultanan Yogya. Kemungkinan besok baru tahu pastinya,” terangnya.
Dengan kedatangan tim utusan Gubernur Papua Lukas Enembe itu, mahasiswa Papua pendukung ULMWP yang awalnya mengancam akan hengkang dari Yogyakarta, sementara mengurungkan niatnya untuk pulang ke tanah Papua.
Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua, Aris Yeimo, mengatakan pihaknya berharap agar pertemuan yang berlangsung hari ini dapat membuahkan hasil positif dan menjamin keberadaan mereka.
“Kami minta tim ini berikan rasa aman dan nyaman untuk semua anggota kami di Jawa hingga Bali, khususnya yang di Yogya. Ini menyangkut kehidupan manusia, nayawa mahasiswa Papua yang terancam. Itu masalah serius yang harus diselesaikan,” kata Aris.
Sementara menunggu hasil pertemuan itu, Yona mengatakan, mahasiswa Papua akan mengambil tindakan untuk pulang apabila Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak mencabut pernyataan “separatis bagi mahasiswa Papua di Yogya.”
“Dong sepakat pulang. Jika pertemuan tim DPRP dengan Polda DIY dan Sultan tidak membuahkan hasil bahwa Sultan menjamin raas aman dan nyaman bagi mahasiswa Papua di Yogya. Dan juga jika Sultan tidak mencabut pernyataan separatis bagi mahasiswa Papua di kota ini,” ujar Yona.
Para Mahasiswa Papua pendukung separatis OPM, melakukan aksi makar di Kota Yogyakarta. |
“Kami akan berupaya melobi untuk bisa bertemu Sultan dan meminta agar ada jaminan tertulis seperti yang dinginkan mahasiswa dan warga Papua di Yogya. Namun alangkah baiknya jika Gubernur dan Ketua DPR Papua juga hadir di Yogyakarta,” ucapnya.
Terpisah, Sekretaris II DAP, John Gobay menyampaikan kepada Sultan Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X dan para pemangku kepentingan di wilayah itu agar tak memberikan stigma negatif berlebihan kepada mahasiswa Papua di Yogya.
“Anak dan adik kami di Yogya hanya ingin menyampaikan pendapatnya dan berekspresi dan tentunya dilindungi oleh UUD 1945 dan UU Nomor 9 tahun 2008. Kami tidak pernah memberikan stigma negatif kapada saudara kami yang berasal dari wilayah lain di Indonesia dan tinggal di Papua,” kata John Gobay ketika menghubungi Jubi via teleponnya.
Sri Sultan: Masalah Separatis Papua Merdeka Telah Selesai
Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X akhirnya turun tangan menangani perseteruan antara mahasiswa Papua dan sejumlah komunitas nasionalis garis keras di wilayah itu.
"Sudah clear. Enggak ada masalah dengan mahasiswa Papua. Saya juga orang tuanya. (Mereka harus) Sekolah dengan baik. Jangan bicara soal politik,” kata Sultan saat ditemui di Kepatihan Yogyakarta, Kamis, 21 Juli 2016.
Pernyataan Sultan itu dilontarkan sehari setelah dia menerima kedatangan komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Natalius Pigai, 20 Juli 2016. Sultan juga menerima kedatangan empat tokoh masyarakat Papua di Yogya dan sejumlah ormas yang mengatasnamakan Elemen Merah Putih Anti Komunis di Kepatihan Yogyakarta.