Ingin Beli 8 Kapal Perang Frigat dan Korvet, TNI Minta Kenaikan Anggaran di 2019 - Jalur Militer

Ingin Beli 8 Kapal Perang Frigat dan Korvet, TNI Minta Kenaikan Anggaran di 2019

Kapal perang Frigate Van Speijk Class TNI AL, saat melakukan ujicoba penembakan rudal Yakhont dari KRI Oswald Siahaan 354. Setelah 30 tahun bertugas di Satuan Kapal Eskorta (Satkor) TNI AL, dan setengah abad berlayar sejak dioperasikan AL Belanda, akhirnya enam unit frigat Van Speijk Class (Ahmad Yani Class) dipensiunkan pada tahun 2017. Frigat Van Speijk Class menjadi kapal perang terkuat dan tercanggih yang dimiliki Indonesia, bahkan setelah datangnya korvet Sigma Class, Van Speijk Class masih sangat diperhitungkan, dan Van Speijk Class dipercaya jadi maskot kekuatan TNI AL. Van Speijk Class TNI AL hingga akhirnya di tahun 2022 semuanya akan decommission. (Foto: Istimewa)
"Kapal perang Sigma (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) ada empat, PKR (Perusak Kawal Rudal) nanti ada pengadaan dua. Nanti proses dua lagi. Jadi rencana ada delapan kapal. Modelnya begitu (medium). Satu dua di sana, tiga empat di sini. Sudah selesai dua. Sekarang lagi dibangun lagi,"
JAKARTA -- Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI harus bergerak cepat untuk segera melakukan peremajaan dan pergantian kapal-kapal perang (KRI) yang sudah banyak memasuki usia tua dan tidak layak operasi. Salah satu agenda yang dilakukan Kemhan adalah berencana membeli dan mendatangkan delapan kapal perang baru.

Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Laksda TNI Agus Setiadji saat mendampingi Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dalam Rapat Kerja bersama Komisi I di gedung DPR, Jakarta, Selasa (18/9) mengatakan, dari delapan kapal tersebut, ada kapal yang dibeli dari Belanda. Sebagian lain diproduksi PT PAL. Saat ditanya bentuknya, dia menegaskan berukuran medium.

"Kapal perang Sigma (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) ada empat, PKR (Perusak Kawal Rudal) nanti ada pengadaan dua. Nanti proses dua lagi. Jadi rencana ada delapan kapal. Modelnya begitu (medium). Satu dua di sana, tiga empat di sini. Sudah selesai dua. Sekarang lagi dibangun lagi," kata Agus menjelaskan.

Ajukan Kenaikan Anggaran Pertahanan

Kementerian Pertahanan dan TNI mengajukan usulan dana Rp 215,29 triliun untuk anggaran Tahun 2019. Namun dari surat PPN/Bappenas dan Menteri Keuangan tanggal 16 April 2018, pagu indikatif untuk Kemhan/TNI tahun 2019 hanya Rp 107,16 triliun. Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu di Jakarta, Jumat (7/9).

Ia menjelaskan, menurut jenis belanja, dana itu dipakai untuk belanja pegawai sebesar Rp 41,65 triliun, belanja barang Rp 36,30 triliun dan belanja modal sebesar Rp 29,20 triliun.

Korvet Kelas SIGMA TNI AL "KRI Diponegoro-365" memasuki Samudera Hindia pada Juli 2011. (Foto: US Navy photo by Mass Communication Specialist 3rd Kelas Adam K. Thomas.)
Sementara penggunaan dana sesuai unit organisasi dan program adalah Kemhan mencapai Rp 19,06 trilun dengan 11 program. Kemudian Mabes TNI sebanyak Rp 7,96 triliun untuk empat program. Untuk TNI AD mencapai Rp 47,54 triliun dengan empat program, TNI AL mencapai 18,25 triliun untuk empat program dan TNI AU Rp 14,33 triliun untuk empat program.

Selain itu, dia menegaskan, dalam pengamanan pemilu, TNI akan benar-benar netral. TNI juga akan bekerja profesional dan memegang teguh sumpah prajurit.

“Prioritas kami adalah mendukung stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu. Kemudian pertahanan wilayah perbatasan dan keamanan wilayah udara. Pelaksanaan pilkada-pilkada sebelumnya sudah ada bukti. Jadi tidak perlu diragukan lagi netralitas TNI,” tegas Ryamizard, seperti dilansir dari Suara Pembaruan.

