“Kita semua mengakui ZEE Indonesia. Saya rasa insiden ini hanya sekadar satu hal dari pola yang lebih besar,”WASHINGTON DC -- Insiden di Natuna beberapa waktu lalu antara kapal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI dengan kapal penjaga pantai China, turut jadi perhatian Amerika Serikat (AS).
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) AS melalui Kantor Biro Asia Timur dan Pasifik menyatakan, kapal China jelas-jelas sudah melanggar teritorial perairan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia.
“Sungguh jadi hal yang mengganggu ketika melihat isu-isu perikanan jadi permasalahan. Dalam kasus Indonesia (di Natuna), kita bahkan tidak membicarakan tentang Laut China Selatan (LCS),” papar Deputi Asisten Sekretaris Biro Asia Timur dan Pasifik, Colin Willett.
“Kita semua mengakui ZEE Indonesia. Saya rasa insiden ini hanya sekadar satu hal dari pola yang lebih besar, di mana lingkup dan skala aktivitas China sudah lebih dari negara-negara lain yang ikut mengklaim LCS,” tambahnya kepada Strait Times, Rabu (30/3/2016).
Kapal perang Amerika Serikat saat melakukan latihan tempur di Laut China Selatan (Foto: istimewa) |
“Yang pasti kita tak butuh fasilitas-fasilitas (landasan udara dan sistem misil) seperti itu untuk melindungi warga sipil atau nelayan yang dalam keadaan darurat atau juga untuk memonitor cuaca,” lanjut Willett.
Menghimbau Peran Indonesia
Pakar maritim Amerika Serikat, sekaligus profesor di bidang Kajian Strategis dan Studi Maritim China dari US Naval War College, Prof. Peter Dutton, mengatakan Indonesia memiliki peranan yang besar di Laut China Selatan meskipun Indonesia tidak terlibat dengan gesekan yang terjadi antara Negeri Tirai Bambu dengan berbagai negara di ASEAN, yang memiliki wilayah di Laut China Selatan.
"Walaupun Indonesia tidak terlibat dengan perdebatan di Laut China Selatan, namun sebagai negara yang berbatasan langsung, Indonesia memiliki peranan besar," kata Dutton di kantor Kedutaan Amerika Serikat, Jakarta, Rabu (30/3).
Pakar maritim ini mengatakan Indonesia merupakan negara kuat di ASEAN. Kepemimpinan Indonesia sangat kuat di kawasan tersebut.
"Sebagai negara kuat di kawasan ASEAN, Indonesia dan Amerika Serikat bersama partner lain, seperti Australia dan India harus berbicara untuk menegakkan hukum internasional," ungkap dia.
Dutton mengatakan, dengan kekuatan tersebut negara-negara di kawasan ASEAN harus khawatir. Sebab China tidak peduli dengan masalah yang ada di Laut China Selatan dan dengan masalah abritasi.
"Kita harus khawatir dengan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Kekuatan yang mereka punya sangat memungkinkan mereka melakukan sesuatu yang lebih besar dari sekedar membangun pulau di Laut China Selatan," tutur Dutton.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu, Satgas KKP dengan menggunakan kapal patroli, menangkap kapal pencuri ikan asal China. Namun proses penangkapan itu sempat diusik kapal penjaga pantai China. Kapal nelayan China gagal ditarik kapal KKP, tapi delapan nelayan China sudah sempat lebih dulu diamankan.
Peta klaim sepihak yang dikeluarkan oleh pemerintah China. Dalam peta terlihat China juga memasukkan sebagian perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Natuna. |
Beijing sendiri bersengketa dengan beberapa negara ASEAN berbatasan langsung dengan Laut China Selatan, seperti Malaysia, Filipina dan Vietnam. Mereka bahkan membuat pulau di wilayah sengketa yang dikenal dengan Kepulauan Spratly.(*berbagai sumber)