Namun, jika pun pengajuan tambahan anggaran tersebut dikabulkan pemerintah, hal ini tidak akan merubah postur dan kekuatan pertahanan Indonesia secara signifikan. Pasalnya, sebagian dana selain banyak terserap untuk belanja pegawai, pembelian alat utama sistem senjata (Alutsista) juga lebih difokuskan untuk pembeli persenjataan yang sudah tua dan tidak layak pakai.

Sejauh ini TNI AL telah memiliki empat kapal perang korvet kelas Sigma 9113, yakni KRI Diponegoro 365, KRI Hasanuddin 366, KRI Sultan Iskandar Muda 367, dan KRI Frans Kaisiepo 368. Semua kapal perang yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden SBY tersebut, dalam pembuatannya bekerjasama dengan galangan kapal Damen's Schelde Naval Shipbuilding dari Belanda.

Senjata utama kapal perang Korvet Kelas SIGMA meriam Otobreda 76 mm . (Foto: Saberwyn)
Selain itu TNI AL juga telah memiliki empat kapal perang Perusak Kawal Rudal (PKR) jenis Frigat ringan yang juga dibangun dan kontrak pembelian dilakukan pada masa pemerintahan SBY. 

Salah satu PKR Sigma yang sudah selesai adalah KRI Raden Eddy Martadinata dengan nomor lambung  331. Kapal Perang RI Raden Eddy Martadinata-331 menjadi kapal perang tercanggih yang dimiliki Indonesia saat ini.

KRI RE Martadinata-331 merupakan hasil hasil kerja sama alih teknologi antara TNI AL bersama PT PAL dengan galangan kapal Damen Schiede Naval Ship Building (DSNS), Belanda.

Seperti diketahui, Proyek SIGMA PKR 10514 diluncurkan oleh Kementerian Pertahanan Indonesia pada bulan Agustus 2010. Kementerian Pertahanan Indonesia itu memberikan kontrak untuk DSNS pembangunan PKR SIGMA 10514 pertama pada bulan Desember 2012. Pemotongan baja pertama dilakukan pada bulan Januari 2014 dan keel dibaringkan pada April 2014 di galangan kapal PT PAL di Surabaya, Indonesia.

Sementara kontrak untuk pembangunan kapal kedua  ditandatangani pada bulan Februari 2013 dengan  baja pertama dipotong pada bulan September 2014 dan peletakan pada Desember 2014.

Empat dari enam modul inti dibangun di galangan kapal Surabaya, sedangkan dua sisanya dibangun dan diuji di galangan kapal Vlissingen di Belanda. Kapal dijadwalkan untuk pengiriman pada tahun 2017. Pada November 2013, Thales dianugerahi kontrak oleh DSNS untuk memberikan suite sistem misi untuk dua frigat pertama.

KRI Raden Eddy Martadinata-331 saat bersandar di Dermaga Pondok Dayung TNI AL, Jakarta Utara, Jumat (7/4/2017). Kapal itu dikukuhkan sebagai kapal perang pimpinan atau flagship. (Foto: Kompas.com/Lutfy Mairizal Putra)
Kapal perang PKR Sigma kedua adalah, KRI I Gusti Ngurah Rai 332 tipe 10514 dan nomor proyek W000294, yang juga merupakan hasil kerja sama alih teknologi antara PT PAL dengan Damen Schelde Naval Ship Building (DSNS).

Kontrak pembangunan kapal perang TNI AL kelas SIGMA ini juga dilakukan pada masa pemerintahan Presiden SBY. Pemotongan pelat perdana pada 17 September 2014, peletakan lunas perdana pada 18 Januari 2016, dan peluncuran badan kapal pada 20 September 2016, untuk selanjutnya diuji layar.

Frigat dirancang untuk melakukan berbagai misi, termasuk berpatroli di zona ekonomi eksklusif (ZEE), pencegahan, keamanan maritim, pencarian dan penyelamatan, perang anti-permukaan, dan perang anti elektronik udara. Frigat juga dapat digunakan untuk tugas-tugas bantuan kemanusiaan.

Namun, Kemenhan dan TNI menyadari, pembelian sejumlah kapal perang yang telah dilakukan selama ini, belum mempunyai daya getar yang maksimal, terutama bila dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh Angkatan Laut Singapura, AL Malaysia dan AL Australia. Sehingga penambahan kapal perang jenis PKR-Sigma diharapkan akan menjadi kekuatan yang jauh lebih disegani lawan.[*JM]


*Berbagai Sumber
ads 720x90

#Tags

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Comment
Disqus